Bab 2

8 0 0
                                    

Hari-hari yang berat kataku sambil terus membereskan alat-alat kerjaku. Untung besok libur, setidaknya aku bisa bermalas-malasan di kasur empukku seharian.

Pulang mengendarai motor sambil bernyayi adalah kebiasaan bodohku yang membuat sedikit beban hidup berkurang. Aneh, tapi kalian coba saja.

                                          * * *
"Udah siap? Tunggu di depan pertigaan yah, gue lupa rumah lo"

Apaan sih ini orang gak jelas. Jam 9 pagi tiba-tiba ngirim chat.
Astagaaaaaaaaa aku melupakan sesuatu, hari ini tanggal 25 april, hari dimana aku berjanji akan bertemu dengan manusia yang paling menyebalkan.

"Wait, gue mandi dulu."
"Anjir, lo mau jadiin gue umbi-umbian, jangan lama!"

Gila.
Pertanyaan-pertanyaan bodoh mulai bermunculan di pikiranku. Apa yang nanti akan aku bahas selama di perjalanan? Hari ini dia ajak aku kemana yah? Dia bakal kecewa gak sih liat aku yang gini-gini aja?

                                       * * *

"Lo ko bawa helm sih?"
Anjing, ini si eky nyebelinnya emang keterlaluan, padahal sebelumnya dia bisa banget chat dan bilang kalau dia bawa mobil. Kampret.

"Hahaha taro ajah di belakang, lo duduk di depan kan sama gue?"
"Emang boleh gue duduk di belakang? Gak apa-apa emang lo berasa jadi sopir taxi online?"

Lalu mobil melaju membelah jalanan kota Bandung kala itu yang tidak terlalu ramai tapi tidak bisa di bilang terlalu sepi juga. Katanya hari ini dia akan mengajakku menonton film yang sedari lama dia tunggu. "Yaudah gue sih ikut ajah" kataku yang memang sudah pasrah akan di bawa kemana manusia cantik ini.

Aneh, padahal tadi pagi cuaca sedang cerah-cerahnya, tapi menjelang siang langit jalan merdeka tiba-tiba menghitam. Jadwal film yang masih lama membuat kita menunggu di foodcourt pinggir gedung.
Aku mulai menceritakan hidupku yang katanya itu seru. Dia perlahan mulai menceritakan kehidupannya yang menurutku tak kalah seru. Aku masih mengingat tawa kita saat itu bersamaan dengan susu kotak yang kita teguk.

Hujan mulai membesar, aku panik karena biasanya jika udara terlalu dingin alergiku akan kambuh. Dan bodohnya diri ini hanya memakai outer tipis berwarna pink. Sial.

"Kaki lo gapapa kan? Bisa lari kan? Ayo lari, gak usah manja."
Masih dengan menyebalkannya, dia menarik tanganku, berlali menembus jalan yang sudah basah, tangannya yang berusaha menutupi kepalaku dan seketika aku menatapnya. Act fool.
Dia masih sama, menyebalkan, tapi bertambah tampan.

"Aman kan dev?" Katanya sambil menepuk-nepuk hoodie nya yg setengah basah. Aku membeku, entah karena ini terlalu dingin, atau karena aku terlalu terpana akannya. Belum sempat aku menjawab, tangannya membelai rambutku yang sudah acak-acakan terkena angin dan hujan tadi.

Please, jantung harus tetap aman.

"Iyah aman ko." Aku sambil berusaha menutup ke-gugup-an-ku.

"Yaudah ayo ke dalem." Dia, sambil meraih tanganku yang masih bingung. Tambah bingung.





Ganti cover, uplod bab 2, selain produktif, ya emng lagi galau wkwk happy reading 🥺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KISAH SEMU sebuah patah hati terhebat (dari lagu FIERSA BESARI ft NALURI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang