Gigimu terlalu tajam

806 24 5
                                    

Sinar mentari dengan leluasanya menerobos masuk lewat kaca jendela, disebuah kamar yg cukup luas dengan didominasi dengan warna biru muda. Disana terbaring dengan nyenyak sosok gadis kecil dengan di temani boneka panda di pelukannya. Matanya terkatup teduh. Pipinya yg berisi kian merah memadam saat ia membalikkan tubuhnya dan menghadap tepat ke arah sinar matahari. Tanpa ia sadari, kini telah duduk seorang wanita dengan paras keibuannya sedang tersenyum memandanginya.

"Anak mama kok belum bangun...." ucap wanita itu sambil membelai lembut rambut gadis kecilnya. Tak mendapat respon yg cukup, putrinya justru menggeliat manja sambil mengeratkan pelukan dengan boneka pandanya. Melihat respon putrinya yg kian manja, bibir wanita itupun tertarik keatas sempurna hingga membentuk sebuah lengkungan yg manis.

"..... ayo bangun. Hari inikan kamu berangkatnya sama davvi, jangan sampai dia sampai disini, anak mama yg cantik ini belum siap berangkat." Tutur wanita itu lagi dengan lembut.

Mata gadis kecil itu terlihat beberapa kali berkedip. Ia mengerjapkan matanya sebelum akhirnya kelopak mata yg mungil itu terbuka sempurna. Pemilik mata itu tak lain dan tak bukan bernama Tammara Sarash, puteri dari om junio Herlambang dan tante Dirka Fatma, yang saat ini genap berusia 8 tahun di bulan februari lalu.

---

Matanya terbuka sempurna, dibukanya lebar lebar kedua tangannya dan mengambil posisi duduk di ranjangnya. Ia belum sadar dengan kehadiran wanita yg dari tadi duduk dimulut ranjang dan tersenyum ke arahnya. Matanya membulat berbinar ketika menyadari kehadiran wanita itu. Bibir kecilnya mulai tertarik ke atas, membentuk senyum simpul dipipinya.

"Mama...!" Seru Tamara sambil memeluk erat wanita itu. Ya, wanita itu adalah ibunya yg bernama Dirka fatma. Disisipkannya kepala kecilnya itu diantara helaian rambut ibunya yg tegerai lurus. Wanita itupun membalas pelukan puterinya itu.

"Iya.. ayo cepet mandi. Udah jam 05.48 ini. Jangan sampai terlambat, ok" ucap wanita itu sambil melepaskan pelukan anaknya.

"Ok." Jawab tamara sambil mengecup pipi kanan milik ibunya.

Iapun menyibakkan selimut yg semula menutupi kakinya. Dengan riang tamara membuka pintu kamar mandi yg memang terletak didalam kamarnya.

-----
Dag dag dag dag dag...

Suara ketukan langkah sepatu terdengar menuruni anak tangga. Tammara sarash dengan seragam sekolahnya sedang berjalan menghampiri ibunya yg sedang sibuk didapur.

Dengan semangat ia mengambil duduk di kursi makan yg sudah disediakan. Didepannya telah duduk seorang pria berkemeja hitam dan berdasi, tengah memandanginya sambil tersenyum.

"Waaah.. anak papa hari ini cantik sekali." Ucap laki laki itu sambil mengelus lembut rambut hitam milik putrinya. Laki laki itu adalah ayahnya, Junio herlambang.

"Makasih pa. Oh ya, tasya seneng pa. Hari ini tasya berangkat sama Davvi, davvi sendiri yg nyuruh tasya buat berangkat bareng dia." Tutur tammara dengan antusias, ayahnya pun tersenyum.

Ibunya yg berjalan mendekat sambil membawa segelas susu di tangan kirinya pun menghampirinya dan menepuk gemas kepala puterinya itu.

"Ingat. Nanti jangan nakal sama davvi. Giginya itu di tumpulin dulu. Gak bosen apa tiap hari gigit tangan davvi terus." Ucap mamanya yg kemudian mengambil duduk di samping kursinya. Tammarapun mengangguk, lalu menyantap roti isi dipiringnya.

-----
Tiinnn tiiinnn

Suara klakson mobil terdengar dari arah luar rumahnya.

"Itu dia davvi." Gumam ibunya yg berjalan menuju pintu depan dan membukanya. Mendengar perkataan ibunya, tammara pun segera meraih tasnya yg ia taruh di sofa ruang tv, dan berjalan mengekor dibelakang ibunya. Sesampainya di pintu rumahnya, senyuman tammara-pun semakin mengembang ketika mendapati kaca mobil itu terbuka dan dibaliknya terlihat wajah laki laki seumurannya sedang tersenyum kearahnya.

First Love with himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang