25: sakit?

51 6 0
                                    

.
.
.
.
.

Freily berlari panik saat mendengar suara tangisan dari anaknya, Chio

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Freily berlari panik saat mendengar suara tangisan dari anaknya, Chio. Perempuan itu yang tadinya sibuk mengusap dahi suaminya agar pria itu dapat tertidur harus meninggalkan sebentar kegiatannya karena takut terjadi apa-apa kepada Chio.

"Kenapa?" tanyanya kepada Minho yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan Chio yang sedang menangis di gendongannya. Muka tampan anak kecil itu terlihat cemong dengan lelehan es krim di sekitaran bibirnya.

"Tadi kakak ketemuan sama temen kakak, cewek. Itu sebenarnya mau kerjasama sama kakak. Chio kira itu pacar kakak makanya dia nangis terus pas di mobil bilang kakak jangan sama cewek itu, itu cewek jelek katanya" Minho tertawa setelah bercerita, Freily juga terkekeh kecil lalu mengusap kepala putranya itu.

Sepertinya Chio memang belum ikhlas kalau Minho berkencan dan akan mengurangi waktu untuk bermain dengannya. Anak itu sudah sangat dekat dengan keluarga mereka, bahkan raja dan ratu Lee serta Kim juga mengenal Chio. Orang tua Chio sengaja menitipkan anak mereka kepada Freily dan Hyunjin agar anak itu tidak perlu bolak-balik dari daerah pantai ke kota setiap harinya hanya untuk sekolah.

Hyunjin dan Freily sendiri malah senang karena Chio akan meramaikan suasana rumah ini. Mereka juga menolak waktu kedua orang tua kandung Chio berkata akan memberikan upah kepada mereka. Lagipula mereka ikhlas menjaga Chio bahkan sudah menganggap Chio seperti anak sendiri sejak awal pertemuan mereka dengan anak kecil yang banyak tingkah itu.

"Sayang, mama mohon jangan rewel dulu, ya? Papa lagi sakit, jadi mama nggak bisa main sama kamu. Hari ini bobo sama papi minho dulu atau sama om jisung, oke?"

"Hyunjin sakit?" Pertanyaan Minho membuat Freily tidak menyadari Chio yang mengangguk patuh dan langsung menghentikan tangisannya. Kakak dari suaminya ini terlihat begitu khawatir mendengar kabar bahwa adiknya sedang sakit karena adiknya yang satu itu susah sakit tapi sekalinya sakit ya rewelnya melebihi bocah.

"Kayaknya iya, kak. Aku udah telfon dokter tadi. Ini baru dalam perjalanan"

"Yaudah. Kamu balik aja jagain dia biar kakak sama jisung yang jagain chio" Freily mengangguk dan berterimakasih sebelum kembali menuju ke kamarnya dan kamar suaminya.

Yang dilihatnya saat sudah kembali ke kamar adalah pemandangan yang sama seperti saat sebelum dia meninggalkan kamar tadi. Saat ini suaminya tengah meringkuk dalam selimut yang membungkus erat badannya.

"Kamu suruh pulang aja dokternya kalau nanti dia udah sampai. Lagian aku tau kalau aku baik-baik aja kok" ujar pria itu sambil menatap dalam mata istrinya yang menatapnya dengan sendu.

"Ck. Nurut aja. Kamu itu dokter jadi-jadian, gelar sih ada, tapi nggak pernah praktek setelah sekian lama juga mungkin aja mulai lupa. Lagian dokter juga butuh dokter lain saat dirinya sakit. Mulai sekarang nggak usah sok-sokan ngerti gitu deh. Emang paling cocok kamu tuh jadi aktor aja, banyak drama hidupmu itu"

"Jahat banget" Rajuk Hyunjin yang baru mendapat ceramah dari istrinya itu. Tangannya membawa tangan kecil Freily untuk dia jadikan bantalan pipi yang semakin berisi itu.

Berat badannya bertambah semenjak dia menikah, yang mana artinya istrinya berhasil merawatnya. Sekarang dia juga tidak perlu memikirkan tuntutan peran yang mengharuskan dia untuk tampil sempurna.

"Dek, dokternya udah dateng" Minho berdiri di depan pintu lalu mempersilahkan dokter keluarga mereka untuk masuk ke dalam kamar adiknya.

Freily beranjak dari posisinya dan membiarkan dokter itu untuk memeriksanya. Hyunjin yang ditanyai tentang keluhannya hanya menjawab cepat. Bahkan dalam suasana seperti ini juga dia terus memandang wajah rupawan istrinya. Karena menurutnya wajah itu lebih menarik daripada wajah dokter yang sedang memeriksanya itu.

"Nyonya" Dokter Choi menoleh ke arah Freily yang sedang duduk di sofa bersama Minho. "Sudah berapa lama anda tidak mengalami datang bulan?"

"Oh? Mungkin tiga minggu? Apa ada sesuatu?"

Dokter itu mengangguk dan tersenyum. "Mungkin yang dirasakan oleh tuan lee saat ini adalah pengaruh dari kehamilan anda. Kejadian seperti ini tak jarang dirasakan oleh para suami saat istri mereka sedang mengandung"

Freily kaget, Minho juga, Hyunjin apalagi. Pria itu melotot tak percaya. "S-saya kira itu karena memang sudah biasa. Saya memang tidak teratur" jelas Freily. "Saya kira tadi suami saya telah gila karena tiba-tiba saja banyak tingkah, ya walaupun biasanya juga seperti itu"

"Sayang. Kok tega sih?"

"Maaf, dok. Mereka berdua memang gila"

"Kakak juga gila" Protes pasutri itu bersamaan.

Memang satu keluarga gila dan tidak jelas semua.

Dokter Choi hanya tertawa pelan. Merasa sudah biasa menghadapi anak-anak dari keluarga Lee, sekarang tambah Freily sebagai personilnya. "Nyonya bisa menjalani pemeriksaan setelah ini di ruang periksa yang ada di rumah ini karena barang yang dibutuhkan juga sudah lengkap. Atau anda juga dapat menggunakan alat sederhana itu. Nanti saya akan rajin berkunjung untuk memeriksa keadaan anda"

"Baik, dok. Terimakasih. Saya tes sendiri dulu saja. Nanti saya akan menghubungi dokter apabila perlu" Minho yang bertugas mengantarkan dokter itu keluar setelah selesai mengemasi peralatan bawaannya.

"Bagus deh. Gue yang hamil lo yang tersiksa" ujar Freily sambil berjalan mendekati ranjang lalu kembali duduk di samping suaminya yang masih berbaring.

"Omongannya. Mulutnya sengaja banget buat mancing" Space kosong di sebelahnya ia tepuk. "Bobo sini. Peluk" Freily bergerak cepat. Dia memberikan bayi pertamanya itu sebuah pelukan yang paling hangat kemudian mengecup pipinya singkat.

"Tadi chio nangis kenapa?"

"Cemburu sama kak minho yang ketemuan sama cewek, padahal itu temen kerjasamanya. Kek kamu banget, cemburuan"

"Kek kamu enggak aja"

"Enggak"

"Nggak salah"

"Woy! Minimal pintunya ditutup dulu kalau mau mesra-mesraan gitu. Atau lebih baik ya dikunci. Awas chio sampe liat" Omel Jisung yang melewati kamar mereka dan tidak sengaja melihat pasutri itu sedang saling memberi kehangatan lewat sebuah pelukan.

"Tutupin dong, mblo. Orang ganteng mager nih"

"Yeu... dah ngebabuin, ngatain pula. Karma itu lo yang kesiksa waktu kakak ipar mengandung. Gua doain bibir lu tambah tebel mampus" Pintu segera ditutup dan terkunci secara otomatis. Hyunjin hanya tertawa melihat adiknya yang selalu saja ngomel-ngomel tapi tetap berangkat kalau disuruh.











_________________________________________
TBC



Our Destiny | Hwang Hyunjin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang