Vote!
.
.
.
"Tuan Mahandi, buatkan saya kopi,"
Dio menyerengit.
Bisma mengangguk meski masih fokus ke lembar dokumen yang tengah ia baca. "Cepat Anda ke pantri dan buatkan saya kopi ...!"
Dio mendengus jengah.
"Ingat, 24 jam milik Anda adalah hak saya?" Ringan tanpa beban nada bicara Bisma bahkan dengan sunggingan senyum sialan andalannya yang memamerkan dua cekung dalam di kedua pipi.
"Sial!" umpat Dio tapi tetep menurut dan kembali keluar ruangan sang presdir untuk membuat kopi.
Jadi Dio dipanggil hanya untuk membuat kopi di jam sibuk begini, keterlaluan memang Presdir itu, bahkan tugas office boy pun harus Dio yang melakukan untuknya.
Dio turun, lalu menuju pantri membuat kopi dengan setengah hati. Tak butuh waktu lama ia kembali, mengetuk pintu dan masuk lagi ke ruangan Bisma dan meletakkannya di depan pria berbahu lebar dan berlesung pipi itu yang kini masih sibuk juga seperti tadi, dan tanpa berucap apa-apa Dio hendak pergi sebelum—
"Tetap di sini!" ucap Bisma menahan pergelangan tangan Dio.
Bisma mendongak untuk menatap mata tajam Dio yang sekarang nampak begitu jengah dan bosan. Dia tersenyum lalu berdiri kemudian memegang kedua bahu Dio dan didudukan ke kursi kebesarannya.
"Lo nyoba ngehina gue?" sarkas Dio dengan mendongak congkak menatap Bisma.
Bisma mengangkat bahu. "Siapa tahu Anda ingin merasakan jadi presiden direktur, kan?" Dengan santai dia menyesap kopi buatan Dio tadi.
Dio berdecih.
Bisma kembali meletakan cangkir kopinya ke atas meja lalu membungkuk untuk mengukung Dio di antara kursi dan dirinya. "Bukannya di awaln Anda harusnya calon presiden diriektur jika perusahaan masih berdiri?" Dilanjut ber-smrik semakin mengejek dengan semkain mengikis jarak wajah mereka.
"Tidak lucu, Baskoro!"
Bisma terkekeh. "Anda cantik saat marah-marah begini," Dia memiringkan kepala hingga semakin dekat jarak hidung mereka.
"Maksud lo apaan, huh?" Dio balas menatap nyalang.
"Tidak ada," Bisma kembali menegakan tubuh, membelakangi Dio dan berkata, "Mulai malam tadi dan malam selanjutnya Anda tinggal di rumah saya,"
Dio hanya menyerengit.
Masih dengan memunggungi Dio, Bisma melipat tangan di dada. "Saya sudah menyuruh orang-orang saya untuk membereskan apartemen Anda dan memboyong semua barang-barang Anda ke rumah," Santainya masih dengan menggunakan bahasa formal.
"Lo beneran memperalat gue dalam situasi sialan ini, huh? Keren sekali," sarkas Dio setelah berdecih.
Bisma berbalik lalu kembali berjalan mendekat ke arah Dio yang masih duduk di kursinya, memasukan kedua telapak tangan dan membungkuk untuk menatap tepat ke manik tajam Dio. "Lo nyerah?" Dia tersenyum dengan dimple-nya yang menjengkelkan di mata Dio. "Nyerah aja!" Lalu ia mengukung lagi Dio dan semakin mencondongkan tubuh. "Kemudian katakan pada dunia, Bisma Pradipta Baskoro menang dan Ardio Lintang Mahandi pecundang,"
Seraya menarik napas dalam Dio meremas kepalan tangannya kuat.
"Oh, dan jangan lupa bekas para karyawan di perusahaanmu itu yang sekarang bekerja padaku, mereka akan menjadi pengangguran kalau lo nyerah sekarang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MR. KINGSLEY [END] ✓
Teen FictionDunia itu berputar. Dulu Bisma Pradipta Baskoro adalah korban bully Ardio Lintang Mahandi, tapi di dunia dewasa Bisma adalah pengusaha sukses yang mampu mengambil alih seluruh saham perusahaan Mahandi group. Mental yang dulu dipermainkan oleh Dio sa...