Paper Rings : 3

2 0 0
                                    

“i hate accident, except when we went from friends to this
uh-huh, that's right
Darling, you're the one i want. ”

***

Aku menyeruput teh es ku sambil memperhatikan wajah Seno yang entah kenapa terlihat girang sekali. Aku dan Seno sedang berada di salah satu warung makan di sekitaran sekolah ku. Aku yang menyarankan tempat ini, selain karena makanan nya enak, juga aku masih belum percaya dengan Seno untuk membawaku ke tempat yang disarankan nya.

Sambil menunggu makanan kami diantar, aku masih memperhatikan wajah Seno untuk mencari letak ketololannya tu sebenarnya ada dimana. Seno malah tersenyum salah tingkah karena kuperhatikan.

Seno berdeham. "Btw, tumben lo ngajak gue makan, Kia. Ada apaan nih? "

Aku menyipitkan mata. Seno ini tidak sedang berpikir kalau aku tiba-tiba ingin menerima cinta nya kan? "Gue pengen ngomong tentang perasaan lo. "

Seno terbelalak. Benar-benar terlihat terkejut dengan apa yang kukatakan. Pipinya tiba-tiba memerah tanpa alasan membuat ku mengerutkan dahi. Kenapa sih ni anak?

"Apa yang perlu diomongin emangnya? "tanya nya bahkan tanpa berani melihat ke arah ku.

"Lo itu sadar-" aku berhenti bicara. Tiba-tiba saja omongan Pika yang menyuruhku untuk memberi kesempatan pada Seno kembali berputar. Aku berkedip cepat, kemudian beralih melihat mimik wajah Seno. "Apa alasan lo suka sama gue? "aku mengganti pertanyaan.

Seno tersenyum lebar sekali. Matanya seolah memancarkan sinar bahwa ini adalah momen yang paling ditunggunya seumur hidup. "Gue suka sama lo karena lo itu keren! "

"Ha? "

Aku menganga heran. Apa katanya? Keren?

"Dulu pas ekskul voli gue ngeliat lo itu kayak keren aja gitu. Lo baik, walaupun banyak yang bilang kalau lo itu judes banget. Lo juga yang nyemangatin gue pas gue kalah sparing sama sekolah sebelah. "Seno tiba-tiba mencerocos.

Aku mencoba mengorek ingatan ku. Kapan sih aku melakukan itu? Kepalaku tiba-tiba gatal karena berusaha untuk mengingat nya. Aku jadi bingung mau jawab apa. Seno yang mungkin sadar kebingungan ku malah makin tersenyum lebar yang membuatku merinding.

"lo nggak ingat ya? Wajar sih, soalnya lo kan masuk ekskul voli terpaksa, jadi lo merasa nggak ada memori yang layak buat lo inget lagi. "Seno mengangguk takzim. Gayanya macam orang yang sudah kenal aku dari aku lahir saja.

Aku ingin menghardik nya namun terhenti ketika pelayan mengantarkan makanan. Aku menahan lidah ku, setidaknya hingga pelayan itu selesai menghidangkan makanan.

Setelah pelayan itu pergi barulah aku menghadiahi Seno dengan hardikan. "Heh! Lo nggak sadar kalau tindakan lo itu bikin malu gue? Jangan gue deh, diri lo sendiri aja lah. "Hardik ku kesal. Kaki ku ikut menendang nya pelan dari bawah meja.

Seno terkekeh. "Kenapa malu? Lagian gue kan pengen nyatain cinta sama lo. "jawabnya enteng. Aku berdecih.

"Lo sinting ya Seno? Gue jalanin sekolah berasa kek dikejar rentenir tau nggak! Se-risih itu gue sama tingkah nggak tau malu lo! "
Inginnya aku lanjut mengumpati Seno tapi karena aku sudah sedikit lapar dan lelah mencari perkara, jadi aku memilih menghela napas saja. Letih juga ya marah-marah tuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SebelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang