mencari mangsa

10 0 0
                                    

SMA ku berakhir, saatnya mencari kerja atau jadi istri pria yang dijodohkan.
Tapi lebih enak adalah menjadi istri, hanya saja pria yang dicintai. Yang punya hati nurani, bahkan mainsade yang sama.

Seribu kisah putus asa, seribu kisah jatuh bangun, seribu kisah patah hati.

Iseng-iseng di medsos, buka dada memancing pria hidung belang. Pria turki yang cukup tampan. Brewok, tinggi, dan kurus. Meminta nomor pribadi, memasang wall yang abu-abu, dan selalu meminta video call yang mempertontokan adegan mesum. Adegan urut batang yang tak membuatku bergairah. Sudahilah chanel luar negeri ini, lokal lebih baik. Syukur-syukur Jefri nicol.

Pria yang datang kerumah.
Saat sepi, tangannya mencari celah. Awalnya meminta cium tangan, cium pipi lalu adegan basah.
Sasaranya bukan lagi bibir tapi dua buah yang menonjol membentuk segitiga gunung yang kenyal. Disitulah yang belum pernah.
Di mulai dari ciuman yang basah, berlanjut leher memerah merasuk turun hingga jemarinya memelintir dua puting yang ingin di hisap. Entahlah jiwa keibuanku ingin menyusui siapapun yang menyentuhnya.

Sesekali pelintiran berujung kebawah, tanganku kinipun turut berulah, mencari pegangan yang kuat dan kencang. Rupanya miliknya sudah menahan kebasahan yang sama. Dua insan menahan kebasahan.
Dari pelintiran kecil hingga remasan, kali ini aku terbuai. Terserah kau saja bang, telanjangi lalu mari kita lakukan, aku sudah tak tahan.

Pintu tertutup melingkup, tapi tak membuat mata terpejam. Justru orang-orang semakin mempertanyakan, apa yang kita lakukan.

" jangan disini, nanti orang-orang tau " desahanku menahan.
" aku sudah tak tahan lagi, sebentar saja " tangannya mencengkram.

Bibirnya menyentuh dadaku, menghisap seperti anak kecil menyusu. Ujung lidahnya menyusuri putingku, tangan mencengkram dan satunya menyusuri itu, kemaluanku. Basah, iya basah. Tegang, tentu saja tegang. Bahkan tak tahannya dua kakiku menjepit, menghimpit jemarinya yang bermain klistoris, bagian kecil yang ada didalam itu. Semuanya bermain.
Pun tanganku ikut mengurut miliknya yang membesar dan memanjang. Juga turut basah.

Lalu aku di pangkunya sembari menusuk. Sakit. Tapi ia terus memaksa, katanya sedikit lagi. Tapi sakit sekali. Katanya memang begitu. Sembari menyingkirkan tangan yang berusaha melawan. Nanti enak kalau sudah masuk katanya sekali lagi. Aku berusaha menahan, sembari membekap mulut agar tak keluar suara yang menjadikan orang curiga.

Perlahan setengah centi, satu centi hingga ke dalam. Aku sedikit lega, tapi tidak rupanya didalam lebih sakit lagi. Sampai pendarahan. Tapi tetap menusuk dan menusuk. Goyangan yang membuatku mabuk kepayang. Good kisher dan good player.

Andai tak sesakit itu, justru aku ingin bangkit dan memainkan peran penjepit. Seperti luna maya atau Gisella Anastasya, 80 detik pun tak apa asal membuatnya terngiang dan sulit melupakan. Tapi ini pasti takkan terlupakan, ia yang mengambil keprawananku.

Di drama dan film usai mereka beradegan celup, memperkosa bumi, bercocok tanam. Mereka tertidur dengan telanjang. Tapi kami langsung bangkit sembari menahan rintihan, menghilangkan TKP dan bersikap seolah biasa dan tak terjadi apa-apa.

Tapi kalau ditanya apa aku masih perawan, tentu saja sudah tidak lagi.

First Kist (Ciuman Pertama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang