Ruang tamu lantai satu, Edzhar bilang kalau Pangeran Pertama menunggu di sana.
"Leo, Lyra, kalian kemas barang kalian dan siapkan di depan pintu mansion. Kalian akan ke Istana Kaisar bersama Pangeran Pertama nanti."
Gevariel mengatakannya dengan tenang, berdiri dari sofa dan mengambil sebuah surat yang sudah dibubuhi segel lilin yang berada di atas meja kerjanya.
"Kalian tunggu di pintu depan mansion. Maela akan ikut denganku menemuinya."
Maela langsung menatap Gevariel tajam, sementara yang bersangkutan hanya berjalan menuju pintu dan berdiri di samping Edzhar.
"Kenapa diam? Cepat berdiri."
***
Dari lantai dua mereka pun berjalan menuruni tangga dengan Gevariel berjalan di depan.
"Apa kalian tahu nama lengkap garis suksesi kekaisaran Mauritte?" tanya Gevariel tiba-tiba kala kakinya melangkah menuruni tangga perlahan.
"Saya hanya tahu nama depan mereka," jawab Maela.
"Keluarga kekaisaran Mauritte generasi ini cukup unik, karena Kaisar tidak memasukkan nama keluarga dalam nama ketiga anaknya. Karenanya, yang tersiar sampai Norine hanyalah nama pertama mereka," jelas Leo menambahkan jawaban Maela.
"Hm. Pantas."
Kening Maela berkerut halus mendengar gumaman pelan Gevariel. Di belakang mereka semua, Edzhar yang berjalan di barisan paling belakang hanya tersenyum kecut.
"Kalau tak salah, Pangeran Pertama Dean, Pangeran Kedua Aaron, dan Putri Pertama Zoey. Apakah saya benar?"
"Benar."
Senyum puas menghias wajah Maela. Edzhar yang mendengarkan pembicaraan ini hanya bisa menghela napas kecil.
Tuan sama sekali tak berniat memberitahu mereka secara langsung, pikir Edzhar menatap punggung Gevariel.
Sesampainya di lantai satu, Lyra dan Leo pun segera kembali ke kamar mereka untuk mengemas barang-barang yang akan mereka bawa. Sedangkan Gevariel, Maela dan Edzhar berjalan menuju ruang tamu yang berada di ujung lorong panjang lantai satu.
"Maela, atur ekspresimu saat bicara padanya, paham?"
"Baik," jawab Maela singkat. Kalau hanya mengatur ekspresi, itu mudah, batinnya.
Di belakang Maela, Edzhar menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Ia yakin kalau Maela tidak akan bisa mengontrol ekspresinya nanti.
Pintu ruang tamu dibuka oleh Gevariel. Sosok yang duduk di sofa pun langsung bangkit berdiri dan menatap ke arah pintu dengan wajah khawatir.
Oh, dia Pangeran Pertama Dean. Wajahnya lumayan, tapi terlihat terlalu lembut untuk pewaris utama takhta--
"AARON!"
***
Huh? Kenapa ia memanggil nama Pangeran Kedua?
Selain diriku, hanya ada Gevariel dan Edzhar yang langsung keluar ruangan sambil menutup pintu.
... Tunggu. Apa yang dia maksud itu-
"Aku memintamu untuk mengatur ekspresimu 'kan?"
Bisikan pelan dari Gevariel pun memecah pikiranku. Mata emasnya yang melirikku sekilas terlihat memberiku peringatan.
Ia berjalan mendekati Pangeran Pertama dan duduk di sofa, berseberangan dengan Pangeran Pertama.
"Setidaknya, kau bisa memberitahu Yang Mulia Kaisar akan penyerangan Mauritte 'kan? Pergi ke sana hanya dengan pasukan Karsten itu sama saja bunuh diri!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blessed Sword
Aktuelle LiteraturAula istana kerajaan Norine menjadi awal pertemuan keduanya. Pria yang menjatuhkan kekuasaan raja Norine dengan mudahnya, dan pola kehidupan Maela yang berubah dalam satu malam. "Jadi kekasihku." Perintahnya di tengah aula dansa istana yang penuh de...