1

2K 213 55
                                    

Lili berlari dengan kaki mungilnya menaiki satu demi satu anak tangga sembari membawa boneka anak ayam di pelukkannya. Lili berlari dari kejaran seorang pria paruh baya berpakaian seperti Dokter yang membawa suntikan yang begitu besar di tangannya.

Air mata Lili terus mengalir tanpa henti dari mata hazelnya, ia benar-benar ketakutan dengan seseorang yang sedang mengejarnya.

"KEMARI KAU ANAK KECIL!"

Suara yang begitu menakutkan di Indra pendengaran bocah berumur 4 tahun itu terus menggema di telinganya.

"Hiks.. hiks.. mommy tulung Lili, hiks..."

Lili terus terisak tanpa henti, setelah sampai atas Lili pun langsung masuk ke dalam kamarnya dan bersembunyi di bawah tempat tidur miliknya.

Ceklek

Pintu kamar Lili perlahan terbuka saat seseorang membukanya, Lili yang mendengar itu jantungnya sudah berdetak sangat kencang. Lili langsung membekap mulutnya agar tidak mengeluarkan suara.

Suara langkah kaki itu semakin mendekat ke arah ranjang Lili, sampai di mana mata Lili melotot melihat kaki nan besar berada tepat di depan wajahnya. Lili sudah benar-benar ketakutan bahkan ia sampai kencing di celana tidurnya.

2 menit berlalu.. perlahan kaki yang berada tepat di depan wajah Lili pun mulai melangkah menjauh ke arah pintu, serasa sudah aman perlahan Lili pun keluar dari bawah tempat tidur.

Sampai di mana tiba-tiba...

"Bahhh...."

"Aaaaaaaaa....."

Bugh bugh bugh bugh

Lili berteriak histeris memejamkan matanya sembari melayangkan pukulan demi pukulan tanpa henti pada seseorang yang sudah membuatnya terkejut. Lili terus memukulinya menggunakan boneka anak ayam yang ia pegang.

"Lili bangun nak" ucap wanita paruh baya yang membangunkan anaknya sembari menepuk pelan kedua pipinya.

Lili langsung membuka matanya ia melihat mommynya yang tengah menatap dirinya khawatir, Lili langsung memeluknya erat tanpa mau melepaskannya.

"Hiks... Hiks..."

Lili seketika mengerutkan dahinya saat mendengar suara tangisan seseorang yang ia kenal. Perlahan ia melepaskan pelukannya, betapa terkejutnya saat ia melihat sahabatnya tengah menangis di gendongan Daddynya dengan wajah yang merah.

Bukan kah seharusnya dirinya yang menangis? Begitulah kira-kira pikiran bocah 4 tahun tersebut.

"Chu kenapa?"tanya Lili bingung.

Jisoo atau yang kerap biasa di panggil Jichu adalah sahabat Lili satu-satunya. Jichu semakin menangis saat Lili bertanya padanya "huwaaa....hiks hiks Paman, Lili jahat. Hiks...."

"Cup cup sayang, maafkan Lili ne. Sepertinya Lili bermimpi buruk jadi memukulimu" ucap Daddy Lili, sembari mengusap punggung Jichu yang menangis.

"Lili bermimpi buruk lagi?"tanya Dara. Lili pun mengangguk.

Dara membawa tubuh mungil Lili ke dalam pelukannya untuk menenangkannya. 5 menit berlalu suasana sudah hening dengan Jichu pun yang sudah berhenti menangis. Marco pun langsung menurunkan Jichu ke ranjang Lili sembari mengusap air mata Jichu yang masih berada di pipinya.

"Lili minta maaflah pada Jichu ne, karna tadi Lili sudah memukulnya" ucap Dara, Lili yang mendengar itu pun merasa bersalah kepada sahabatnya.

"Chu... Maafkan Lili kalna sudah memukulmu" ucap Lili.

Jichu yang masih sedikit terisak hanya mengangguk. Karna ia benar-benar masih merasa sakit di area wajahnya, saat Lili memukulinya tanpa henti menggunakan boneka anak ayam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Wife Is A Doctor  (JENLISA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang