Di malam harinya, Belvina baru saja pulang dengan keadaan mabuk.
"Duhh," Sorn mengganti baju Belvina. Sengitnya, bau alkohol tercium dari tubuh Belvina.
"Kenapa cowok itu milih hidup ya? Padahal hidup cowok itu berantakan, banget. Ganti-ganti cewek setiap malam. Ngewe terus setiap malam, pulang mabuk. Apa gak capek?" Ujar Belvina.
Sorn terdiam, boro-boro Belvina, sorn saja tau kelakuan bapak nya itu.
"Gue bandar narkoba. Bagus gak? Bagussss, gue bebas! Gak peduli gue. Kalo gue dipenjara, sukur." Ujarnya lagi.
Sorn menghela nafas. "Udah non, udah. Tidur ya," Sorn pergi meninggalkan Belvina, sendirian di kamar.
***
"Buset bel. Mata lo mata panda!" Kata temannya, Bella.
"Iya nih, gue kurang tidur."
"Eh, gimana tuh. Sama si tukang copy itu? Mau digimanain?"
"Gatau. Terserah, gue bener-bener bosen ngebully orang." Belvina memutar bola matanya itu, dengan malas.
"Di sekolah udah pada nyebar anying. Dikira nya itu kembaran lo."
"GUE TEGASIN GUE ANAK TUNGGAL YA!" Teriak belvina, yang menjadi pusat perhatian kantin.
Lucyna menoyor kepala belvina, "apa sih ah."
"Diem deh,"
Belvina pergi, meninggalkan teman-teman nya tersebut. Tujuan nya hari ini adalah mencari sosok Zora.
Zora berada di taman sekolah dengan Devara, yang mengajak nya mengobrol itu. Sebelum nya, Belvina lebih memilih untuk menguping percakapan mereka terlebih dahulu.
'kok kamu mau deket-deket sama aku?' ujar Zora.
'gapapa. emang nya gak boleh?'
'bukan gitu maksudnya kayak... orang-orang disini pada natap jijik aku gitu loh.'
'ya emang kenapa? Itu kan mereka. Kamu ini cantik kok, perlu pd.'
"Hai," sapa Belvina kepada Zora.
"Bel?"
"Zora. Kayak nya kita harus bicara sebentar deh." Ajak Belvina, mengukir senyuman di bibirnya.
"Ha... Hah? Iya, iya. Ayo..." Jawab Zora dengan gugup.
Belvina menggandeng tangan Zora, namun genggaman Belvina begitu kuat hingga Zora merasakan sakit di tangannya.
"Belvina? Boleh lepas?"
Belvina melepaskan tangannya itu, "rooftop." Ujarnya singkat.
Zora menghembus kan nafas kasar. Dirinya melihat tangannya yang memerah. Kemudian dirinya mengikuti kemana Belvina pergi.
"Masalah lo apa deket-deket sama Devara?!" Bentak Belvina, tak karuan.
"Maksudnya?"
Belvina menoyor kepala Zora menggunakan jari telunjuk nya. "Gue bingung, orang miskin kayak lo bisa masuk sekolah internasional."