[FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA CERITA INI!!]
Bagi seseorang yang susah ditebak dan gamau ribet macam Aksara, punya wanita idaman amatlah merepotkan. Namun siapa sangka, pertemuan tak mengenakkannya dengan seorang gadis maniak permen stroberi dan p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ini berkasnya, Tuan." Salah seorang bodyguard menyerahkan setumpuk kertas ke atas meja. Bertepatan dengan Diana yang baru turun dari lantai dua dan berjalan mendekat hendak sarapan. "Saya permisi, Tuan."
Romi memindai penampilan sang istri penuh curiga. "Kau mau kemana?"
Diana meliriknya sinis. "Benar-benar bertanya atau kau hanya ingin memastikan sesuatu?" tembaknya tepat sasaran.
"Aku bertanya, Diana. Dan sebagai seorang suami, aku berhak atas itu!"
"Kalau begitu lepaskan aku! Jadi kau tidak perlu pusing memikirkan aku atau apa pun yang kulakukan." Meninggikan volume suaranya satu oktaf. "Padahal aku selalu memudahkan segala jalanmu, Romi. Kenapa kau mempersulitnya sendiri?!"
Brak! Saking kuatnya gebrakan Romi, gelas berisi air di dekatnya langsung jatuh dan pecah. "Apa maumu sebenarnya, Diana? Kenapa kau selalu menguji kesabaranku dengan permintaan bodoh itu?!"
"Mauku?" Diana terkekeh kecil. "Tentu saja, cerai." Selepas menyelesaikan kalimatnya, Romi langsung mencengkram leher Diana sekuat tenaga. Amarahnya tidak terkontrol lagi, tatapan tajamnya menggelap dikuasai marah dan takut.
"Tutup mulutmu atau aku yang menutupnya paksa, Diana?!" ancamnya berbisik.
"Ce...raikan... a—ak...kuh.., Romi..." Bersusah payah mulutnya mengucapkan itu.
Semakin sering mendengar kalimat tersebut, justru amarah Romi kian memuncak. Romi meraup bibir istrinya kasar, menciumnya secara brutal. Tidak mau sang istri mengatakannya lagi dan lagi. Ciuman paksa yang tentu membuat Diana berontak.
"BRENGSEK!" Diana mendorong Romi sekeras tenaga. Ia mundur seraya mengusap bibirnya kuat-kuat. Amat tak sudi membiarkan jejak Romi membelenggu di sana. "Manusia biadap!! MENJAUH DARI HIDUPKU, BAJINGAN!!"
"A—Aku minta maaf, sayang..." Tangan Romi gemetaran seiring melangkah mendekati istrinya. "Hei, come. I'm sorry, really sorry."
"Tidak sudi dan jangan mendekat, keparat! Atau akan ku congkel bola matamu, Romi!" peringat Diana, mengarahkan pisau buah yang ia rampas dari atas meja.
Romi bertepuk tangan sekali sembari terus membujuk sang istri yang sudah menangis. "Pegang dia!" titahnya pada para pengawal yang baru tiba.
"Tidak, tidak!!"
Romi mengecup bibir Diana singkat. "Istirahatlah, Sayang." Mengusap lembut pipi sang istri. Beralih melihat para pengawal lalu memberi kode untuk membawa Diana ke kamar.
"LEPASKAN AKUUUU! ROMIIII!!!"
Romi menghembuskan napas berat. Kembali duduk dan menenggak segelas air sampai tandas.