My Zaujati | 04

4 7 0
                                    

•••

"Kenale sesuk nek wes rabi, rak perlu seneng sek karo wong seng durung pasti jodohe mengko marake loro ati." jawab Hasan dengan jelas yang membuat Naya tambah kesal.

(Kenalnya besok kalau sudah nikah, nggak perlu suka dulu sama orang yang belum tentu jodohnya nanti malah buat sakit hati)

Naya terdiam menatap Hasan dengan wajah jengkelnya. Pupus sudah harapannya untuk membujuk Hasan supaya menarik lamarannya. Pandangan Naya kepada Hasan pun sudah berubah, "ganteng sih ganteng tapi nyebelin, nggak bisa diajak kerja sama." gumam Naya yang masih terdengar oleh lawan bicaranya.

"Terima kasih atas pujiannya." balas Hasan yang mendengar perkataan Naya pelan tapi jelas di pendengarannya.

Sedangkan Naya hanya tercengang mendengar perkataan yang Hasan lontarkan. Memang menurutnya itu termasuk pujian apa, dasar aneh!

"Lagi pula kalau orang pacaran itu artinya dapat ridhonya Allah gitu. Salah besar, itu bukannya dapet ridhonya Allah malah dapat murka dari Allah. Aneh jaman sekarang kalau nggak pacaran malah bingung. Mustahil kesetiaan itu hadir pada orang yang tebar pesona. Tapi seorang laki-laki yang paham agama, menjaga pandangannya dari hal yang bukan mahramnya, memiliki karakter pemimpin dan bisa menjaga emosinya saat sedang marah itu yang seharusnya Kamu inginkan."

Hasan sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapannya. Kenapa juga Ayahnya menjodohkan dirinya, memang seorang Andhita Rizqinaya Aisyah itu tidak laku apa.

"Udah nih kok diam aja dari tadi. Kalau udah Saya permisi, Assalamualaikum."

"..." tidak ada respon dari Naya.

"Kalau ada orang yang ngucapin salam itu wajib dijawab dosa kalau nggak dijawab." tegur Hasan yang melihat Naya tidak bergeming sedikitpun.

"Wa'alaikumussalam."

"Sebanyak-banyaknya alasan yang Kamu buat kalau kita memang berjodoh, Kamu juga bakalan nikah sama Saya." ucap Hasan tepat sebelum dirinya meninggalkan Naya sendirian.

*****

Naya sedang menunggu sebuah mobil yang berwarna silver. Saat mobil yang ia tunggu datang dirinya langsung menghampiri orang yang menumpangi mobil itu.

"Ayah! Ternyata Ayah yang mau nikahin aku sama Gus Hasan?" tanya Naya tak sabar saat kedua orangtuanya turun dari mobil.

"Iya, Ayah mau kamu nikah sama Hasan anaknya Kyai Khalid."

"Kenapa Ayah jodohin aku. Aku nggak mau nikah, Ayah." bujuk Naya.

"Kenapa Kamu nggak mau nikah sama Nak Hasan, Naya? Padahal ganteng lo anaknya Sholeh lagi." timpal Winda yang bergabung percakapan antara suami dan anaknya.

"Bunda, Naya kan masih muda masa udah mau nikah." Naya pada Bundanya.

"Memang kalau masih muda nggak boleh nikah? Mau kamu perawan tua?"

"Yo nggak mau to Bun. Tapi-"

"Yaudah kamu nggak mau to. Udah terima aja nikah sama Nak Hasan. Percaya sama Kita kalau itu terbaik buat Kamu. Ayah sama Bunda milih Nak Hasan sebagai calon suamimu itu karena Kita lihat bagaimana akhlak sama perilakunya yang baik. Sayang, terima ya pinangan Nak Hasan. Bunda nggak pernah lo minta sesuatu sama kamu, baru kali ini Bunda minta sama Kamu turuti ya permintaan Bunda." ujar Winda sambil memegang kedua tangan Naya.

Inilah kelemahan Naya, yaitu Bundanya. Winda selalu mendukung semua yang Naya lakukan. Bahkan saat Harist tidak menyetujui Naya untuk pergi liburan bersama temannya, Winda selalu jadi orang pertama yang membujuk suaminya supaya mengizinkan putrinya. Maka dari itu Naya sangat sayang pada Bundanya.

My ZaujatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang