Disclaimer:
BoBoiBoy (c) Monsta
Balada Tjinta di Tanah Djawa (c) Roux Marlet
Penulis tidak mendapatkan keuntungan material apa pun dari cerita ini.
Parodi dari L'elisir d'amore (The Elixir of Love) karya Gaetano Donizetti.
Warning: Alternate Universe, latar waktu Indonesia di zaman penjajahan Belanda, tokoh berusia dewasa.
[main pairing TauYa, slight HaliYa]
.
.
.
.
.
Bab 4: 'Ku Bukan Bangsawan, 'Ku Bukan Priyayi
.
"Jadi, Mbah Cendamad yang akan jadi penghulu untuk besok?"
"Betul, Bibi."
Malam itu, Ying dan ibunya menemani Yaya semalam-malaman. Mereka sedang menyiapkan pakaian Yaya untuk hari yang penting dan cukup dadakan esok pagi. Kebaya beludru berwarna gelap dengan sulaman benang merah jambu dan tudung panjang yang sewarna, tengah diolesi dengan berbagai rempah wangi. Peninggalan almarhumah sang ibu.
"Lalu, Pakdhe Gaharum yang jadi saksi?" tanya ibu Ying lagi.
Yaya mengangguk. "Aku sudah minta abang sepupuku di Yogyakarta untuk jadi saksi, tapi karena dia belum tentu bisa hadir besok, sebaiknya aku minta orang yang ada di dekatku."
"Ini bawahannya bagaimana, Yaya?" Gantian Ying yang bertanya. "Ada roknya, atau apalah itu?"
"Aku ada sepasang kain jarik punya Ayah dan Ibu, tapi hanya satu yang masih bagus, Ying." Yaya mendesah pelan. "Lagipula, Halilintar akan tetap memakai seragam dinasnya besok."
"Bagi tentara, menikah itu juga tugas negara, ya?" canda ibu Ying. Yaya ikut tertawa kecil, sementara Ying diam saja.
"Orang tua Halilintar, apa mereka masih ada?"
"Hanya ibunya, beliau tinggal di Jepara bersama adik-adiknya."
"Siapa yang jadi saksi dari pihaknya?"
"Kudengar, salah satu priyayi dari Yogyakarta, yang bertugas di pos pertahanan terdekat."
Ibu Ying sudah selesai membalur sekujur kebaya itu sampai wangi sekali. Disuruhnya Yaya mencoba.
"Aku tak tahu caranya memakai jarik dan kerudung. Kau bisa sendiri?"
Yaya mengangguk, tersenyum penuh terima kasih. "Tenang saja, Bibi. Terima kasih atas semua bantuannya."
.
.
.
.
.
Malam itu, Ying melihat kebaya cantik itu sangat pas di badan Yaya dan seketika merasa iri.
Seumur-umur, Ying tak pernah membayangkan dirinya di upacara pernikahannya sendiri menggunakan cheongsam. Dalam hatinya, dia juga ingin mengenakan kebaya pengantin.
Tapi, itu sangat mustahil.
Kecuali ... ya, kecuali kalau calon suaminya kelak adalah orang Jawa. Yang juga sama mustahilnya dengan angan-angan memakai kebaya. Bergaul dengan pribumi yang sesama gadis saja susah sekali, apalagi mendamba suami pribumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Tjinta di Tanah Djawa
Fanfic"Oh, Yaya, betapa cantiknya dirimu! Apalah diriku yang hanya remahan rengginang ini ...." / "Ini adalah kisah tentang ramuan cinta ajaib." / Yaya ingat pesan mendiang sang ayah: 'Kalau Ayah mati nanti, carilah suami yang seperti Ayah'. Sedangkan aya...