-Januari-

26 11 3
                                    

"Tahun memang berganti, tapi tidak dengan perasaan."

---

"Jo, gimana? Kamu bisakan bantu aku untuk menjalankan rencana ini?" Tanya Banu melalui perantaraan buku notesnya.

"Gila lo, diam seperti cupu bergerak ngerebut tunangan orang...."

"Ya bisa dong. asal bayarannya setara sama apa yang gue kerjain, lo tinggal duduk manis Terima beres, semua gue yang kerjain."

"Kapan gue bisa ngejalanin misi ini?" Bentuk wajah dengan rahang tegas yang menambah kesan gagah diwajah Jo terlihat serius.

Laki-laki itu selalu antusias dengan setiap kegiatan jahat yang ia lakukan setiap harinya.

"Tanggal 25 januari...."

"Aduh jangan pake bahasa isyarat, tulis aja, dibuku lo itu! Gue gak ngerti bahasa gituan." Jo memberikan saran. Pasalnya, dia tidak pernah mempelajari bahasa isyarat. Maka dari itu, tidak mengetahui maksud dari setiap gerakan tangan Banu tadi.

"Maksud aku, tanggal 25 Januari nanti, Senja akan menggelar pernikahan di gedung blues wedding. Kamu gak boleh terlambat nantinya. Misi kamu ini harus berhasil. Kalau kamu gagal, aku hanya akan bayar setengah dari perjanjian kita."

"Buset bang___, bisu-bisu gini sadis juga lo. Iye dah iye, gue gak bakal gagal." Jo mengangkat tangan dengan bentuk kepalan, bermaksud mengajak Banu ber tosan.

Tapi, sang lawan bicara hanya terdiam dengan ekspresi datar yang langsung membuat Jo tidak enak hati.

Tanpa aba-aba Jo berdiri, dan berkata, "Yaudah deh, kalau gitu gue pamit dulu. Ada banyak pekerjaan penting yang tertunda. Terimakasih traktirannya. "

****

Resepsi pernikahan yang digelar pada ruangan tertutup dengan balutan selendang chiffon berwarna peach,  balutan mawar berwarna warni dan lampion-lampion kecil yang memberikan kesan elegan dan romantis membuat para tamu undangan bertepuk tangan kagum dengan keindahan ruangan ini dan tentunya dengan kedua pasangan yang berdiri diatas altar sana.

Banu hanya menikmati. Ia tahu sedikit lagi, dia yang akan memegang kendali akan acara ini.

Membiarkan kedua mempelai saling bertukar senyum bahagia untuk sementara waktu, tidak ada salahnya.

"Nikmatilah Senja. Sedikit lagi akan dimulai. " Senyuman simpul iblis itu, terbit.

Mendekati pertengahan acara, asap membumbung mulai memasuki ruangan. Sontak membuat para tamu undangan panik, apa lagi asap tersebut diiringi dengan bunyi sirene tanda kebakaran. Bagai kelelawar yang keluar dari goa, para manusia berlarian berusaha menyelamatkan diri. Sedangkan Banu, masih setia melihat kearah Januar dan Senja.

Senja terlihat panik, namun Januar berusaha menenangkan.

"Banu, tolong tuntun Senja keluar." Mohon Januar dengan teriakan, karena jarak mereka yang lumayan berjauhan.

Dengan langkah cepat Banu menghampiri Senja yang berada didalam dekapan Januar. "Ayo Senja! Sedikit lagi, pasti apinya merambat kesini. Kita harus cepat." Senja masih dapat melihat setiap gerakan tangan itu dengan jelas, tapi mulutnya terlalu susah untuk mengeluarkan kata-kata.

Januar teringat ada sesuatu yang harus diselamatkan. "Kamu sama Senja keluar duluan ya Ban, aku ada sesuatu yang ketinggalan. Pastiin Senja selamat sampai keluar."

Banu mengangguk, dalam hati ia berkata "Pastilah, kan target aku, kamu."

Banu menarik Senja, Perempuan itu sudah sedikit sempoyongan. Efek dari menghirup asap terlalu banyak.

****

Disatu sisi Senja berhasil selamat oleh karena bantuan Banu. Sedangkan disisi lain, Januar dilarikan kerumah sakit terdekat karena menghirup banyak asap dan terdapat beberapa luka bakar pada tubuhnya.

Kotak berwarna silver yang berhasil ia selamatkan tadi kini berada digenggaman Senja.

"Kamu pakai ya, kalung yang didalam kotak itu! Pasti kamu akan terlihat semakin cantik," Ujar Januar dengan mata sayu.

"Iya, asal kamu yang pasang."

Januar tersenyum. Selepas menikah istrinya menunjukan sedikit sifat manja. Ya, walau pun pernikahan mereka berantakan.

Januar yang terbaring lemah menyuruh Senja menunduk. Memasangkan kalung yang berhasil dia selamatkan dengan setengah nyawanya, keleher Senja.

"Sayang, anggap saja kalung ini nyawa aku. Karena, aku ngambilnya dengan penuh perjuangan dan mempertaruhkan nyawa. Kalau seandainya kamu kangen sama aku. Elus aja kalungnya, itu tandanya kamu lagi meluk aku." Perkataan itu lebih mirip seperti pesan-pesan terakhir.

"Ada kamu kan? Kalau aku kangen, tinggal meluk aja. Kenapa harus ngelus-ngelus kalung."

"Em___, siapa tau nanti aku pergi jauh, ada pekerjaan dan kamu gak bisa ikut."

"Iya, tapi kita masih pasutri baru. Masa kamu mau pergi jauh-jauh?"

Januar tertawa. Senja bisa mengobati lukanya walau pun masih terasa sangat sakit.

"Nikmati dulu masa pasutri. kalau tadi tidak bisa langsung meninggal. Aku jamin ini hari terakhir kamu melihat wajah Senja, Januar.

---

Bagaimana perasaannya setelah membaca part ini? Kecewa, marah, sedih, atau malah senang?

Ayo beri tanggapan kalian.

BANDUNG DENGAN 1000 KENANGAN SI BISUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang