2

10 3 0
                                    

"kamu bawa minyak wangi?!" tanya ustadzah Bila sambil menahan emosinya.

"iya ustadzah" ucap ku sambil menunduk menghormati nya.

"astaghfirullah, kamu tau ga, banyak banyak pake minyak wangi itu bisa membangunkan syahwat para laki laki, sekarang, ini ustadzah sita, point kamu ustadzah kurangin" Jujur, disitu aku sangat takut, untung saja aku masih memiliki 198 point, karena kami masing masing murid (santriwan/santriwati) memiliki 200 point masing masing.

"iya ustadzah" jawabku singkat

"nah kan, hemm" suara itu berasal dari belakang ku, suara Amril, aku sangat mengenali suara itu.

"ude gua bilang gausah bawa bawa minyak wangi, masih aja bawa" ucapnya lagi sambil berbisik mendekat ke arahku didepannya.

Setelah ustadzah Bila pergi dari kelas, kami pun kekantin bersama untuk membeli makanan favorit kami, yaitu nasi uduk dan teh manis.

"eh,wee, tuh ust omar abdullah calon suaminya ustadzah Gisha" ucap Flora sambil memajukan mulutnya menunjukkan bahwa mata kami harus melihat apa yang ia tunjukkan.

"ustadzah Gisha anak yang punya asrama kan?" tanya Fina balik, dan Flora mengangguk iyaa.

Sebenarnya, kata ustadz Yusuf (guru Siroh Nabawiyah kami) ustadz Omar yang bakal nerusin asrama ini, setelah menikah dengan ustadzah Gisha, dan alhamdulilah nya mereka baru tunangan tahun ini, tapi 2 tahun lagi mereka akan menikah, entah kenapa aku juga tidak tau mengapa mereka harus menunda pernikahan mereka selama itu, tapi alhamdulilah sii..

Mata ini masih saja fokus melihat pria idamanku itu lewat,  jika ust Omar lewat didepan ku, entah memiliki pelet apa dia, yang pasti jika beliau lewat, mataku tidak bisa terkendalikan.

"heii Vie--" panggil Amril sambil mengayuhkan tangan nya ke depan wajahku.

"Viee--" panggil Flora, sontak mereka bertiga saling lirik melirik karena tingkah ku itu.

"hah-apaa-kenapa-kenapa?" aku pun sadar setelah lama melihat syekh tadi lewat didepan ku.

"lo suka ya sama ust omar?" tanya Fina kepada ku, aku pun menggeleng menandakan tidak sambil menunduk.

Mereka saling lirik melirik lagi, dan melihatku dengan seksama.

"jujur aja sama kita Vie, kan kita udah janji, ga ada rahasia rahasiaan diantara kita" ucap flora

Aku masih saja menggeleng dengan kepala tertunduk.

"tanpa lo kasih tau kita juga udah tau kok lo suka sama ust omar kan, dari cara lo ngeliat dia, dari awal lewat kantin sampe mau kekantor lo liatin terus Vie, siapa si yang ga tau kalo lo suka sama ust omar" ucap amril sambil menepuk-nepuk pundak ku.

Aku kaget, mereka tau aku suka sama ust Omar? tapi kan, aku hanya melihat dia karena sedap dipandang, masa sii aku suka sama ust, ah-- suka sukaan doang kok, ust omar juga bakalan nikah.

Sontak aku langsung melihat mereka dengan wajah kaget, "what?, kalian tau?" tanyaku pada mereka.

Mereka pun mengangguk iya, dari situ awal aku tau apa arti persahabatan dari sekian banyaknya teman yang ku punya.

***

"eh, kalian tau ini apa?" tanya ku pada ketiga sahabatku, menunjukkan apa yang aku pegang.

"lipstik?" jawab amril

"betul, pake yuk" ajakku pada mereka untuk memakai barang yang kubawa dari rumah.

"nanti kalo ketauan ustadzah gimana vie?" tanya Fina

"iya viee betul tuh kata Fina, kalo ketauan berabe jadinya" sambung Flora

"gabakal, sini gue pakein kalian" aku pun memakaikan lipstik yang kubawa.

Ngomong ngomong, walaupun kami tinggal di pesantren, aku dan para sahabatku memakai kata 'gue-lo', tapi jika bertemu dengan teman-teman yang lain, dan ustadz atau ustadzah, kami memakai 'saya-kamu' atau 'ana-anti', jika ketahuan kami memanggil 'gue-lo' sudah pasti kena point, dan kami akan bertanggung jawab dengan resiko itu.

Disekolah*

"assalamualaikum, kayfahaluk(a/kum)?" ustadzah Siti pun masuk kekelas kami untuk pelajarana bahasa Arab.

"ana bilkhoir" jawab kami sekelas dengan serentak.

"baiklah, ustadzah akan memulai pelajaran sekarang ya, sudah hafalkan mufrodat yang ustadzah suruh hafal minggu kemarin?"

"ayo, Amril, kamu maju duluan, sesuai absen yaa" panggil ustadzah

Awalnya semua baik baik saja, hingga tiba pada waktu aku ingin maju, tiba tiba lipstik yang aku taruh di kaus kaki ku agar tidak ketauan, malah jatuh kelantai.

Ohh shittttt-!!!!

"loh, apa ini?" ustadzah pun berdiri dari duduknya hendak mengambil barang yang aku jatuhkan tadi.

Dengan buru buru aku langsung mengambil nya sebelum ustadzah Siti mengambil, tapi nihil, usaha ku sia sia saja, ustadzah memaksa ku untuk menunjukkan barang apa yang barusan aku jatuhkan.

"coba ustadzah liat, Viera" pintanya

"emm.. anuu.. ustadzah--"

***

WRONGLY ILLUMINATES THE HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang