Sore ini cukup hangat dan indah. Seorang gadis baru saja pulang dari sekolahnya dengan bersenandung kecil sambil membuka gerbang rumahnya dan langsung di sambut oleh beberapa pelayan yang bekerja untuk keluarganya. Dia bisa saja pulang ke rumah dengan di jemput oleh supir pribadinya. Tapi dia bersikeras ingin mandiri dengan pulang menaiki bis. Baginya itu tidak memalukan, malah membuatnya bahagia.
"Sore Non Ify," sapa Pak Slamet yang sedang memotong rumput di halaman rumahnya.
"Sore, Pak..." sahut gadis itu yang bernama Ify seraya tersenyum.
"Mama sama Papa udah puang ya, Pak?" Tanya Ify karena dilihatnya mobil kedua orang tuanya terparkir di garasi yang terbuka. Karena setahu Ify, biasanya kedua orang tuanya akan pulang larut malam.
"U...udah Non," jawab Pak Slamet dengan sedikit tergagu, Ify mengkerutkan keningnya heran. Dia segera masuk ke dalam rumah. Entah mengapa firasatnya mengatakn ada sesuatu yang buruk sedang terjadi.
"Gak bisa Pa! itu sama aja kita menjual Ify pada mereka!" teriak Mama.
"Lalu kita harus bagaimana lagi?! Hutang kita sudah terlalu banyak dan menumpuk. Mereka berjanji akan melunasi hutang kita, kalau kita memberikan Ify untuk mereka!"
"Mama gak setuju! Mama gak mau menyerahkan Ify pada mereka! Ingat Pa, Ify anak kita! Bukan barang yang bisa dijual beli dengan seenaknya!"
"Papa gak mau tau lagi, hari ini juga Papa akan menyetujui perjanjian itu. Kita gak punya pilihan lain."
"Kamu tega, Pa! kamu tega melakukan itu sama anak kamu sendiri. Yang ada di otak kamu Cuma uang dan uang! Bisnis dan segala apapun itu yang bersangkutan. Dan kamu gak memikirkan bagaimana kalau Ify tahu, bahwa—"
"Lakukan itu kalau itu baik menurut Papa," ujar Ify yang tiba-tiba sudah hadir diantara kedua orangtuanya. Matanya sudah berkaca-kaca. Jauh dilubuk hatinya, dia sangat kecewa pada Papa.
"Ify?" Mama langsung mendekat pada Ify. Dan entah mengapa Ify mundur selangkah dari Mama.
"Apa yang harus Ify lakukan aga hutang keluarga kita terlunasi?" Tanya Ify dengan suara bergetar. Dia merasa kebahagiaannya hari ini hilang begitu saja.
***
Ify memasuki kelasnya yang masih sepi. Hanya ada dirinya dengan segala macam pikiran yang memberatkannya. Dia masih mengingat betul apa yang diutarakan Papa kemarin. Dia dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama tidak menguntungkan untuk dirinya.
Pilihan yang sama-sama akan menentukan masa depannya nanti. Pilihan yang jika ia salah memilih, maka tidak hanya dia yang rugi. Tapi semua keluarganya.
"Apa yang harus Ify lakukan aga hutang keluarga kita terlunasi?" Tanya Ify dengan suara bergetar. Dia merasa kebahagiaannya hari ini hilang begitu saja.
"Kamu harus menikah dengan putra tunggal keluarga Haling. Dengan begitu kamu masih bisa melanjutkan sekolah kamu. Atau mereka akan membuat kita menjadi gembel yang terlantar di pinggir jalan, dan sebab itu juga kamu tidak bisa melanjutkan sekolah kamu," jelas Papa.
"Fy..." panggil Mama.
"Oke, Ify ambil pilihan pertama. Tapi Papa harus janji, kalau mereka akan benar-benar dengan itu."
"Fy..." panggil Mama lagi. Dia tidak tega membiarkan anak gadisnya dijual begitu saja.
Ify memeluk Mama dengan erat. "Ify akan lakukan apapun demi keluarga kita Ma..." lirihnya. "Demi Mama..."
YOU ARE READING
Just Us
عاطفيةAwalnya baik-baik saja. Kehidupannya sempurna. Tapi semua itu harus berakhir. Hingga ia bertemu dengan seorang pria yang membuat kehidupannya berubah. Dan seorang gadis kecil yang menggemaskan, yang membuat dia jatuh hati pada pertemuan pertama.