Warning: Mature Content.
_
Satu bulan berlalu, kini malam-malamnya tak lagi sama, paginya pun tak lagi sama, Jelita hampir tak pernah tertidur dengan nyenyak, dia selalu merasa mual pada malam dan pagi hari. Perutnya pun terasa begitu mengganggu, kram dan terasa kembung.
Pukul 02.00 malam Jelita baru keluar dari kamar mandi, dia baru saja muntah, tapi tidak ada yang keluar dari mulutnya.
Melihat pada suaminya yang tertidur nyenyak, ia berkacak pinggang, enak sekali menjadi suaminya itu bisa tertidur pulas jam segini
"Hen.." Jelita menggoyang tubuh Mahen yang tertidur.
"Apa Yang?" dengan suara berat Mahen menyahut.
"Perut gue sakit."
Mahen membuka kedua matanya, lantas ia menarik pelan Jelita untuk terbaring di sampingnya, kemudian Mahen mengelus lembut perut Jelita yang sedang kram sambil memeluknya.
"Dedek bayi jangan bandel ya, kasian Bunanya." kata Mahen sambil terus mengelus lembut perut Jelita dengan mata yang terpenjam karena kantuk.
"Makan ketoprak jam segini kayaknya enak deh." gumam Jelita.
"Jangan aneh-aneh, Yang."
Jelita mendengus. "Emang makan ketoprak aneh ya?"
"Maksudnya bukan gitu. Jam segini mana ada yang jualan ketoprak."
"Ada, kalau dicari."
Entah kenapa tiba-tiba Mahen tergelak. Pikirnya, pedagang ketoprak mana yang mau buka pada jam 2 pagi seperti ini, Mahen bertaruh meski dia berkeliling kota ia tetap tidak akan menemukannya.
"Lagian yang jualan ketoprak kan biasanya emak-emak, emang ada emak-emak yang mau bergadang jualan ketoprak tah, Yang?" Mahen sengaja melempar pertanyaan sarkas.
"Di alun-alun biasanya suka banyak yang jualanya bapak-bapak." Jelita tetap tidak mau kalah perihal pedagang ketoprak.
Mahen mendongak untuk melihat pada jam dinding. "Iya ada banyak yang jualan. Itu pun nggak nyampe jam 2, jam 12 juga udah sepi pedagang."
Jelita berdecak. Ia tahu keinginannya untuk makan ketoprak saat ini tak akan terlaksana, jadi sekarang ia memilih diam.
"Hen..." tak lama Jelita bersuara lagi, padahal Mahen baru saja akan terjun kembali ke alam mimpi.
"Hm?"
"Boleh nggak gue minta sesuatu?"
"Boleh, asal jangan minta aku keliling nyari tukang ketoprak sama dandan kayak cewek lagi."
Jelita tertawa ketika dia mengingat saat Mahen menggunakan baju perempuan dan memakai rambut palsu. Memang itu semua ulahnya dengan alasan permintaan bayi mereka, padahal Jelita iseng saja ingin mengerjai Mahen.
"Bukan itu..."
"Terus kamu mau apa Yang?"
Jelita yang tidur menyamping memunggungi Mahen kini berbalik menghadap laki-laki itu.
"Mau Kang Hendra." Dengan malu-malu Jelita menjawab sambil mengukir abstrak dada bidang suaminya.
Cup!
Mahen membuka kedua matanya ketika Jelita mencium bibirnya. Sebenarnya Jelita malu buat melakukan itu, terlebih dia tidak pernah meminta untuk yang pertama memulai, tapi entah kenapa tiba-tiba saja dia merindukan kehadiran semaminya dibawah sana, tubuhnya tiba-tiba ingin dijamah.
"Kamu yakin? Perut kamu lagi sakit loh, Yang?" tanya Mahen memastikan, dia tidak ingin melihat Jelita kesakitan nantinya.
"Nggak apa-apa, sakitnya hilang timbul. Asal pelan-pelan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Domestic Problems
Fiksi PenggemarJelita tahu memiliki suami seorang gitaris dari Band terkenal seperti Mahendra memang tidak mudah. Selain rumah tangganya yang disembunyikan dari publik, dia juga harus selalu berpikir positif dan memiliki kepercayaan yang tinggi untuk laki-laki itu...