Pagi-pagi sekali suara ketukan pintu rumahnya terdengar, ini masih terlalu pagi buat bertamu yang bahkan suara alrm ponselnya saja belum terdengar, demi apapun Jelita mengutuk orang itu sebanyak-banyaknya.
"Mahen, buka pintu." masih dengan mata yang tertutup dia mengoyangkan tubuh Mahen di sampingnya.
Mahen hanya berdehem pelan tanpa pergerakan membuat Jelita harus terpaksa membuka kedua matanya.
Dia melihat pada jam dindingnya yang menunjukan bahwa pagi masih pukul 06.00, dengan rasa malas yang menimpanya Jelita turun dari ranjangnya dan memungut pakaiannya yang berserak di lantai.
Setelah itu dia membukakan pintu untuk si tamu yang tidak memiliki kesabaran mengetuk pintu dengan brutal.
"Sebentar." teriaknya.
"Jell... Jelly buruan buka pintunya."
Jelita menghela napasnya, sudah dia duga, memangnya orang mana yang mau berkunjung sepagi ini selain Ibunya sendiri.
"Iya sebentar, Bu." teriaknya lagi sambil membuka kunci pintu. "Masih pagi loh, Bu."
"Ya emangnya kenapa kalau masih pagi?" Tanpa permisi beliau nyelonong masuk begitu saja.
"Nih Ibu bawain jus spesial buat kamu." Kemudian Ibu celangak-celinguk mencari seseorang. "Suamimu mana?"
"Masih tidur." Jawab Jelita pelan sarat dengan mata yang masih mengantuk.
Tak!
"Aww, Ibu kenapa pukul Jelly, sakit tau." Katanya setelah menerima jitakan dari Ibunya.
"Kamu itu sudah Ibu biasakan bangun pagi, kenapa masih ngantuk jam segini? Bergadang kamu? Iya bergadang?"
"Nggak."
"Mana suamimu, biar Ibu bangunkan."
Jelita melotot, kantuknya mendadak hilang setelah mendengar bahwa Ibunya akan membangunkan Mahen.
"Biar Jelly aja yang bangunin Kang Hendra, Ibu diem aja di sini."
Bukan apa-apa, bisa berabe kalau Ibu yang membangunkan Mahen. Masalahnya anak itu tidur tidak memakai sehelai benangpun dan selimutnya selalu dia tendang, lalu berakhir berada di bawah, tergeletak tak dibutuhkan di sana.
"Yaudah cepetan. Kalau udah bangun suruh temui Ibu."
"Iya."
Jelita pun pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua, tak butuh waktu lama untuk Mahen terbangun, karena dengan membisikan kata Ibu saja sudah membuat laki-laki itu kelabakan mencari bajunya.
"Eh Ibu mertua, selamat pagi." Mahen menyalami tangan Ibu mertuanya itu.
"Duduk kalian berdua." titah Ibu.
Jelita dan Mahen menurut duduk bersebelahan di depan Ibu yang hanya terhalang oleh meja makan.
"Habiskan." katanya, menyondorkan dua gelas minuman berwarna putih tulang pada kedua anaknya.
"Ini apa? Jus sirsak?" Mahen mencium aroma minuman itu. "Tapi kok nggak wangi sirsak, coba deh, Yang, cium baunya nggak enak kayak sayuran mentah."
Jelita mendekatkan penciumannya ke gelas di tangan Mahen. Dia setuju dengan pendapat Mahen bahwa aroma minuman itu benar seperti sayuran mentah.
"Ini jus apa sih Bu? Kok baunya aneh kayak gini."
"Minum aja, jangan banyak tanya." melihat aura Ibu yang begitu menyeramkan, mau tidak mau mereka akhirnya meminumnya.
Dari tegukan pertama Mahen sudah ingin muntah, apa lagi Jelita yang baru mencium aromanya saja sudah ingin muntah.
"Habisin jangan dimuntahin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Domestic Problems
FanficJelita tahu memiliki suami seorang gitaris dari Band terkenal seperti Mahendra memang tidak mudah. Selain rumah tangganya yang disembunyikan dari publik, dia juga harus selalu berpikir positif dan memiliki kepercayaan yang tinggi untuk laki-laki itu...