Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Leo masih memandang tempat yg ada di depannya
Sebuah bangunan yg menjulang tinggi, itu adalah Rumah sakit jiwa
Kenapa Fano membawa nya ke sini
"Bang, kenapa bang Fano bawa Leo ke sini?" Tanya nya menoleh ke arah Fano
"Bang Fano mau jenguk ibu Abang" jawabannya
Leo kaget
"Ayok turun" ujarnya lalu Fano turun dari mobil di ikuti Leo
Fano memegang tangan Leo lalu membawanya ke dalam
Saat sudah ada di dalam Fano memasuki salah satu ruangan
Ruangan itu sangat indah berbeda dengan ruangan yg lain
Ruangan itu di penuhi sebuah foto keluarga bahagia dan lebih mendominasi adalah sebuah foto anak kecil
Dan juga ada beberapa mainan anak-anak, bunga, dan juga kertas
"I-ini" Leo tercengang melihat ini semua
Sedangkan Fano hanya tersenyum lalu berjalan ke arah seorang wanita yg sedang tertidur di kasur
"Mamah Fano datang, maaf Fano jarang mengunjungi mamah, Fano ke sini membawa viel mah" ujar Fano mengelus tangan wanita itu aka ibu Fano yg terlihat kurus
"B-bang Fano maaf, sebenarnya apa ini Leo nggak paham kenapa bang Fano membawa Leo ke sini" tanya nya mendekati Fano
"Ini mamah Leo, mamah kita" ujarnya memegang kedua tangan Leo
"M-maksudnya?" Leo tidak paham dengan semua ini
"Kamu lihat ini" Fano mengambil salah satu foto di nakas
"Ini ayah"ucapnya sambil menunjukkan seorang pria paruh baya
"Ini mamah" lanjutnya membujuk seorang wanita paruh baya
"Ini bang Fano" Fano menunjuk seorang anak kecil yg mungkin berumur 10 Tahun
"Lalu ini adalah kamu, Cleo Axvel Dermanta" Fano menuju seorang bayi yg berada di gendongan wanita paruh baya
Leo tersentak kaget lalu menoleh ke arah Fano
"A-apa, apa maksud bang Fano, tolong jelaskan pada Leo" gagap nya
"Dulu kita adalah keluarga yg harmonis dan sangat bahagia, tapi semua itu hancur karena ayah ketahuan berselingkuh dengan sekertaris nya, mamah sangat sakit hati dan ingin bercerai dengan ayah, ayah pun akhirnya setuju tapi dengan satu syarat, dia meminta kamu untuk ikut dengan nya" jelas Fano menjeda ucapan
"Jelas mamah tidak setuju dengan keinginan ayah, tapi ayah tetap kekeh membawa mu pergi, dan sejak saat itu mamah menjadi stress dan trus menangis, Abang yg waktu itu masih 14 tahun bingung ingin melakukan apa, Untung ada paman Zan yg membantu kami" lanjut nya menoleh ke arah Leo yg menatap nya berkaca-kaca