"She talks kinda lazy.
And people say she she's crazy.
And her life's a mystery.
Oh, but Love grows where my Rosemary goes.
And nobody knows like me."***
Aku mendengkus keras. Sengaja ingin menyindir siapapun manusia tidak beradab yang telah menyerobot antrian ku di salah satu minimarket ini.
Tapi, emang pada dasarnya si laki-laki congek itu tidak sadar atau pura-pura tidak sadar aku sedang menyindirnya, dia hanya lanjut menaruh barang belanjaan nya di kasir tanpa dosa. Antrian itu sebenarnya tidak panjang-panjang amat, tapi cukuplah untuk memakan waktu sekitar lima menit untuk menunggu.
Maka, karena aku yang sedang mengalami siklus bulanan ku dan sedang terburu buru setelah membeli kebutuhan 'wanita', berinisiatif untuk mencolek bahunya untuk mengingatkan. "Mas, antri dong. Kan yang lain juga udah pada ngantri nih dibelakang saya. " ku katakan lah itu sambil tertawa kecil. Yah siapa pula yang mau ribut sama orang random di minimarket saat malam-malam begini dan makin membuang-buang waktu ku?
Ku katakan hal itu dengan nada yang biasa-biasa saja cenderung bercanda. Eh, si laki-laki yang ku perkirakan berusia dua puluhan ke atas itu malah nyolot.
"Saya butuh bayar cepet mbak. Mbak ini nggak mau ngalah sama saya. "
Mendidih lah darahku mendengar jawaban brengsek itu. Dipikirnya aku tidak buru-buru apa? Dipikirnya dirinya sibuk sekali sekelas CEO perusahaan besar? Padahal yang kulihat dia cuma beli sikat gigi dan beberapa snack saja.
"He mas! Kalau udah salah itu jangan mau menang sendiri dong! Mas pikir saya nggak buru-buru? Enak aja nyerobot antrian. "Sewot ku.
Mas nya malah berbalik melotot padaku. Oh tentu saja ku balas dengan pelotototan yang sama.
"Anak muda jaman sekarang tu nggak ada attitude ya sama orang yang lebih tua. Bener-bener generasi rusak. "
Makin terbakar rasanya darah ku. Kenapa malah bawa-bawa generasi ku sih?
"Iya deh yang paling tua. Siap pak! Siap paduka raja!"Cibir ku geram. "Maksud mas gitu? Attitude mas aja nggak ada! Sok-sok an ngomongin attitude. Cuih!"Ku ludahkan air liur imaji yang tidak benar-benar ada ke samping kiri ku.
Sepertinya si laki-laki itu malah terpancing emosi dengan tindakan meludah ku. Kulihat mulut nya mengumpati ku dan maju mendekati ku yang juga balas mengumpatinya.
Kurasakan beberapa orang yang menagntri di belakang ku berusaha untuk memisahkan ku dan laki-laki brengsek itu.
"Bocah kurang ajar! Mulut lo nggak ada sopan-sopan nya ya?! "
Aku melotot menantang. "nyenyenye! Ngapa?! "
"Wah bangsat nih cewe! "
Kulihat tangan nya yang terangkat hendak memukul ku. Aku berancang-ancang untuk membalas memukul, tetapi sesosok manusia lainnya berdiri menjulang diantara ku dan si laki-laki brengsek tadi. Menutupi ku dari pandangan si laki-laki brengsek.
"Mas mau main tangan sama perempuan? Mas tahu kan mas salah? Kenapa malah membela diri? "
Gilaaaa, suaranya dalem banget bray!
Aku melongok ingin mengintip ekspresi si laki-laki brengsek, tapi si laki-laki penengah itu malah bergerak menghalangi pandangan ku.
"Siapa lagi lo bocah? Temen si cewek bangsat ini? "
Wah, masih berani si brengsek ini. Aku sudah siap memuntahkan makian dari lidah ku, sebelum si laki-laki penengah itu bersuara memperingati dengan suara menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelas
Teen FictionKia itu anak nya barbar. Bukan anak bandel nakal yang selalu keluar masuk ruang BK, tapi satu sekolah juga tahu kalau Kia itu anak nya nekat dan terlalu random. Dia juga dikenal sekolah karena punya penggemar yang katanya cinta mati sama Kia. Sedan...