13.| Antar Posisi

148 55 174
                                        

✿๑•... ALLETHEA ...•๑✿⁠

"Menatap hampa selayang pandang, mereka bermata tapi tidak melihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menatap hampa selayang pandang, mereka bermata tapi tidak melihat."

A story by Ade Bintang 🌟

___________________________

Hiro berbalik untuk yang kedua kalinya. Matanya menatap penuh pertanyaan, namun ia tak terlalu peduli meski dengan senyuman ia menghadap, namun Aluna tahu, itu bukanlah senyuman tulus. Itu wujud dendam yang sengaja dibungkus rapi dalam sebuah senyuman.

Permulaan berjalan dengan damai, Aluna cukup tenang atas ini semua. Sampai akhirnya Alhandra mengatakan apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan.

"Sebentar lagi adalah hari ulang tahunmu, yang ke 17 tahun, Hiro. Hadiah apa yang kau inginkan?" tanya Alhandra pada Hiro.

Hiro sedikit terkejut, matanya kembali menatap penuh tanda tanya, seakan benaknya bertanya, apa yang membuat Alhandra ini begitu peduli padanya.

"Terima kasih. Tapi aku tidak membutuhkannya, Yang Mulia." Hiro berucap dengan nada hangat di awal kalimat dan tak begitu enak di dengar di akhir kalimatnya.

Aluna yang mendengar sontak terdiam, tatapannya menjadi sedikit kecewa dengan jawaban Hiro, tak hanya Aluna, bahkan Isabella serta yang pasti Alhandra merasa begitu terkejut dan kecewa.

"Kenapa? Ayah ingat, Ayah tidak pernah memberimu hadiah dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, sekarang Ayah ingin memberimu hadiah, Hiro. Katakan apa yang kau inginkan?" Alhandra kembali bertanya.

"Aku tidak membutuhkan apapun," jawab Hiro dengan tenang.

Mendengar penolakan terus menerus itu, Alhandra sedikit teruji emosi. "Ini perintah!" ujarnya cepat.

"Sudah kubilang, aku tidak menginginkan apapun, darimu." Hiro berbalik, ia tak ingin berlama-lama di sini, karena sepertinya ia tahu emosinya terpancing oleh keadaan lagi. Tak ada yang bisa menghentikan Hiro dari penolakannya, bahkan ia hampir menyentuh gagang pintu keluar, ruangan masih tampak hening. Sunyi dan terasa dingin, hingga tiba-tiba Alhandra kembali menghentikan langkah Hiro.

"Kau membenciku?"

Hiro jelas terpaku, tatapannya berubah, nuansa pun terasa begitu berbeda.

"Benci? Tidak," jawab Hiro tersenyum hangat. Ia kembali berbalik, melangkah supaya cepat pergi dari sana, berharap Alhandra tidak lagi menghentikannya.

"Lalu, kenapa kau selalu bersikap seolah sangat membenci Ayah, Hiro?"

Mendengar kata itu, langkah Hiro sontak terhenti, lagi-lagi ia terkejut. Suara Alhandra terdengar bergetar menahan pilu. Hiro sedikit menolehkan kepalanya, matanya melirik tajam ke arah Alhandra.

"Aku tidak membencimu..." derca Hiro seraya memiringkan kepalanya, kini tatapan yang ia berikan nampak kosong penuh kekecewaan, nyatanya, Alhandra tak pernah sekalipun memahami perasaan putranya ini.

ALLETHEA: Revenge The Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang