24/7 : 2

3 0 0
                                    

"Can we just sit down, have a little conversation?
Yeah, I wanna talk it out 'cause I'm all up in my feelings.
I never felt this before and I just wanna feel some more.
We used to keep casual.
Now I wanna just be yours.
Can we sit down, try to have little conversation?"

***

Aku itu benci hal yang merepotkan. Dan hal yang termasuk dalam kategori merepotkan adalah ekskul. Dulu saat kelas sepuluh, aku mengikuti ekskul voli hanya karena siswa baru diwajibkan untuk ikut minimal satu ekskul. Baru dua bulan bergabung, aku mengundurkan diri.

Capek. Ribet. Repot.

Maka dari itu, mendapati diriku yang sekarang sedang menunggu di mushola sekolah sehabis sekolah untuk mengikuti kegiatan mentoring di ekskul rohis, membuat aku agak heran dengan diriku sendiri.

Suka sama orang tu ternyata gini. Kita jadi melakukan hal hal diluar kebiasaan diri kita sendiri. Hm, menarik juga, batin ku.

Saat ini aku dan juga para anggota rohis perempuan lainnya sedang menunggu anggota laki-laki selesai sholat jumat. Anggota perempuan rohis itu membentuk kelompoknya masing-masing. Aku hanya duduk sendiri, menjadi pengamat. Meskipun beberapa kali juga diajak bicara dengan anggota perempuan lain.

"Kakak kelas sebelas kan? "

"Iya. "

"Oh. "

Aku bungkam.

"Kakak baru pertama kali ikut rohis ya? "

"Iya. "Berpikir kalau jawaban nya terlalu singkat, aku berinisiatif menambahkan, "hehe. "

Aku memang sekarang belum menggunakan hijab, namun saat aku menyampaikan niat untuk mengikuti rohis pada Dela-Ketua rohis bagian muslimah-, Dela sudah mewanti-wanti ku untuk menggunakan hijab saat mengikuti mentoring.

Jadilah sekarang aku menggunakan hijab langsung dan juga jaket untuk menutupi lengan baju pramuka ku yang pendek. Untungnya rok pramuka ku memang sudah panjang, jadi aku tidak perlu membawa rok ganti dari rumah.

"Udah? "

"Udah. "

Aku langsung menoleh. Suara itu! Si laki-laki penengah!

Aku melihatnya sedang berbicara dengan Dela. Cowok kalau abis sholat tu kenapa menggugah iman sekali sih?

Wajahnya bukan wajah laki-laki kalem yang seadem ubin masjid, tapi wajah yang keliatan 'keras'. Tahu kan maksudnya? Tampang sangar dan tampang-tampang yang kalau ditanya sekarang jam berapa, jawab nya 'nggak punya hape lo?'

Alis nya menukik setiap kali dia mengernyitkan dahi, bibir nya tebal berwarna agak gelap, rahangnya tegas, hidung nya nggak mancung tapi nggak pesek juga. Tapi yang paling aku suka adalah badan nya, badan nya tegap sekali. Macam badan laki-laki yang rutin berolahraga.

Aku sepertinya ngiler sedikit.

Cepat-cepat aku mengalihkan pandangan ketika ku lihat si laki-laki penengah tadi hampir memergoki ku memandang nya tanpa berkedip macam orang tolol. Aku berdeham, mencoba bersikap sok biasa saja ketika si laki-laki tadi melangkah mendekat.

Ku pikir aksi memandang tak sopan ku tadi ketahuan, ternyata si laki-laki itu malah menghampiri salah seorang perempuan yang berada di dekat ku.

"Abang mau balik duluan, ada urusan. Nanti yang ngurus kegiatan nya si Ridan. Kamu bisa pulang sendiri?"

Abang? Adiknya ya?

Aku berpura-pura sibuk memandangi kegiatan anggota lain yang sedang mempersiapkan tempat kegiatan, meskipun telinga ku sudah bersiap mengorek informasi dari hasil menguping pembicaraan.

SebelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang