First Kist (Ciuman Pertama)

Di buat nyaman, tapi oleh suami orang

Tempat kerja
Aku seorang pelayan baru, di cave yang menjual menu ayam. Kerjaku mudah hanya mencatat pesanan pembeli dan mengambil uang mereka.
Menor sih tidak, tapi cukup tebal. Dandananku yang membuat orang cukup berpikir.

Disitulah Riza, teman sepekerjaan. Yang selalu satu shift denganku. Ia selalu menolongku, kadang dipinjami jas hujan. Kadangpun dibelikan makanan.
Sesekali kami juga berpergian bersama, dengan motornya.
Motor berjenis Pxx dari Honda, cukup gagah apalagi kala di boncengnya. Jalannya cukup menajak turun, membuat tubuhku condong dan menempel padanya.
Awalnya aku masih kaget, tapi kelamaan membuat nyaman.

Ia memiliki istri dan satu anak, terbilang amat baru. Tentu masuk anget-angetnya. Bahkan aku sering memergoki miliknya yang nampak membesar. Ia sering berjalan melintas dibelakangku, terkadang tak jarang kami bersentuhan fisik. Mungkin bahkan tanganku melesat diatas miliknya, tentu tak sengaja. Besar dan kencang, entahlah kenapa tak pernah mengecil sepertinya.

Malam itu, tanpa sengaja, aku butuh tumpangannya lagi. Ia tak banyak bicara dan terus melajukan motornya. Jalannya tak mulus, naik turun. Bahkan membuatku terombang ambing seperti dilautan. Aku terus berpegangan pada motornya sekencang mungkin, Ia suami orang tak mungkin tetiba aku memeluknya. Mungkin Ia sadar, Ia menarik tanganku dan meletakan di pinggangnya. Aku hanya berpegang pada jaketnya. Sampai akhirnya aku pasrah manakala ia menarik tanganku dan meletakannya melingkar di perutnya.

Sekali lagi jantungku berdegup kencang, buah dadaku pun seolah ingin meletup. Apalagi berhimpit diantara pelukan. Tangannya terus mendekap tanganku di perutnya. Semakin larut mataku pun tak bisa berkonsentrasi. Terkapar di punggungnya. Mataku memejam di sepanjang jalan. Nyaman.

Pagi hari kami telah sampai tujuan, akhirnya. Rekreasi yang kami impikan disepanjang karir bekerja walau hanya sebagai pelayan.