I

6 1 0
                                    


Chapter one - "What A Good Sister"

◈ ━━━━━━━ ⸙ ━━━━━━━ ◈

Kesal.

adalah emosi yang dirasakan oleh Lareina sementara dirinya sedang berganti baju. Walaupun umumnya Lareina adalah sosok yang terbilang sabar, Kakaknya telah menjahilinya ratusan kali sebelum ini.

Dan ia berjanji pada dirinya sendiri; Bahwa Lareina akan membuat hari itu hari terakhir di mana Sylvinne dapat menjahilinya.

Setelah gadis itu selesai mengganti seragamnya dengan shirt bewarna baby blue  dan culottes bewarnakan putih susu, ia beranjak keluar dari kamarnya.

Menengok ke arah kanan dan kiri, ia meletakkan jari-jemarinya di dagu, 'kira-kira, kalau aku jadi kakak.. aku akan berada dimana?' Ia renungkan.

Lalu, sebuah ide muncul dibenaknya, 'kalau di dapur tidak ada, di ruang utama pun juga tak ada, maka.. sejak ia menyukai buku.. mungkin.. dia sedang berada di Perpustakaan Kota!'

Bibir Lareina terangkat ke atas membuat senyuman simpul yang manis. Tak peduli seberapa jahilnya sosok Kakak itu, tentunya Lareina tahu hampir segalanya tentang Sylvinne.

Lareina dengan segera menggerakkan kakinya menuju Perpustakaan Kota; Hoxfierd's Library. Namun sebelumnya, gadis muda itu berjalan ke arah dapur rumahnya.

Ia lapar, karena sekarang ia telah melewati jam sarapannya. Biasanya, Lareina telah melahap sarapan pagi yang dibuatkan oleh ibunya dengan senang hati.

Tetapi, selagi Lareina tengah berjalan menuju dapur, disaat yang bersamaan pun ia sedang memikirkan cara agar bisa membalas dendam kepada Sylvinne, 'sudahlah, aku harus sarapan dahulu. Aku tak bisa berpikir dengan lambung kosong.' Keluh kesahnya kepada dirinya sendiri.

Ia menggelengkan kepalanya dan mempercepat tempo langkah kakinya, tak sabar untuk melahap apapun yang tersedia di dapur.

Sesampainya di dapur, sayangnya ia tak melihat sosok Ibunya di sana. Daerah rumah tersebut hampa, tak ada siapapun yang sedang berada di tempat itu.

Lareina mengedipkan kelopak matanya dan melamun di tempatnya, pikirannya kosong. Bola mata ungunya hampa, tak terlihat kilatan cahaya yang terpantul di sana.

Namun, atmosfer yang sunyi itu pecah saat terdengar suara keroncongan yang bergema di ruangan. Wajah gadis itu yang semula monotone kini menjadi masam.

'Ah.. apa yang aku harus lakukan? Ibu tak ada di sini. Aku tak bisa memasak, satu-satunya orang yang bisa memasak selain ibu adalah.. Kakak.' Ia merengek kelaparan.

Bola matanya yang tak lagi hampa menyapu area di sekitar, dan menemukan kabinet yang biasanya digunakan untuk menyimpan makanan.

Tanpa ragu-ragu Lareina berjalan ke arah kabinet tersebut, demi mencari makanan yang ia bisa konsumsi.

Bibirnya terangkat sedikit demi sedikit. Harapannya meninggi seiring dengan berjalannya waktu.

Dengan semangat, ia membuka pintu kabinet itu. Namun betapa sial nasibnya, di dalam kabinet itu, Lareina hanya menemukan dua lembar roti yang belum kadaluarsa.

Lareina berhenti sejenak, '..seriously? Ini? Ini yang aku bisa makan untuk sekarang?' matanya berkedut sebal. Ia berpkir bahwa mustahil baginya untuk bisa puas hanya dengan dua lembar roti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EXULANSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang