Vote dan komen ya!!!
.....
Adena membuka matanya perlahan, menyesuaikan cahaya yang ada disekitar. Tengkuknya terasa nyeri dan kepalanya terasa berat. Mungkin ini efek dari pukulan Anya tadi.
Sedetik kemudian keningnya mengerut, tersadar saat baju basah yang ia kenakan sudah terganti dengan baju baru. Dan lebih kagetnya lagi, ada Karel yang sedang tertidur di sofa dengan pulas. Adena menyilang kedua tangannya lalu, tanpa aba-aba dia langsung melemparkan bantal ke arah Karel.
"Shh..." Karel meringis saat ada bantal yang menghantam muka tampannya ketika dia sedang tidur. Karel menatap sekitar, disana ia melihat ada Adena yang sudah bangun dari pinsan dengan wajah penuh amarah.
"Woy mesum lo udah apain gue, ha?!" teriak Adena menggelegar hingga membuat Karel menutup kedua telinganya.
"Maju sini, lo!" Adena turun dari brankar lalu menghampiri Karel. Karel hanya diam saja mengikuti alur yang dibuat Adena.
"Maju jir gue mau ngehajar, lo! Malah diem aja."
Karel mengangkat bahunya, tak perduli dengan orang yang ada didepannya sedang marah besar.
Melihat Karel yang hanya diam saja membuat Adena makin geram. Adena segera menarik tangan Karel, namun yang ditarik malah menarik kembali tangan Adena, sehingga tubuh Adena terjatuh kedalam pelukan Karel.
"Orang gila!" pekik Adena dan segera menjauh dari Karel.
"Lo-- "
"Suutt, ini uks ngapain berisik, sih?" setelah sekian lama, Karel akhirnya mengeluarkan suara. Mungkin itu bukan suara biasa, karena suaranya itu loh masyaalah deep sekaleee.
Adena menelan ludah kemudian manggelengkan kepalanya, meruntuki apa yang dia pikirkan. Tanpa Adena sadari, Karel telah berdiri dan berada di depannya.
"Lo kena---"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Karel terdorong ke belakang akibat ulah Adena. "Gila lo?! Mau bikin gue jantungan?!" Makinya kepada Karel.
"Lo yang gila. Gue gak gak salah apa-apa dan harusnya lo ngucapin terima kasih, bukan malah nyiksa gue," balas Karel.
"Lo kaya setan tau, gak? Tiba-tiba nongol di depan gue."
Karel tak habis fikir, kenapa Tuhan mempertemukan dirinya dengan lutung ragunan seperti Adena. Apa di masa lalu dia melakukan dosa besar? Karel rasa tidak.
"Ngapain lo natap gue gitu?" Sinis Adena ketika Karel terus menatapnya penuh arti.
"Serah gue, yang punya mata siapa?"
"Hihhhhh." Adena merasa geram. "Lo." Jari telunjuk dan kelingkingnya digunakan untuk menunjuk Karel. "Lo ngapain gue, woy? Mana baju gue? Lo macem-macem, ya? Nanti gue aduin ke mentri perlindungan anak sama emak lo!"
Karel menepis jemari Adena. " Heh bego." Tangannya mengacak rambut Adena gemas. "Kalau ngomong disaring dulu. Lo gak sadar kalau gue udah nolongin lo, hah?"
"Nolongin sih nolongin. Tapi gak usah gantiin baju gue juga, Karelllll" Adena berkata penuh emosi, sedangkan Karel merasa kebingungan.
" Ha?"
Gantiin baju katanya? Sedetik kemudian Karel baru teringat. Mungkin Adena salah paham, padahal kan dia tidak melakukan apapun.
"Kenapa? Masih ngelak?" tanya Adena dengan nada sewot.
Ceklek
Dua insan yang sedang ribut itu menoleh ke arah sumber suara. Disana ada Liza dan Reno, kemudian mereka berdua menghampiri Karel dan Adena.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATKAREL
Teen Fiction"Lucu gak sih? Disaat lo lahir kedunia, disaat itulah, lo gak pernah merasa bahagia." "Saat mencintai seseorang harus menanggung sakit, bukan beribaratkan tentang seberapa besar rasa sakit yang di berikan nya, karena jika cinta itu kandas pun semua...