3 | Verifikasi Bukti Cinta

7 0 0
                                    

KADANG-KADANG, gue berpikir mengenal pria terlalu dekat bakal menimbulkan ketergantungan, lalu mengakibatkan susah move on, dan itu sifatnya menakutkan. Hubungan gue sama Aksen terasa seperti rutinitas yang andai suatu saat harus berakhir, pasti bakalan bikin gue hancur. Persoalannya di tahap ini bukan hanya tentang cinta atau enggak, tapi seperti manusia yang bakal mati kalau nggak menghirup oksigen, karena bernapas ibaratnya aktivitas yang nggak perlu dipikirkan dan lazim dikerjakan. Jadi, gue menyimpulkan kalau terbiasa karena kehadiran seseorang itu lebih mengerikan ketimbang perasaan jatuh cinta.

Bahkan gue nggak ingat apa alasan naksir pria itu sesudah lima tahun berlalu. Yang gue sadari, tiba-tiba saja Aksen jadi sosok yang selalu gue tanyai kalau perlu pendapat orang lain, setiap langkah atau keputusan yang gue ambil kerap kali dipengaruhi pria itu, dari urusan sepele seperti mengangkat galon minuman sewaktu Bapak keluar kota sampai cara gue mengatur keuangan yang sifatnya privasi sekalipun, ada bayangan Aksen yang selalu hadir.

Kebohongan di kelab pasti bikin gue overthinking sampai jadi ragu sendiri. Sangsi atas apa yang Aksen rasakan terhadap gue setelah usia hubungan kami menahun, bimbang apakah pria itu nyaman dengan istilah pacaran dan nggak benar-benar memikirkan pernikahan, juga gamang bila seandainya, hanya gue pihak yang memikirkan itu semua. Aksen seperti biasa, terlalu santai buat bersenandung menyeberangi sofa usai meletakkan kunci mobil, lalu memeluk pinggang gue dengan senyum yang membuat salah satu sudut bibirnya terangkat lebih tinggi.

Iris matanya mengunci pandangan gue. Netra itu legam bila cahaya di sekelilingnya kurang. Cara Aksen menatap membuat gue ingin bicara jujur tentang kabar buruk yang datang belasan jam lalu. Namun, Aksen selalu punya hal lain untuk diceritakan dan mendadak saja segala urusan hajat hidup gue bergeser prioritasnya jadi paling bawah. Aksen memang berkemampuan mengabsorpsi perhatian agar terhimpun padanya seorang.

"Aku punya kabar bagus," katanya tanpa meninggalkan atensi memandang bibir gue.

Kontras dengan air muka yang mungkin sudah kuyu ini, lelaki itu berseri-seri. "Apaan?"

"Bentar," Aksen menjeda sembari mengendus wajah gue, "Kamu ngerokok?"

Gue mengelik ke sisi lain supaya tubuh ini nggak terkurung dalam pelukan pria itu. "Ditawarin."

"Sama siapa?"

"Nggak tahu, nggak kenal," jawab gue.

Aksen berbalik untuk menangkap pergelangan tangan gue. Kami jadi berhadapan kembali. Lelaki itu gesit mengangkat pinggang gue agar duduk di meja dapur multifungsi, berguna untuk tempat penyimpanan, masak, makan, dan kadang-kadang bermesraan. Apartemen yang disewa Aksen nggak begitu besar, jadi bergerak beberapa langkah saja sudah memindahkan posisi kami dari ruang tengah ke dapur.

Dia bukannya menjauh karena napas gue berbau residu tembakau, tapi malah makin mendekat dan menyelami pinggiran leher ini. Gesturnya menuntut. Suhu tubuhnya yang mendadak panas meyakinkan gue kalau dia menginginkan sesuatu. Aksen sedang gembira, menggebu-gebu, dan bergairah.

"Tadi katanya mau ngomong kabar bagus?" tanya gue susah payah menahan geli akibat gigitan kecil di tengkuk.

"Tapi wangi kamu nggak biasa. Lebih spicy," gumam lelaki itu sembari mengulum cuping telinga gue yang dipasangi anting tusuk, "lebih pekat," Aksen menyapu kecupan di sekeliling bingkai bibir ini, "wilder and sexier," bisiknya sebelum merangkum ciuman.

Mungkin satu-satunya yang bikin keyakinan gue masih bertahan adalah Aksen nggak kehilangan minat secara fisik, meskipun dia selalu tergesa melesakkan lidah untuk mengembarai rongga mulut, maupun ketika Aksen melalaikan jejak-jejak afeksi sebagai permulaan. Dia tipikal pria yang bergegas menuju inti sewaktu pengamatannya menangkap setitik saja sinyal kepasrahan. Meluruhkan pakaian dan melemparnya serampangan hanya terjadi sepersekian detik usai Aksen berhasil menerjemahkan bahasa tubuh gue.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOVECONOMICSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang