Bab 1

6 2 1
                                    

Sinar matahari menembus celah gorden kamar berukuran sedang benuansa kemegahan agung yang luar biasa. Sepasang mata bulat indah terbuka sempurna menoleh jam yang menunjukkan pukul 6 pagi.

Seorang remaja SMP bersiap untuk aktivitas sehari-hari seperti biasa ia lakukan. Ia berias wajah di cermin, begitu cantik bagai bunga mawar mekar di pagi hari berbalut embun yang sejuk.

Namanya Chelsea Seylana Beatrice biasa dipanggil Caca seorang gadis remaja cantik dari keluarga yang mapan tapi juga bisa disebut tidak beruntung. Karena kedua orang tuanya yang memiliki banyak harta tapi tidak memiliki sedikit pun waktu untuk memberikan kasih sayang dan cinta padanya.

"Sayang jangan sampai telat ya, ini ujian nasional terakhir kamu..." Teriak seorang wanita paruh baya dari arah dapur indah dengan peralatan yang lengkap dan mewah.

"Iya ma, Caca udah siap. Ohiya pa aku berangkat dulu ya mau lanjut belajar kegi di sekolah," Sahutnya sambil meminta ijin pada papanya yang berada di meja ruang makan.

"Iya sayang, papa udah taruh uang buat kamu di laci meja belajarmu seperti biasa. Nanti kalau kurang bilang aja papa tambah lagi asal kamu pinter sekolah nya papa mama turutin semua maunya anak kesayangan papa mama." Ucap papa Caca.

"Kalau Caca maunya di sayang mama papa aja gimana?" Tanya Caca.

"Sayang jangan bercanda deh, mama sama papa lagi sibuk kerja ini buat kebutuhan sehari-hari kamu juga loh." Sahut mama Caca.

Tanpa membalas apapun Caca mengambil roti selai lalu meninggalkan ruang makan dan bergegas berangkat ke sekolah sendiri.

Caca berjalan sampai di sekolah tepat di depan kelasnya ada seorang siswi yang menyapa dengan akrab kearahnya.

"Caca... Aku nungguin kamu dari tadi loh kok baru dateng sih," ucap siswi satu kelas yang menyapanya, dia adalah Diandra Helena yang biasa dipanggil dengan nama Dira yang merupakan teman atau bisa bisa disebut sahabat Caca sedari kecil.

"Iya Ra, aku tadi jalan kaki makanya lama sampe sekolah. Ohiya simak hafalan aku bentar aja yuk," balas Caca pada Dira.

Dira menyimak hafalan Caca dengan seksama sampai semuanya selesai.

Kring... Kring...

Bel masuk berbunyi tanda ujian akan segera di mulai. Semua siswa-siswi bersiap duduk di bangku masing-masing, mereka menggambil sikap berdoa untuk memulai ujian pada pagi hari ini.

"Selamat pagi anak-anak... Sudah siap belajar untuk ujian hari ini?" Sapa Bu guru pada siswa-siswi di kelas.

"Sudah Bu," balas siswa-siswi kelas dengan serempak.

Bu guru membagikan lembar soal ujian, semua siswa-siswi mulai mengerjakan dengan tertib sesuai ketentuan ujian.

"Huft ini yang aku pelajari kemarin malam kan? Bersyukur aku udah belajar, kalau nggak bisa saja nilai ku jelek soal sesulit ini." Gumam Caca.

Jam menunjukkan pukul 9 pagi batas akhir mengerjakan ujian hari ini. Bel berbunyi nyaring, siswa-siswi mengumpulkan kertas hasil pengerjaan mereka lalu bergegas keluar kelas.

"Dira!" Teriak seorang siswa dari arah seberang berada di dekat gerbang sekolah, "kamu udah di jemput itu." Lanjut siswa itu.

"Aku pulang dulu ya Ca, besok kita ketemu main ke taman kayak biasa." Pamit Dira sambil menjabat tangan sahabatnya.

"Iya Ra, aku juga mau pulang bentar lagi." Balas Caca.

Dira pulang lebih dulu, tinggal Caca sendiri duduk di kursi taman sekolah sambil membaca buku, ia melihat jawaban dari soal yang tadi di kerjakan saat ujian.

"Ca, ayok bareng gue sini!" Ajak siswa yang sudah menaiki sepeda motor nya.

"Boleh deh Ngga," jawab Caca pada siswa bernama Angga, bergegas membereskan buku-bukunya dan menghampiri Angga di ujung taman yang menunggunya.

Mereka berdua pulang melewati beberapa jalan yang rimbun dengan pepohonan di kanan kiri tumbuh dengan subur. Setelah 15 menit dalam perjalanan panjang akhirnya sampai di rumah Caca.

"Makasih ya Angga,"

"Sama-sama Ca, tolong sampein salam buat mama kamu ya aku mau langsung pulang."

"Oke siap." Ucap Caca setelahnya Angga pergi dari sana untuk pulang ke rumahnya.

Sambutan dari rumah hanya berupa cahaya redup dari sedikit sinar matahari yang menembus gorden tertiup angin kencang. Mendung menambah suasana kelam dalam rumah itu. Caca masuk ke kamarnya dan melihat sepucuk surat terletak pada meja belajar di tindih botol minum kesayangannya.

"Sayang, mama papa keluar karena urusan kantor satu minggu. Kamu baik-baik di rumah sama bibi, jaga rumah ya sayang. Tadi papa taruh uang di laci meja belajar kamu buat seminggu kalau kurang bilang aja nanti papa transfer lagi buat kamu ya. I love you more." Isi surat itu.

Setelah membaca surat itu Caca meremas kertas lalu membuangnya kedalam tong sampah sambil meneteskan air matanya.

"Apalagi yang bisa mama papa lakukan selain ini? Aku capek, aku ga butuh uang, jatuh miskin pun aku siap andaikan itu jaminan biar aku bisa dapet perhatian mama papa. Aku gamau ini, aku benci semuanya." Tangisan Caca menggema keras di ruangan besar kamarnya yang hanya terdapat ia sendiri.

Hari mulai gelap, kilat menyambar hingga guntur menggema. Gadis itu bangun karena terkejut, dapat dilihat jelas matanya yang sebam merah dan badan yang lemas. Ia menutup jendela kamarnya lalu kembali untuk tidur lagi karena lelahnya.

Tok tok tok

Suara pintu diketuk, seorang lelaki berbadan tegap dan gagah berada di balik pintu besar rumah Caca terlihat menyeramkan dengan cahaya yang gelap gulita.

















Baca kelanjutannya, tungguin update berikutnya, ikutin terus Erlianara.

Hai semua, apa kabar kalian hari ini?
Gimana buat bab 1 nya?
Jangan lupa vote dan follow biar aku makin semangat nulisnya.
Terimakasih semua, semoga hari kalian menyenangkan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sajak Tasbih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang