PI-01

2.4K 189 12
                                    

Senja di kota Tianjin, China.

"Ack.. pelan-pelan." Pekik seorang bocah laki-laki kurus berkulit pucat saat temannya tengah mengoleskan obat luka pada memar di wajahnya.

"Apa sakit?" Tanya bocah laki-laki bermata bulat, menatap polos ke arah temannya yang penuh luka tersebut.

"Tentu saja. Kau ini.." gerutu bocah berkulit pucat itu dengan ekspresi menahan emosi.

Namun bukannya tersinggung, si mata bulat itu tetap fokus mengoleskan cream ke wajah bocah si kulit pucat tersebut.

"Selesai." Gumam si mata bulat dengan riang hingga menampilkan bunny smilenya. Yang mana hal tersebut membuat si kulit pucat menghela nafas karena si mata bulat terlalu menggemaskan baginya.

"Menurutmu siapa yang akan mendapatkan hak asuhku, besok?" Tanya si kulit pucat sembari menatap sendu ke arah danau yang berwarna jingga akibat bias sinar matahari senja.

Sedang si mata bulat, dia hanya bersenandung riang sembari merapikan tas kecil berisi berbagai macam barang seperti obat luka, plester, boneka, serta beberapa buah permen.

"Jika aku pergi, apa kau bisa menjaga dirimu sendiri?" Tanya si kulit pucat itu lagi.

Namun bukannya menjawab, si mata bulat malah dengan riangnya menyuapkan sebuah permen ke dalam mulut si Pucat sebelum mengacungkan kedua jempol tangannya.

Sedang si Pucat, bocah kurus berpipi tembam itu hanya tersenyum sebelum menarik si Mata bulat ke dalam pelukannya. Sembari menitikkan air matanya, dia berkata;

"Jaga dirimu baik-baik sampai aku datang menjemputmu. Hanya sampai aku menjemputmu, ok? Karena setelah itu, aku akan kembali menjagamu."

Sedang si mata bulat hanya membalas pelukan temannya tanpa mengerti apapun.

10 tahun kemudian.

"Selamat ulang tahun, Wang Yibo!!" Sorak para muda-mudi pada seorang remaja laki-laki yang tengah tersenyum senang merayakan ulang tahunnya yang ke-17 di salah satu restaurant mewah di kota Beijing, China.

"Selamat ulang tahun, sayang." Ucap seorang gadis berambut panjang sembari mengalungkan lengannya ke sekitar leher Wang Yibo dan meninggalkan beberapa kecupan di bibir pemuda itu.

"Terima kasih, Jie. Kau yang terbaik." Balas Wang Yibo yang melingkarkan kedua lengannya di pinggang ramping gadis bertubuh mungil tersebut. Sebelum dia membalas ciuman gadis itu dengan begitu bergairah. Hingga memancing sorak sorai muda-mudi yang hadir disana.

Pesta ulang tahun putera semata wayang pemilik pengusaha properti terkenal di China itu pun berlangsung dengan sangat meriah. Hentakan musik dari DJ ternama pun ikut mengiringi serta memacu semangat para muda mudi keturunan konglomerat tersebut untuk menikmati pesta hingga larut malam.

Aroma khas dari berbagai macam jenis minuman keras, bercampur aduk dengan aroma keringat serta parfume mahal yang menguar dari masing-masing tubuh para muda-mudi tersebut. Seolah membius mereka untuk semakin melenggak-lenggokkan tubuh mereka mengikuti hentakan musik sang DJ.

Pukul 03.00 dini hari.

Pesta pun telah berakhir. Namun beberapa diantara para anggota pesta itu terlihat masih sanggup melenggokkan tubuh mereka meski tak seheboh tadi. Sementara yang lainnya sudah ada yang mulai terlelap dan tergeletak di sembarang tempat, memenuhi setiap sudut ruang private restaurant keluarga Wang Yibo tersebut.

"Tuan muda, bangun. Tuan.." ucap seorang pria berperawakan tinggi besar berpakaian rapi, pada si birthday boy yang saat ini tengah terlelap diatas sofa dan ditindih oleh tubuh mungil gadis berambut panjang yang baju atasnya sudah terbuka separuh. Hingga menampilkan sedikit gundungkan buah dadanya yang masih terbungkus bra merah darah yang melekat ditubuh mungilnya.

Perfect ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang