Just Us (2)

3.3K 81 23
                                    

Via memasuki kamar Ify. Disana dia dapat melihat sesosok gadis cantik dalam balutan gaun pernikahan yang sangat mewah. Via menghampiri sahabatnya tersebut lalu memeluk Ify dari belakang.

"Lo udah siap Fy?" tanya Via. Ify mengangguk, namun terlihat ada keraguan di raut wajahnya. Apakah ini pilihan terbaik? Menikah dengan seorang pria yang bahkan masih asing untuknya.

Untuk beberapa hari yang lalu, Ify merasa hatinya sudah mantap dengan semua keputusan yang diambilnya. Tapi entah mengapa sekarang ia merasa ragu-ragu bahkan takut. Memang benar, semua yang pernah dibayangkannya dulu tidaklah nyata. Tuan Marco yang disangkanya jahat, ternyata memiliki sifat yang baik. Rio, pria yang akan menikah dengannya. Dia juga memiliki sikap yang lembut jika bertemu dengan Ify. Pria itu juga terlihat sangat menyayangi Shannon.

"Yaudah, kalau gitu kita kebawah sekarang yuk," ajak Via.

Sebelum Via mendahuluinya, Ify menahan pergelangan tangan Via. "Kenapa Fy?"

"Ini bukan mimpi, kan?"

Via menggeleng. "Percaya sama gue, semuanya akan baik-baik aja."

"Apa lo yakin gue bisa jadi ibu yang baik buat Shannon dan pendamping yang baik untuk Rio?"

"Semua jawaban itu ada di dalam diri lo Fy." Jawab Via. "Oke sekarang kita ke bawah, semua udah nungguin lo,"

***

Setelah acara pernikahan selesai, Rio membawa Ify ke apartementnya. Karena disitulah mereka akan tinggal. Ify ragu-ragu memasuki ruangan mewah itu. Dia masih belum percaya kalau dirinya kini sudah menyandang status sebagai Nyonya Mario.

"Bunda..." panggil sebuah suara yang sudah tidak asing lagi buat Ify. Dia menatap Shannan yang tengan menggenggam pergelangan tangannya.

Apa? Tadi Shannon memanngilnya apa? Apa Ify tidak salah dengar?

"Bunda kenapa melamun di depan pintu? Ayo masuk." Ucap Shannon dengan tersenyum.

Ify membalas senyum manis itu. Shannon memanggilnya Bunda? Bukankah seharusnya Shannon memanggilnya Mommy? Ah tapi itu tidak masalah buat Ify. Karena sejak dulu dia pernah berangan-angan jika dia sudah memiliki anak, ia ingin anaknya memanggil dirinya dengan sebutan Bunda. Bagaimana Shannon bisa tahu?

Ify segera mengangguk dan mengikuti langkah kecil Shannon memasuki apartement mewah itu. Ify memandang ke seisi apartement. Semua serba putih dan dipadukan dengan warna biru tosca.

Tatapan Ify beralih pada Rio yang baru saja keluar dari kamar. Rio berjalan ke arah Ify dan Shannon.

"Kamar lo disana," tunjuk Rio pada pintu yang tadi di tutupnya.

Ify mengerutkan keningnya.

"Kamar kita." Jelas Rio singkat. "Gue harus ke kantor sekarang. Ada rapat mendadak," ucap Rio.

Ify mengangguk. Entahlah, sementara hanya itu yang bisa dilakukannya. Suaranya entah hilang kemana.

Rio lalu mensejajarkan tingginya dengan Shannon. "Dad pergi dulu ya, sayang. Shan bisa main sama Kak Ify disini,"

Shannon mengangguk. "Oke Dad!" Rio mengacak pelan poni Shannon lalu pergi tanpa menoleh pada Ify.

Jujur saja, ada sedikit kesal yang Ify rasakan. Dihari pertama pernikahan mereka, Rio harus mengurus pekerjaannya. Bukan menghabiskan waktu bersama keluarga barunya.

Tapi Ify buru-buru menghilangkan rasa kesal itu. Dia disini karena ingin melunasi hutang keluarganya pada keluarga Rio. Dan dia tidak boleh menuntut lebih.

"Bunda? Kok melamun lagi?" tanya Shannon yang saat ini sedang menikmati puding yang barusan Ify buatkan.

"Mungkin Bunda capek sayang," jawab Ify tak sepenuhnya berbohong. "Yaudah, kalau gitu habis ini kita pergi jalan-jalan, gimana?" tanya Ify.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 22, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Just UsWhere stories live. Discover now