"Mas, lama ya? Maaf nunggu."
Hari ini Yelena tidak terlalu disibukan oleh syuting, maka sore ini Yelena bisa pulang lebih cepat, terlebih ada seseorang yang sudah menunggunya dari tadi, tidak mungkin Yelena tega membiarkan orang itu menunggu lebih lama lagi.
"Nggak apa-apa kok." Mahen berdiri dari duduknya. "Kita jangan dulu pulang ya? Makan dulu, kamu belum makan kan?"
Yelena mengangguk, dia memang belum makan sedari tadi, waktu istirahatnya hanya dia habiskan untuk membaca skrip.
"Gimana kalau kita pulang aja Mas, makannya di rumah, lagian aku punya banyak stok bahan-bahan buat dimasak."
"Tapi emangnya kamu nggak keburu laper?"
"Nggak kok, aku nggak terlalu laper." sambil berjalan menuju mobil, Yelena melingkarkan lengannya di lengan atas laki-laki itu. "Mas Mahen mau makan apa? Biar nanti aku masakin."
"Nggak usah, nanti aku aja yang masak. Kamu mau makan apa?" Mahen balik bertanya.
Yelena berpikir sejenak. "Mmm... kayaknya ayam kecap enak deh. Mas Mahen bisa masaknya kan?"
"Kamu mau minta aku buatin pizza juga bisa, ayam kecap doang mah gampang."
Yelena tertawa, semakin lama mengenal Mahen maka akan semakin banyak keahlian dia yang akan kita lihat, selain gitar, memasak juga adalah salah satu keahliannya.
Beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah Yelena. Rumah yang tidak banyak perubahan, yang berbeda hanya letak figura besar yang dulu terpampang megah di dinding, sekarang sudah tidak ada, figura itu diganti dengan lukisan-lukisan indah karya sang pelukis terkenal.
Mahen melangkah menuju pintu kamar Yelena, ternyata kamarnya pun masih sama, entah mengapa itu membuat Mahen menjadi nostalgia. Dia ingat dulu dirinya sering sekali menghabiskan waktu di sini, entah itu bernyanyi bersama atau hal-hal romantis yang mereka lakukan di kamar ini.
Yelena tersenyum tipis, sudah bisa perempuan itu tebak bahwa sekarang Mahen sedang bernostalgia.
"Mas bahan-bahannya tinggal ambil di kulkas aja ya, aku mau mandi dulu."
Mahen menutup kembali pintu kamar itu, dia mengangguk dan segera menuju dapur untuk memasak.
Ini bukan pertama kalinya Mahen memasak untuk Yelena, dulu dia juga sering memasak untuk perempuan cantik itu. Kalau dulu Mahen akan memasak sambil melakukan hal romantis, tapi sepertinya kali ini tidak. Dia masih memikirkan hati yang lain.
Selang beberapa saat harum masakan begitu menarik perhatian Yelena yang baru saja keluar dari kamar mandi, bukannya ke kamarnya terlebih dulu untuk memakai baju, Yelena malah menghampiri dapur dengan tubuh yang masih terbalut handuk yang melilit di tubuhnya. Tulang selangka dan kaki mulusnya tentu saja terekspos begitu saja.
"Udah mateng Mas?"
Mahen mendongak menatap Yelena dari rambutnya yang masih meneteskan air, wajahnya yang polos dan tubuhnya yang hanya terbalut handuk.
"Bentar lagi, kamu pakai baju dulu sana, nggak baik cuma pake handuk gitu." kata Mahen mengalihkan pandanganya pada masakan di depannya.
Ya. Memang tidak baik untuk Mahen melihatnya, bagaimana pun juga Mahen pernah menjamah tubuh itu dan mampu membuat candu untuknya. Tapi itu dulu, Mahen tidak ingin kembali dibuat candu untuk kedua kalinya.
"Kalau mau datang nggak apa-apa kok Mas, terakhir kali cuma kamu yang menyentuhnya, nggak ada orang lain."
******
Sudah pukul tujuh malam, Jelita berada di toko. Tadi sore Bapak datang menemuinya, mengobrol sejenak kemudian pergi lagi entah ke mana, Lala belum datang lagi setelah dia pamit bermain game di rumah Rosi, dan Mahen belum datang menjemputnya, laki-laki itu juga tidak mengirim pesan apapun padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Domestic Problems
FanfictionJelita tahu memiliki suami seorang gitaris dari Band terkenal seperti Mahendra memang tidak mudah. Selain rumah tangganya yang disembunyikan dari publik, dia juga harus selalu berpikir positif dan memiliki kepercayaan yang tinggi untuk laki-laki itu...