''Untukmu Tawa dan Air Laut.
Jikalau aku tahu, TAWA itu adalah AIR MATAmu, aku tidak akan pernah membuatmu tersenyum.
Jikalau aku tahu, AIR LAUT adalah JIWAmu, dengan senang hati ku tenggelam kan diri ini" - Oh Sehun
"Bila nanti aku tak sempat be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku melirik jam tanganku yang menunjukan pukul 07:10. Sepertinya musim dingin akan segera tiba. Sinar matahari pagi ini sedikit terlambat untuk terbit, dan udara pun masih terasa dingin seperti tadi malam.
Aku menggosok gosokkan telapak tanganku dan meniupnya perlahan untuk menghangatkan tanganku yang terasa kaku karena kedinginan. Aku sudah tiba di Seoul beberapa menit yang lalu. Dan kini aku sedang menunggu Lisa untuk menjemputku.
"Huff... Dingin sekali." aku terus menggosok telapak tanganku dan sesekali menggerakkan tubuh agar tidak kaku. Aku benar-benar tidak tahan dengan udara dingin dan bodohnya aku karena tidak membawa syal ataupun sarung tangan.
"Chae Young!!!" ku dengar seseorang memanggilku dari kejauhan. Aku menengok ke arah sumber suara, dan ternyata itu adalah Lisa. Lisa berlari kearah ku dengan tangannya yang memegang sesuatu? Seperti paper bag? Setidaknya itu yang ditangkap oleh korneaku.
"Chae Young, hahh. Hahh. Hahh." Lisa berjongkok kelelahan, berusaha mengatur nafasnya agar kembali normal.
"Kenapa kamu berlari? Aku kan bisa berjalan ke arahmu."
"Aku kangen" Lisa mengambil sesuatu di dalam paper bag yang ia bawa, kemudian melilitkannya ke leherku. Itu adalah syal. Syal berwarna coklat kemerahan dan sebuah sarung tangan dengan warna senada. Ia juga memakaikan sarung tangan itu untukku.
"Tcihh seperti anak kecil saja." gumamku lalu tersenyum melihat tingkahnya yang seperti seorang ibu sedang merawat anaknya.
Lisa kemudian memelukku dengan erat. "Aku kangen. Aku kangen."
"Maaf, maafkan aku karna selama ini aku tidak bisa berada disampingmu. Maafkan aku Chae Young. Dan terimakasih karena telah bertahan."
Aku membalas pelukannya. Lisa menenggelamkan wajahnya di pundakku, terdengar sedikit isakan dari bibirnya. Akupun menenggerkan daguku di pundaknya, lalu mengelus pelan punggungnya menandakan bahwa aku baik baik saja. Rasanya, beban yang kurasakan sedikit berkurang sekarang.
"Dan maaf, aku tidak bisa membelikan mu syal berwarna pink, warna kesukaan mu. Salahkan tokonya karena tidak menjual syal berwarna pink." Aku melepas pelukanku lalu tertawa kecil. Dia masih saja ingat warna kesukaanku.
"Tapi bagaimana kau tahu aku tidak membawa syal?"
"Aku hanya berjaga-jaga jika kau tidak membawanya, and yeah seperti dugaan ku" ucapnya dengan diiringi tawa kecil.
“Ayo kita pulang. Kau juga harus membersihkan tubuhmu"