00

50 7 4
                                    

Drrrt

"Neru ponselmu berbunyi" teriak Hono setelah melirik ponsel yang letaknya tak jauh darinya.

Neru yang keluar dari kamar mandi pun langsung mengecek ponselnya. Seketika ia berdecak kesal begitu tau siapa yang meneleponnya. Ia membuang asal ponselnya diatas kasur.

"Siapa?" Hono menatap bingung raut muka Neru yang tidak peduli dengan si penelepon.

Neru melirik Hono sekilas lalu kembali fokus pada selimut yang ia lipat "Biasa Yurina" jawab nya acuh.

Hono manggut-manggut paham "Trus kenapa tidak kau angkat. Techi kan pacarmu"

"Aku sedang malas dengannya" lagi-lagi Neru memasang wajah acuh, ia benar-benar tidak peduli dengan pacarnya itu.

Hono terkekeh "Hee tumben sekali. Bukannya dulu itu kau begitu bucin sama Techi. Bahkan kau juga sangat posesif, tidak membiarkan Techi dekat dengan siapapun" ujar Hono yang masih tak menyangka dengan ucapan yang keluar dari mulut Neru, sahabatnya.

"Itu dulu. Sepertinya sekarang pikiranku sudah terbuka. Jadi aku sadar apa yang aku lakukan adalah salah" sahut Neru santai. Ia duduk di atas kasurnya dan mengambil keripik dari tangan Hono. "Sepertinya aku akan putus dengannya"

Hono membulatkan matanya. Apa-apaan ucapan Neru ini. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan isi kepala sahabatnya.

"Neru, kau serius?"

Neru menatap Hono yang masih kaget dengan perkataannya barusan. Dengan santainya ia mengangguk.

"Setelah mengenal Risao-senpai aku bisa berpikiran lebih terbuka. Ditambah lagi Risao itu seorang laki-laki, kami bisa bersama selamanya tapi takut akan pandangan orang-orang. Aku juga sangat menyukai Risao-senpai"

"Begitu ya" Hono merebahkan tubuhnya di atas kasur Neru "Neru bagaimana jika aku mengambil Techi darimu" Neru melirik Hono sekilas, kemudian ia kembali mengunyah keripiknya.

"Ambil saja. Aku juga tidak peduli" lagi-lagi Neru hanya acuh saja. Biasanya ia akan memukuli Hono dengan bantal karena berani mencoba mengambil sang pacar.

Hono langsung menenggak tubuhnya sangking senang plus kagetnya "Kau serius?"

Neru mengangguk acuh.

"Kalo begitu jika Techi jadi milikku kau tidak boleh mengambilnya kembali" ucap Hono serius.

"Ya ya. Lagipula aku tidak ingin terus-terusan bersama gadis itu. Lebih baik aku bersama Risao-senpai"

Hono memekik senang.

Neru menatap Hono aneh "Segitunya kau menyukai Yurina"

Hono langsung mengangguk cepat "Tentu saja. Aku sudah menyukainya sejak kelas 1, sayangnya malah kau yang berpacaran dengannya. Melihatmu yang begitu dekat dengan Techi benar-benar membuatku iri dan cemburu" sahut Hono menggebu-gebu. Ia tidak peduli lagi jika seandainya Neru mengatainya, yang terpenting baginya ia bisa mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Tapi untungnya Neru tidak memukulnya atau pun mencubitnya. Ia hanya menatap Hono malas. Bukankah ini merupakan kesempatan bagi Hono untuk mendekati gadis berambut pendek itu.

"Hah terserah saja. Tapi aku sarankan lagi agar kau memikirkan keputusanmu. Bagaimana pun juga perempuan sama perempuan tidak akan bisa bersama Hono. Ingat itu!" timpal Neru memberi sahabatnya ini nasehat.

"Tidak Neru. Kau yang seharusnya mengingat kata-kataku, jika kau benar-benar akan melepaskan Techi, kau tidak akan bisa mendapatkannya kembali"

Keheningan terjadi beberapa saat hingga ponsel Neru kembali berbunyi. Neru mengambil ponselnya, seketika senyumnya mengembang.

"Apa Techi mengirimimu pesan?" tanya Hono yang was-was melihat senyum Neru yang teramat lebar.

Neru menggeleng "Tidak. Ini dari Risao-senpai, dia mengajakku keluar malam ini" pekik Neru senang.

Disatu sisi Hono lega karena itu bukan gadis yang ia sukai mengirim sahabatnya pesan, tapi disisi lain ia miris melihat Neru yang menyia-nyiakan gadis itu. Hono cuman bisa berdoa, jika ia bisa mendapatkan Techi, ia harap Neru tidak kembali lagi ke kehidupan Techi untuk selamanya.

"Yaudah aku mau siap-siap dulu. Risao-senpai sedang dalam perjalanan menuju sini"

"Ya ya. Bersiap-siap sana" usir Hono mendorong Neru sehingga membuat si empu bangun.

Neru mendengus kesal "Eh ingat kau lagi dikamar ku" ujar Neru kesal karena bisa-bisanya gadis itu mengusirnya dari kamarnya sendiri. Hono tak peduli sedikitpun, ia malah mencibir Neru.

🍃🍃🍃

Tap

"Terimakasih senpai sudah mengajakku keluar. Aku sangat senang sekali" tutur Neru dengan senyum yang tak pernah luntur.

Cowok tampan itu tersenyum "Seharusnya aku yang berterimakasih karena kamu mau menerima ajakan ku" sahut Risao yang masih tersenyum. "Aku harap kita bisa keluar lain kali"

Neru mengangguk cepat "Tentu saja. Eh maksud ku ya kenapa tidak" seketika ia salting karena jawaban antusiaanya. Ia benar-benar malu sekali.

Risao terkekeh melihat wajah Neru yang bersemu merah.

"Kalo gitu aku pulang dulu ya. Sampai jumpa besok, cantik"

Wajah Neru semakin memerah. Senyum malu-malunya tak bisa ia tahan begitu Risao manggilnya cantik. Rasanya seperti ribuan kupu-kupu terbang didalam perutnya. Sangat menggelitik.

Begitu mobil Risao sudah pergi, barulah Neru masuk kedalam rumahnya. Senyum Neru pun tak pernah luntur sedikitpun.

"Hayoloh dari mana" wanita paruh baya, yang tak lain ibu Neru mengejutkan Neru yang baru masuk ke rumah.

"Ihh mama. Ngagetin aja" Fuyuka terkekeh melihat ekspresi kaget anak semata wayangnya.

"Kamu dari mana. Kok senyum-senyum sendiri. Pasti habis jalan sama Yurina ya" tebak Fuyuka sembari menggoda Neru.

Seketika raut wajah Neru berubah "Apa sih mama. Kenapa jadi Yurina" ucapnya cemberut.

"Lah biasanya kan selama ini kamu senyum-senyum sendiri seperti orang gila kan emang karena Yurina. Siapa lagi coba kalo bukan ulah Yurina. Bahkan kamu aja gak ingat sama mama waktu bersama Yurina" ucap Fuyuka panjang lebar. Ia tak salah sedikitpun, memang begitulah kenyataannya.

"Sekarang gak ada Yurina Yurina an. Aku sama Yurina gak ada hubungan apa-apa" mendengar ucapan tegas Neru membuat Fuyuka heran. Ia tahu betul bagaimana hubungan Neru dan Techi. "Udah ah ma. Aku mau ke kamar dulu, aku capek banget hari ini"

Fuyuka tidak menggubris anaknya. Ia benar-benar kaget dengan perubahan Neru yang begitu tiba-tiba, mungkin?

Neru masuk ke kamarnya. Ia langsung menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuknya.

Drrtt

Ia menatap ponselnya. Seketika ia berdecak kesal. Neru mengabaikan ponselnya yang terus-terusan berbunyi. Ia semakin kesal, Neru pun akhirnya menjawab panggilan masuk tersebut.

"Akhirnya kamu jawab juga"

"Apa?" nada Neru benar-benar ketus sehingga membuat si penelpon merasakan kebingungan.

"Gak ada. Hanya saja aku khawatir sama kamu karena kamu gak ngangkat telpon aku dari tadi" tersirat nada khawatir dari si penelpon. Tapi sepertinya Neru tak mempedulikannya.

"Kamu udah makan?" tanya si penelpon.

"Udah"

"Oh gitu ya"

"Udah dulu ya. Aku capek mau istirahat"

"Oh. Oke. Se—"

Tut

"Ck. Mengganggu saja" gumam Neru kesal.

Neru menatap langit-langit kamarnya membayangkan kebersamaannya dengan Risao tadi. Sudut bibirnya pun terangkat. Seketika senyum Neru luntur begitu mengingat gadis yang mengisi harinya setahun ini.

"Sepertinya aku harus mengakhiri hubunganku dengan Yurina, sebelum menjalankan hubungan baru bersama Risao-senpai"

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang