01

92 3 0
                                    

hari itu setelah pemakaman kakeknya, yuuji memilih untuk segera pulang. dia berjalan kaki karena jarak tempat pemakaman dengan rumahnya tidak terlalu jauh.

kepalanya mendongak keatas, matanya menatap langit abu dengan tatapan sendu. dalam hati dia berfikir bagaimana jika kegelapan dan suara itu terdengar lagi? apa yang harus dia lakukan?

beberapa saat yuuji hampir sampai di rumahnya, matanya menyipit melihat 2 pria bertubuh cukup besar di depan rumahnya. yuuji berlari kecil menuju rumahnya, matanya melebar, tubuhnya kaku, tidak sanggup untuk melanjutkan langkah nya.

"ap- apa yang terjadi? kenapa rumahku di rantai seperti ini?" tanya nya lalu menatap kedua pria yang dia lihat dari kejauhan tadi

satu pria berjalan mendekat lalu menepuk punggungnya, dia menyerahkan sebuah surat, yuuji menatap surat itu, enggan untuk membukanya.

"bacalah. itu pesan terakhir kakekmu"

yuuji menatap sebentar pria di depanku lalu membuka surat itu dan membacanya

jika kau membaca ini berarti aku meninggalkan beban berat untukmu. maaf, aku menyembunyikan banyak hal darimu, termasuk hal ini.

yuuji, saat ayahmu mengalami kecelakaan kakek sempat meminjam uang dengan nominal yang tidak kecil untuk pengobatan ayahmu, kakek pikir ayahmu akan terselamatkan, namun takdir berkata lain.

karena usia, tenaga, dan kondisi kakek yang terbatas kakek hanya bisa menyicil dikit demi sedikit. saat kakek meminjam uang itu, kakek menjadikan rumah kita satu satunya beserta isinya sebagai jaminan. ku harap kau bisa menemukan rumah baru, maaf.

yuuji menahan tangisnya lagi, kertas itu itu kepal lalu buang ke sembarang arah. yuuji berbalik, hendak meninggalkan rumahnya.. ah, sudah bukan rumahnya.

sebuah tangan menghentikan langkah yuuji, orang itu adalah pria yang menghampirinya tadi, dia menyerahkan sebuah tas.

"ada baju dan selimut, mungkin kau membutuhkannya. aku sedikit iba denganmu"

ucap orang itu lalu menepuk nepuk pundak yuuji, yuuji hanya tersenyum kecut, lalu dia berbalik sambil membawa tas itu di pundaknya.

"terimakasih"

...

entah sudah berapa lama yuuji terus berjalan tanpa arah di tengah hujan deras yang sedang membasahi permukaan bumi, tangannya memeluk dirinya sendiri, dia kedinginan.

selain dingin, yuuji juga takut. hari sudah gelap walau suara guntur tidak terdengar. jalanan sepi hanya di terangi oleh lampu jalan.

memang bodoh, seharusnya dia mencari tempat untuk berteduh lalu memakai selimutnya, tapi sekarang itu tidak berguna. selimutnya pasti sudah basah, jika yuuji menggunakannya sekarang tidak akan ada gunanya.

bibir yuuji bergetar, kepalanya terasa berat, perlahan pandangan menggelap, tubuhnya oleng ke jalan, jika tidak salah sebelum kesadaran nya hilang yuuji mendengar bunyi klakson dari belakang nya.

'berakhir, ya?'























hehehe GAJE, TBC

Ayah angkat?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang