PI-07

792 122 7
                                    

FLASHBACK

Sejak kejadian naas yang menimpa Wang Jie. Tak pernah sehari pun Xiao zhan berhenti menanti kedatangan teman barunya itu dan berharap bahwa suatu hari nanti bocah kaya itu datang menemuinya di rumah panti untuk bermain bersama.

Namun sayang berbulan-bulan Xiao zhan menanti, Wang Jie tak pernah lagi menampakan batang hidungnya. Yang mana hal tersebut jelas membuat Xiao zhan merasa sedih.

Hingga suatu ketika sebuah mobil mewah berhenti di depan pagar panti, dan langsung Xiao zhan sambut dengan bahagia. Apalagi saat seorang bocah laki-laki seumurannya turun dari mobil tersebut, sontak membuat Xiao zhan berpikir bahwa akhirnya Wang Jie-nya datang menemuinya lagi setelah sekian lama.

Dengan penglihatannya yang kabur, Xiao zhan berlari memeluk bocah laki-laki tersebut tanpa mempedulikan sekitarnya.

"Akhirnya kau datang, Wang Jie! Aku senang kau datang. Sudah lama aku menantimu." Pekik Xiao zhan yang memeluk erat bocah laki-laki yang dia kira sebagai Wang Jie-nya tersebut.

Sedang yang dipeluk, bocah laki-laki berwajah pucat itu hanya diam dan tak berkata apapun. Sebelum sang ibu kepala panti hendak menegur Xiao Zhan, bocah itu langsung memberikan kode untuk membiarkan Xiao zhan melakukan apapun yang dia inginkan.

"Wang Jie, lihat! Aku sudah memakai alat bantu dengar. Aku sudah bisa mendengarmu bicara. Lihat, kerenkan?!" Seru Xiao zhan sembari melepaskan pelukannya dan menunjukkan kedua alat yang terpasang di kedua telinganya dengan sangat bangga.

Sejenak bocah kaya itu menatap aneh ke arah Xiao zhan yang terlihat begitu antusias membanggakan kedua alatnya. Hingga kemudian dia tersadar akibat ekspresi wajah Xiao zhan yang perlahan berubah menjadi sendu.

"Apa kau tak berpikir sama denganku? Apa kau malu? Atau kau bukan Wang Jie?" Gumam Xiao zhan dengan wajah murung.

Yang mana langsung membuat bocah kaya itu merasa bersalah karena telah menyinggung Xiao zhan, si bocah istime tersebut.

"Apa yang kau katakan? Aku terkagum-kagum melihat alat yang kau gunakan, sampai tak bisa berkata-kata. Kau tau?" Ucap bocah kaya itu sembari mengulurkan tangannya untuk menepuk kepala Xiao zhan. Agar bocah manis itu berhenti murung.

"Benarkah itu, Wang Jie? Apa aku benar terlihat keren?" Tanya Xiao zhan dengan kedua matanya yang berbinar bahagia.

"Xiao zhan, dia tuan muda Song-" tegur salah satu pengurus panti yang baru saja keluar dari dalam rumah, sembari hendak menarik Xiao zhan agar menjauh dan berhenti membuat tamu tak nyaman karena ulahnya.

Namun dengan segera, bocah kaya itu menggelengkan kepalanya sebagai tanda bahwa dirinya tak masalah dengan apa yang Xiao zhan lakukan.

"Tapi, tuan muda Song Weilong.." bisik pengurus panti tersebut, tak enak hati.

"Aku Wang Jie-mu. Bukan begitu, Xiao zhan?" Sergah bocah kaya yang tak lain adalah Song Weilong itu sembari mengusap pipi gembil Xiao zhan, lembut.

"Hn!" Sahut Xiao zhan, semangat.

Waktu terus berjalan.

Hampir setiap minggu Song Weilong datang ke panti untuk menemui Xiao zhan dan bermain dengan bocah manis itu disana.

Tak ada alasan khusus sebenarnya. Tapi Song Weilong merasa senang saat bersama dengan Xiao zhan yang menurutnya begitu lucu dan menggemaskan layaknya seekor kelinci liar yang tersesat.

Begitu polos, lugu, dan ceroboh. Song Weilong sangat menyukai sifat Xiao zhan yang bergantung padanya. Menyukai bagaimana bocah istimewa itu selalu menanti kedatangannya dan menyambutnya bagaikan seorang pahlawan yang baru pulang membawa kemenangan untuk negara setelah perang.

Perfect ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang