"Hasratmu pada dunia ini, tidaklah lebih besar dari apa yang kamu dapatkan."
---
Seolah sedang bahagia, langit memamerkan keindahannya pada makhluk bumi. Warna jingga dengan sedikit keunguan terlukis jelas diatas sana.
Banu tidak pernah melewatkan moment ini. Walau setiap sore penampakan ini akan selalu terlihat. Belum tentu besok matanya masih terbuka, atau, cuaca takkan berubah mendung.
Sesekali menantikan matahari terbenam di kota Bandung, mungkin bukan suatu masalah.
Netra Banu menilik berbagai penjuru, Mengamati para pejalan kaki yang berlalu-lalang dengan hewan peliharaan, atau menggandeng mesra kekasih mereka.
Meraih kebahagian sesederhana itu.
****
Nampak pada pohon besar di ujung sana, seorang gadis tengah bersandar sambil tertawa gembira.
Entah lelucon apa yang menjadi topik mereka. Laki-laki berkulit sawo, dengan hoodie hitam yang membaluti tubuh. Nampak terus menatap Senja. Begitu pun, sebaliknya.
Mereka, terlihat seperti sepasang kekasih.
Banu cemburu? Tentu. Bagaimana tidak, dengan kedua matanya ia menyaksikan, bagaimana Senja lebih bahagia bersama laki-laki lain. Hal itu, membuat pandangannya tidak ingin beralih dari objek satu ini.
Pandangan Banu yang tidak beralih, membuat Senja menyadari. Sedari tadi, ia sedang diamati, serta merta atensinya berpindah, dan bersitatap dengan pupil hitam milik Banu.
Tangan kanannya terangkat, menyapa Banu. "Banu... " Banu bisa mendengar teriakan itu. Sesudahnya, Senja berjalan mendekat, dengan laki-laki itu, yang mengekor dibelakang.
"Kamu sendirian?" Tanya Senja, sekadar berbasa-basi.
Tangan Banu mengisyaratkan "Iya."
"Perkenalkan Banu, ini Januar___," Ucap Senja, memperkenalkan laki-laki dengan hoodie berwarna hitam tadi.
"Dan Januar, ini Banu___dia teman dekatku." Senja menepuk bahu Banu.
Januar, laki-laki itu mengulurkan tangan kearah Banu. "Hai, senang bertemu dengan kamu, Banu. Senja beberapa kali pernah menceritakan tentang kamu___kalian ternyata benar-benar bestfriend ya."
Banu menjabat tangan Januar, walaupun tersimpan rasa iri di lubuk hatinya. Banu tetap menampilkan senyuman hangat itu.
Ia lebih memilih diam. Enggan membalas setiap kata yang diucapkan Januar, barusan.
****
Disini Banu sekarang. Terjebak ditengah-tengah kemesraan Senja dan Januar, yang membuat rasa cemburunya semakin berkobar untuk keluar. Namun, sebisa mungkin Banu menutupi rasa itu.
Panggilan Januar pada Senja terdengar sangat berlebihan. Honey, honey. Sangat menjijikan, bukan?
Dari setiap penuturan kata yang keluar dari mulut Januar, Banu sangat-sangatlah yakin. Laki-laki berkulit sawo matang itu, buaya darat tingkat tinggi.
Tidak cocok dengan Senja, gadis yang lemah lembut dan naif.
Ingin berkata-kata, tapi, tidak dapat mengucapkan yang terpendam didalam hati dan pikiran. Ingin menulis, tapi, lupa membawa buku notes. Handphone juga tertinggal dirumah.
Kali ini, Banu benar-benar merasakan menjadi manusia bisu yang sesungguhnya. Dirinya terlalu hening, dengan mulut terkatup.
"Honey, of the many girls. Why do you catch my attention so much?" Rayuan gombal Januar mendapat respons dari Banu. Laki-laki itu menyentuh lengan Senja, dengan tawa terbahak-bahak dalam diam.
"Apa Januar selalu seperti ini? Terhadap Senja," Batin Banu. Sungguh, Januar laki-laki bermulut manis seperti tampang playboy pasaran.
Senja membalas, "aku sangat cantik. Makanya kamu tertarik. Lagi pula, siapa yang gak tertarik pada gadis secantik aku." Ucap Senja, guna menutupi rasa malunya. Januar ini sebelas duabelas dengan Banu. Sangat pindai merayu. Bedanya, Januar sangat berlebihan.
---
Januar Samudera
Tim siapa ni? Banu apa Januar?
Senja lebih cocok sama siapa?
Ayo vote dan comment untuk memberikan tanggapan kalian.
Kalo ketemu sama typo, tolong bilang di kolom komentar ya! Supaya bisa diperbaiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDUNG DENGAN 1000 KENANGAN SI BISU
FanfictionTak ada sesuatu yang menyakitkan saat bersama kamu. Maka dari itu, kamu akan menjadi tokoh utama dari setiap halaman bukuku.