II.

1.9K 236 35
                                    

Kabar mengenai ayahnya yang tiba-tiba sakit membuat Sakura panik bukan main. Pasalnya, dia tidak bisa segera langsung menemuinya karena jarak mereka yang begitu jauh.

Tanpa pikir panjang Sakura langsung mencari tiket penerbangan London-Tokyo untuk malam itu juga. Mendengar mereka akan mendadak pergi ke Tokyo membuat anak semata wayangnya, Sarada, sama sekali tidak senang.

Bocah berusia sembilan tahun itu lalu menggerutu tanpa henti meski dia tetap mengemaskan barang-barangnya yang kira-kira dia perluka.

"Kakek sakit, Sarada. Kita harus menemaninya di sana." Ujar Sakura mencoba memberi pengertian.

"Kalau begitu Mama saja yang pergi. Aku bisa tinggal di sini bersama Papa."

Jawaban Sarada membuat Sakura menghentikan pekerjaanya yang sedang mengepak baju-baju mereka. "Tidak bisa. Kakek mencarimu dan Papa ada banyak pekerjaan di sini."

Mendengar jawaban tegas ibunya itu membuat Sarada tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia dengan sigap menutup ranselnya yang sudah dia penuhi dengan beberapa mainan serta buku bacaannya.

"Kita tidak akan lama di sana kan, Ma?"

"Tergantung kondisi Kakek."

Ketakutan terbesar Sarada sekarang adalah bagaimana jika mereka terpaksa harus pindah ke Tokyo untuk selamanya dan meninggalkan London yang nyaman. Memikirkannya saja membuat Sarada merasa ingin menangis.

"Apa Papa tidak ikut dengan kita?"

Sakura menatap wajah putrinya. "Papa sibuk sayang. Jangan egois."

Tak lama suara pintu apartemen yang dibukan terdengar dan sosok Hatake Kakashi masuk. Di tangannya ada dua lembar amplop berisi tiket penerbangan milik Sarada dan Sakura.

"Papa!" Sarada berdiri dan berlari memeluk pinggang Kakashi. "Kenapa Papa tidak ikut dengan kami?"

Sebelum menjawab pertanyaan Sarada, pandangan Kakashi sempat beradu dengan Sakura. Dia bisa membaca sorot tidak nyaman wanita cantik itu.

"Maaf ya, Papa sedang sibuk. Kalau sudah tidak sibuk, Papa akan menyusul kalian." Jelas Kakashi sehalus mungkin.

"Sekarang kau dengarkan sayang? Papa ada pekerjaan yang tidak bisa dia tinggalkan."

Pundak Sarada turun karena merasa sedih. Belum apa-apa dia sudah merindukan papanya ketika mereka berjauhan nanti.

"Aku pasti akan merindukan papa. Semoga kakek cepat sembuh agar aku bisa pulang ke sini dan bertemu Papa lagi."

Tangan Kakashi mengelus pucuk rambut hitam milik Sarada penuh kasih sayang. "Ya, semoga kakekmu cepat sembuh ya. Jika kalian tidak bisa segera pulang, papa akan coba mengatur jadwal nanti agar bisa menemui kalian."

***

Sakura meletakkan nampan dengan dua buah cangkir berisi kopi di atasnya. "Silakan minum, Kakashi."

Kakashi yang baru selesai memeriksa ponselnya tersenyum. "Sarada sudah tidur. Dia tadi mengeluh karena harus ke Tokyo." Ceritanya sambil tertawa kecil.

"Dia tidak senang kami harus ke sana."

"Dia hanya merasa asing. Jika sudah tiba di sana, dia pasti akan merasa senang."

"Semoga saja," Sakura menyesap kopi miliknya pelan. "Ayah memaksa ingin pulang ke Tokyo karena rindu dengan kampung halamannya dan ibu juga tidak bisa mencegah. Siapa yang sangka dia akan jatuh sakit di sana."

Bad Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang