Selama beberapa saat Gevariel terdiam, sibuk memasukkan kayu bakar ke dalam api unggun. Maela sendiri menahan dirinya untuk tidak mengumpat.
"Kenapa kau berpikir demikian?"
Alis Maela mengernyit. Jawaban tak didapatnya, tapi sebuah pertanyaan lain Gevariel berikan. Membuat kesabaran Maela semakin menipis.
"Melihat anda mengambil tindakan selama penyerangan di aula, saya rasa anda bukan seseorang yang akan menjadikan seorang asing menjadi kekasih anda tanpa alasan."
Sebelah alis Gevariel terangkat kala mendengar jawaban Maela. "Hanya itu?"
"Anda sama sekali tidak mengindahkan Nona Julead yang merupakan wanita tercantik dan terpintar di Norine. Jadi, saya pikir bahwa apa yang anda cari bukanlah wanita yang cantik dan pintar."
Geraman halus terdengar dari Gevariel, tanda ia mendengarkan jawaban Maela walau tatapannya tidak beralih dari api unggun di hadapannya.
"Jadi, saya pikir bahwa anda memilih saya karena saya memiliki apa yang anda butuhkan."
"Apa yang aku butuhkan itu?"
Kening Maela mengernyit dalam. Ia bisa sampai pada kesimpulan demikian setelah ia memutar otak, namun selama ia berpikir tadi Maela sama sekali tidak bisa menemukan alasan yang dimaksud.
"... Saya kekurangan informasi untuk mengetahui itu."
Gevariel menoleh, menatap Maela dengan sebelah alisnya yang terangkat. "Kekuarangan informasi?"
"Saya tidak tahu apapun tentang anda. Jadi saya tidak bisa menyimpulkan alasan anda memilih saya."
"... Menarik."
Gumaman Gevariel yang tertangkap telinga Maela pun membuat Maela mendengus. Apanya yang menarik? Apa dia senang sudah membuatku kebingungan? pikir Maela menekuk wajahnya kesal.
"Dugaanmu tak salah. Aku memang punya maksud lain."
Maela menahan dirinya untuk tidak tersenyum lebar. Dirinya terlalu senang setelah tahu kalau perkiraannya benar.
"Bisa dibilang semacam perjanjian. Kau menjadi kekasihku di depan publik, imbalannya akan kuberikan pekerjaan dan jaminan hidup."
Manik mata Maela melebar mendengar imbalan yang dijanjikan. Jaminan hidup yang dikatakan Gevariel, berarti Maela dan orangtuanya tidak akan dibunuh jika ia menerima perjanjian ini.
"... Apa ada peraturan dalam perjanjian ini?" tanya Maela hati-hati.
Ia ingin segera menerima perjanjian yang sangat menguntungkannya ini, tapi ia juga harus menimbang peraturan yang bisa saja merugikannya.
"Sentuhan fisik hanya diijinkan di tempat umum. Ini peraturan utamanya."
"Hanya sentuhan fisik?"
"Hm. Detailnya akan kutuliskan di kertas saat tiba di kantorku. Yang utama hanya itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blessed Sword
General FictionAula istana kerajaan Norine menjadi awal pertemuan keduanya. Pria yang menjatuhkan kekuasaan raja Norine dengan mudahnya, dan pola kehidupan Maela yang berubah dalam satu malam. "Jadi kekasihku." Perintahnya di tengah aula dansa istana yang penuh de...