- II -

1.4K 120 2
                                    

Keesokan harinya.

"Ahh~ senangnya dalam hati, kalau dapet jam kosong" Gumam pemuda dengan hidung kelewat mancung dan rambut keritingnya sambil berjalan keluar kelas, "Sanji! kantin?" lanjutnya berusaha mengajak temannya Sanji untuk membolos dan pergi ke kantin,

"Bekal."

Jawaban singkat Sanji membuat jantung pemuda mancung, Usopp, berhenti sejenak, "Sanji? Lu kenapa?" tanya Usopp dengan nada khawatir. Hening, Sanji tak menjawab pertanyaan Usopp yang membuat rasa khawatir kian terasa, "Lu marah ama gua, San?" pertanyaan lain dilontarkan Usopp sembari merasakan tubuh Sanji menggunakan kedua tangannya tanpa menyentuh langsung tubuh Sanji, "Ada yang sakit?" lagi-lagi pertanyaan Usopp diabaikan Sanji yang kini sedang menatap lapangan yang dipenuhi siswa yang sedang melaksanakan jam olahraga.

"Sakit?! Sanji kamu sakit?"

Kini bukan suara Usopp melainkan Suara lain yang terdengar dari arah lain. Berdiri pemuda berambut ikal berwarna hitam, Ace, bersama pemuda ikal pirang dengan bekas luka bakar di bagian mata kirinya, Sabo. Keduanya adalah senior atau kakak kelas bagi Usopp juga Sanji. Kekhawatiran kini terlihat jelas di wajah berbintik Ace, "Heh! Usopp! Sanji sakit?!" Serasa sedang di introgasi si kakak kelas, Usopp dengan gemetar menggeleng tanda tidak tahu sekaligus menunjukan kekhawatiran yang sama. "Siapa yang sakit?" Suara lain lagi-lagi terdengar dari sisi kiri Usopp. Kini pemuda jangkung dengan jenggot, mata panda yang hitam dan topi unik berbintik tengah berdiri mematung. "Sanji? Yang sebelah mana yang sakit, Ji?" Tanpa menyentuh Ace berusaha mencari bagian yang kemungkinan sakit bagi Sanji persis seperti apa yang dilakukan Usopp beberapa detik yang lalu, "Lu apain?" Mendengar itu dari mulut si pemuda berjenggot membuat Ace merasa geram, "Heh! mana ada gua nyakitin Sanji! Law, Lu kan jago tuh di bidang penyembuhan? Berguna dikit kek!" Bentak Ace yang kesal dengan asumsi pemuda berjenggot itu tentang dia menyakiti Sanji, "Mana bisa gua percaya Lu ga ngapa-ngapain dia" Jawaban yang tenang dari pemuda bernama Law yang juga seorang kakak kelas bagi Usopp, "Dih gua aja baru mau nyapa dia hari ini, Usopp! Ini ulah Lu kah?" Jawab Ace yang mulai putus asa karena belum juga menemukan kepastian akan keadaan adik kelasnya yang sedang bertingkah itu, "Lu kan sekelas, kok bisa ga tau penyebabnya?" Interogasi masih berlanjut, Law sekarang memasang wajah curiga karena tidak dapat menentukan siapa yang bersalah. Usopp terlihat kalang kabut, karena kini ia merasa tengah dipojokan juga dituduh oleh kedua kakak kelasnya itu,

"Udah-udah, kasian si Usopp ampe keringetan gitu. Kalian, santuy, tenangin dulu" Sabo dengan lembut mencoba menenangkan kedua orang yang tengah khawatir tingkat dewa pada keadaan Sanji yang sampai sekarang tidak menggubris segala macam tuturan orang-orang di belakangnya. Sanji tengah tenggelam dalam rasa cemburu yang kian detik kian memuncak. Pemandangan di hadapannya tidak kalah buruk dengan orang-orang ribut di belakangnya. Pemandangan yang dimaksud adalah Zoro yang tengah di'layani' seakan pangeran oleh gadis-gadis kelasnya. Zoro yang kelelahan karena kelas olahraga kini teduduk di samping lapangan, beberapa gadis sudah siap siaga membawa botol minum untuknya atau hanya sekedar menanyakan kabar Zoro untuk basa basi. Tapi, hal yang membuat Sanji jengkel adalah gelagat Zoro yang menolak gadis-gadis itu dengan kasar, suaranya yang rendah meninggi hanya untuk menolak tawaran minum dari seorang gadis yang terlihat tulus ingin membantunya menghilangkan dahaga. Di Tengah kelelahan karena kelas olahraga dan kini dikerumuni gadis-gadis cerewet membuat Zoro sedikit kesal. Ia kelelahan dan butuh menghirup udara segar. Untuk menghirup oksigen kini harus berebut dengan keberadaan gadis-gadis itu membuat ia tidak tahan dan mulai mendorong tawaran gadis-gadis di sekelilingnya itu. Zoro yang berusaha menarik napas tidak sengaja bertemu dengan tatapan haru? bukan, sedih? oh sekarang jengkel? dan kembali sedih? cemburu! Zoro berhasil menarik kesimpulan itu setelah menatap Sanji di depan kelasnya bersama Ace, Sabo, Usopp dan Law. Jantungnya dipenuhi rasa bergejolak yang dia sendiri tidak tahu artinya. "itu orang-orang ribut mulu kalo soalan si Alis"

"Sanji? jawab lah! ini mereka ngeributin Lu tau!?"

Sanji membalikan badan menatap orang-orang yang tengah ribut dibelakangnya, "Berisik!" singkat padat dan jelas, Sanji melangkah masuk ke kelasnya meninggalkan keempat orang yang sedari tadi mengkhawatirkannya mematung di luar kelas. "Eh? kemana lu? kelas Nami lagi jam Olahraga tau!" Lanjut Usopp, tanpa menjawab Sanji hanya terduduk di bangkunya dan mulai mencari posisi enak untuk tidur.
"Sanji..." Ace mencoba mengunyah ujung bajunya dengan air mata yang deras keluar dari kedua matanya, sedangkan Sabo menepuk punggungnya berusaha menenangkan saudaranya itu. Law memicingkan matanya seakan mengerti keadaan Sanji kala itu, "Ada aja rupa gelagatnya" Law mulai melangkah ke kelasnya karena sedikit tenang setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

╭(.-.╭ )╮

Jadi-jadian | zosan lokal AuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang