Bab 5: 'Ku Hanyalah Orang yang Ingin Dicintai

247 32 46
                                    

Yaya tidak percaya ketika Halilintar menyampaikan kabar itu kepadanya pagi-pagi, sejam sebelum akad pernikahan mereka. Kedua mempelai telah siap dengan busana masing-masing, menunggu penghulu yang akan datang sebentar lagi.

"Tak mungkin!" tukas Yaya, dadanya terasa sesak, lebih karena terkejut dan panik daripada lantaran korset ketat yang melingkari badannya untuk mengenakan kain jarik.

Halilintar mengernyit melihat reaksi calon istrinya. Ditunjukkannya selembar kertas. "Dia sudah mendaftarkan diri kemarin. Ini surat perintah untuknya."

"Kenapa ... kenapa ...?" gumam Yaya kalut, digigitnya bibir dengan gelisah parah. Pelupuk matanya terasa panas, kemudian setetes air mata betul-betul membasahi pipinya yang pucat karena kebanyakan bedak.

"Kenapa Taufan mendaftar ke KNIL?"

.

.

.

.

.

Disclaimer:

BoBoiBoy (c) Monsta

Balada Tjinta di Tanah Djawa (c) Roux Marlet

Penulis tidak mendapatkan keuntungan material apa pun dari cerita ini.

Parodi dari L'elisir d'amore (The Elixir of Love) karya Gaetano Donizetti.

Warning: Alternate Universe, latar waktu Indonesia di zaman penjajahan Belanda, tokoh berusia dewasa.

[main pairing TauYa, slight HaliYa]

.

.

.

.

.

Bab 5: 'Ku Hanyalah Orang yang Ingin Dicintai

.

"Huhuhuuuu ... sakit ...."

Anak laki-laki berumur sebelas tahun itu menyesali kebodohannya. Sudah berkali-kali orang bilang padanya untuk tidak memanjati pohon terlalu tinggi, tapi Taufan terlalu yakin dirinya tak akan pernah jatuh. Tadi, dia betulan jatuh dan kini kedua kakinya tak bisa digerakkan sama sekali selain diserang nyeri menusuk, luar biasa sakitnya. Parahnya, tak ada siapa pun di sekitar kawasan hutan yang sepi itu. Dia makin menyesal karena tadi kabur jauh-jauh dari pelajaran di istana.

"Ayah ... Paman ... Simbah ... Taufan minta maaf ... huweee .... Taufan janji, bakal jadi anak baik setelah ini."

Tak ada orang yang mendengar tangisannya meski ingusnya sudah berlelehan ke mana-mana dan suaranya jadi serak. Taufan berusaha merangkak dan menyeret badannya, tapi tak bisa jauh-jauh karena kedua kakinya terasa berat, seolah-olah malah membelenggunya ke tanah. Taufan kecil menangis dan terus menangis, sampai suatu saat sayup-sayup terdengar suara,

"Siapa itu?"

Ada bantuan! Ada pertolongan! Taufan menjerit sekuat tenaga, "Tolong!"

Bunyi kemeresak terdengar di semak-semak yang tampak remang karena senja memang telah menjelang. Kemudian, sesosok kecil muncul di depan Taufan.

"Astagfirullah!" pekik anak perempuan berkerudung merah jambu itu, mata cokelatnya terbelalak. "Kau kenapa?!"

"Jatuh ...." Taufan meringis kesakitan sambil menunjuk dahan pohon yang patah. Rasanya tadi dia sudah merangkak bermil-mil jauhnya, tapi ternyata baru semeter saja dia berpindah.

Balada Tjinta di Tanah DjawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang