Dasar payah!

209 12 2
                                    

Ini chapter ke 7 dari flwh. Gue harap sih kalian  suka. Nah untuk chapter ini, masih sepenuhnya adalah POV dari Tammara. Sekedar mengingatkan saja. Typo  dimana mana.

·oOo·

Pagi ini tak ada yg spesial. Seperti biasa, hal pertama yg kujumpai saat membuka mataku dan tersadar dari mimpi-mimpiku, adalah gelap. Ahh, aku bahkan tidak ingat kalau saat ini tubuhku sedang terbungkus selimut seperti lemper. Walau begitu, keinginan untuk beranjak dari kasur ini sama sekali tak ada dan tak ingin ku lakukan. Bunyi deringan alarm dari smartphone pun sama sekali tak mengusik di telingaku walau kenyataannya ponselku saat ini berada di atas nakas yg letaknya tepat di samping kepalaku. Aku masih menggeliat sambil menaikkan selimutku sampai ujung kepala. Aku masih bergeming belum niat untuk menyibakkan selimut ini jauh jauh, Walau kenyataannya saat ini aku sudah terbangun, dan juga masih ingat kalau hari ini hari pertamaku ke sekolah. Ngomong ngomong soal sekolah baruku, aku memutuskan untuk mengubah cara bicaraku menjadi lebih sopan dan mengarah ke "aku kamu", aku sih juga tidak tau kenapa, yg pasti ingin tampil beda saja. Siapa tau teman baruku lebih suka dengan cara bicaraku yg baru.
·

Masih berkedip di balik selimut, suara ketukan pintu yg lebih tepat di sebut suara gedoran pintu terdengar dari luar sana. Siapa lagi kalau bukan mama tercinta. Taruhan deh, bentar lagi pasti suara mama bakalan mengisi seantero ruang apartemen ini.

"TASYA!! INI JAM 06.12.. KENAPA BELOM SIAP SIAP!! CEPETAN!!!" hahh.. terakhir aku bilang apa. Benarkan tebakanku, suara mama sudah melengking dan berhasil mengalahkan deringan alarm yg dari tadi masih saja berisik. Dengan malas kusingkirkan selimut ini jauh jauh hingga tergolek mengenaskan diatas lantai begitu saja.

"IYA MA! INI TAMMA LAGI MANDI.." jawabku tak kalah kerasnya. Astaga, anak macam apa aku ini? Masih pagi sudah berbohong dengan ibunya sendiri. Tak terdengar lagi suara mama diluar sana. Kuputuskan untuk segera beranjak dan bersiap mandi.

·oOo·

Duapuluh menit kemudian, aku menuruni anak tangga dan sudah bersiap untuk segera berangkat sekolah. Aku berjalan menghampiri mama yg terlihat bosan duduk di kursi makan. Sambil memakai arloji ku di tangan kiri, aku berjalan kearahnya dengan seringaian senyuman menggelikan ku, berniat untuk berpamitan dan mencium tangan kanan mama sebentar.

"Ma, tamma berangkat" ucapku sambil menegak segelas susu, kemudian memasukan wadah bekal ke dalam tasku, yg berisi sandwich dan beberapa potong buah segar didalamnya.

"Hmm. Nggak sarapan dulu sya?" Ujarnya sambil menggigit roti berselai coklat kesukaan mama kedalam mulutnya sendiri. Aku menggeleng samar lalu berdiri di samping mama yg melahap potongan roti terakhir di tangannya.

"Yuk berangkat".

·oOo·

Beberapa kali aku masih menguap didalam mobil, mengucek mata agar tidak terpejam, itulah yg ku lakukan sekarang.

Dua anak kecil sedang duduk di bangku taman kota. Yg perempuan sedang memegang dua cup ice cream vanila di tangannya, sedangkan yg laki laki memegang lolipop dan menjilatinya.
"Dav, nanti kalau sudah sekolah kita temenan gak ya?" Tanya anak perempuan itu kepada anak laki laki di sebelahnya. Mendengarnya, anak laki itupun menghentikan jilatan lolipop nya.
"Kenapa tasya bertanya seperti itu?" Tanyanya tak mengerti. Anak perempuan disebelahnya itu mulai mengalihkan pandangannya ke anak laki laki disebelahnya.
"Tasya kan cuma tanya, vii."
"Kita mah bakal tetep jadi temen sya. Janji ya, sekolah kita bakalan sama."  Ucap anak laki laki  itu sambil mengacungkan jari kelingking nya. Tanpa tunggu lama, si anak perempuan pun mengaitkan jari kelingking mereka berdua.

·

Sebuah tepukan pelan mulai terasa di pipiku. Aku mengerjapkan mata berkali kali, mencoba mencerna apa yg terjadi barusan.

First Love with himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang