1

16 3 0
                                    

Aku mempunyai 3 sahabat, yaitu Amril, Fina dan Flora. Kebetulan aku sekolah di sekolah pesantren favorit di daerah ku, semasa Sekolah Dasar, aku sangat ingin sekali mempunyai sahabat yang selalu ada buat aku, dan alhamdulilah nya lagi, Allah kasih aku sahabat kayak mereka ini, betapa bersyukurnya aku.

Gedung kami para wanita memang dipisah dengan lelaki, maka dari itu kami jarang bertemu atau bertatapan langsung dengan laki-laki.

Aku ga tau apa yang mau dia sampaikan padaku sampai berlari seperti itu. Dia adalah sahabat ku, salah satu sahabat terbaik yang ku punya selama aku di Sekolah Menengah Atas.

"eh vie, tau ga, ustadzah Gisha anak yang punya yayasan itu, mau nikah loh minggu depan" suara yang mudah aku kenali datang dengan berlari menuju ke arah ku yang sedang asyik  duduk di kantin sekolah.

"apaan si markonah, lu bikin gua kaget tau ga, AHH---" ucap viera sambil mendengus kesal.

Sebenarnya, aku bukan kesal dengan Amril, melainkan dengan apa yang ia katakan barusan.

"lu ga sedih kan vie?" tanya Amril, yang langsung di ditarik lengannya oleh Fina.

Rasanya aku ingin menangis, aku tidak bisa menahan air mata ku yang semakin di biarkan akan turun membasahi kedua pipi ku ini, AHH-!! sungguh, aku tidak tahan.

"eum-- gue balik ke asrama duluan deh yaa" ku bilang pada mereka sambil menahan air mata yang sebentar lagi akan turun.

"vie, lo ga papa kan?" tanya Flora yang memegang lenganku, dan memberhentikan langkah ku untuk tidak melangkah lebih jauh lagi.

Aku pun menengok kearahnya dengan menundukkan mata serta kepala ku "gu-gue ga papa kok raa" jawabku dengan suara menahan tangis.

SATU SETENGAH TAHUN YANG LALU*

Flashback on

Awal pertama kali aku datang ke asrama darul insan, dengan membawa koper besar berisi baju baju ku untuk tinggal disini 2 tahun, kebetulan aku anak pindahan dari sekolah negeri, dan kalian tahu?
dulu aku sangat nakal, sering sekali aku keluar masuk kantor bk, hingga membuat papa ku berpikir untuk mengirimku ke asrama ini.

Langkah demi langkah kulewati, tiba lah aku di gedung para wanita, saat aku menaiki tangga, baru dua langkah aku menaikinya tiba tiba ada sehelai kulit pisang di depan ku, entah siapa yang membuangnya dengan sembarangan, sehingga membuat keseimbangan tubuh ku oleng begitu saja.

Dan alhamdulilah nya, ada seorang lelaki tampan yang secara cepat menangkap ku, dan aku jatuh ke pelukan nya.

"astagaa, terima kasih banyak yAllah" ucap ku sambil menatap mata yang sangat indah itu, yang seakan ingin aku bawa pulang saja matanya itu.

"eh, afwan, afwan, astaghfirullah" ucap lelaki itu, sambil melepas tangannya dan membuang wajahnya kearah lain.

"gapapa?" tanya nya, aku masih saja menatap mata elang nya yang berwarna brown itu, yang sangat membuat aku terpaku terpana.

"afwan, kamu ga papa?" tanya nya lagi, tapi kali ini aku sadar dan langsung menjawab pertanyaan nya tadi.

"tadi kucing nya boker, hehee" jawab ku sambil menunjuk kearah kucing yang sedang duduk di depan teras asrama.

"afwan, maksud saya, kamu gapapa kan?"

"oh, iya iya, gapapa kok gapapa, btw makasii ya" ucap ku langsung, aku berusaha untuk terlihat biasa saja, agar lelaki itu tidak tau bahwa aku sedang salah tingkah tadi.

"saya permisi, assalamualaikum" ia pun pamit, dan pergi begitu saja dari hadapan ku.

Mungkin aku seperti itu orangnya, melihat laki laki yang cekepan dikit langsung oleng, tapi ini beda, ini sangat berbeda dari yang lain, aku seperti menemukan cahaya hidupku, dia terlihat lebih tua dari ku, mungkin umurnya sudah berkepala dua, sedang kan aku, aku masih anak SMA umur 17 tahun, tidak mungkin kami bisa bersama.

Sudah lah, aku akan melanjutkan perjalanan ku ke lantai 3, di gedung ini mempunyai 4 lantai, setiap lantai punya 4 kamar tidur, dan aku dapat kamar nomor 8 di lantai 3.

Tok-tok-tok (suara ketukan pintu)*

Tak lama kemudian terbuka lah pintu dari kamar nomor 8 itu.

"assalamualaikum" salamku kepada 3 orang di dalam

"waalaikumussalam" jawab mereka serentak, "kamu, viera kan?" tanya salah satu dari mereka, "i-iya" jawab ku perlahan dan malu malu.

"hai, aku Flora"
"h-hai viera, aku Fina"
"hai, aku Amril"

"aku Viera, eum, jadi aku tidur dimana nih?" ucap ku untuk menghilangkan kecanggungan mereka, sebenarnya aku biasa saja, tidak canggung canggung amat. Tapi mereka? sudah lah, bisa kalian bayangkan bagaimana ekspresi wajah mereka.

"diatas kasur aku aja vie, aku panggil kamu VIE aja ya?" tanya Amril dan akupun menganggukkan kepalaku untuk menjawab pertanyaannya.

"okee dehh" aku pun langsung membereskan pakaian pakaian ku ke lemari yang ada di kamar kami, dulu aku menyebut kamar yang aku tiduri dengan sebutan 'kamarku', tapi sekarang, aku menyebut nya 'kamar kami'.

***

dua bulan pun berlalu*

Aku mulai terbiasa dengan kegiatan kegiatan di asrama ini, aku tidak keberatan mencuci baju pakai tangan ku sendiri, walaupun dirumah pakaian ku selalu dicuci oleh pembantu, aku sudah terbiasa sendiri, sendiri yang ku maksud adalah sendiri kemana mana, aku juga selalu sendirian dirumah, jika pembantu tidak datang kerumah di tambah lagi aku juga anak tunggal, maka dari itu aku selalu sendiri.

Saat sekolah aku membawa minyak wangi kekelas, agar badanku tidak bau, kalian tau, aku jarang mandi semenjak di asrama, kira kira sudah 2 bulan aku menjadi jarang mandi seperti ini, terkadang seminggu aku bisa mandi hanya 3 kali, karena aku malas mengantri.

"viera-!! apa ini? kamu bawa sampo kesekolah?!" tanya ustadzah bila yang sedang memeriksa laci meja ku.

"emm--itu minyak wangi ustadzah" ucapku, karena botol minyak wangi yang ku ganti dengan botol sampo yang berukuran kecil.

***

SEMANGAT!!!

WRONGLY ILLUMINATES THE HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang