The Meetings: Madeline

26 1 11
                                    

CW// Mentioned of death

Isabella Madeline atau ia biasa memperkenalkan diri dengan sebutan Maddie. Perempuan berumur 26 tahun itu berada di New York dengan sebuah keberuntungan. Iya, beruntung, ia mendapatkan beasiswa S2 untuk jurusan School of Counseling, yang nantinya akan bergelar Master of Arts. Berada jauh dari kakak dan bundanya yang berada di Jakarta bukanlah hal mudah, keluarganya orang yang cukup berada di Jakarta, tapi ia cukup tahu diri untuk meraih mimpinya untuk sekolah lagi tanpa menyusahkan keluarganya. Ia adalah anak angkat, ia ditemukan sang bunda saat berada di rumah sakit, saat itu ia berumur 4 tahun dan kejadian buruk menimpa diri dan kedua orang tuanya. Orang tuanya harus kehilangan nyawa setelah kecelakaan mobil yang dialami dan Maddie adalah anak semata wayang. Bunda yang saat itu sedang mengantar abang ke rumah sakit karena sedang demam tinggi melihat dirinya duduk sendiri di bangsal rumah sakit dengan dahi yg sebagian tertutup kain kasa dan plester itu menangis memanggil ayah dan ibunya. Bunda menghampirinya untuk bertanya apa yang terjadi sampai akhirnya dokter keluar dari unit gawat darurat dan mengatakan bahwa orang tuanya sudah tidak bisa tertolong. She has no family, her parent is not in a good terms with their big family. Setelah Bunda menyelesaikan semua hal termasuk pemakaman dan mengurus perwalian Maddie, gadis kecil itu pindah ke rumah bunda dan abangnya. 

Mereka tumbuh bersama, bersekolah di sekolah yang sama, makan bersama, jalan-jalan ke mall bersama, ia dapat merasakan semua pengalaman itu dari Abang dan Bunda. Maddie always looks after her Abang and Bunda. But sometimes she misses her ayah and ibu, she always asked Bunda to go to their graves, Bunda and Abang never says no to this wish. Maddie selalu mendapatkan cinta dan kasih sayang yang penuh dari Bunda dan Abang, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mengejar beasiswa sampai ke New York karena ia merasakan sudah saatnya ia lepas dari Bunda dan Abang, ia ingin mengejar mimpi tanpa uang dari mereka lagi, ia sudah merasakan sangat banyak cinta dan kasih sayang. Awalnya, Bunda dan Abang sangat keberatan karena itu terlalu jauh tapi akhirnya mereka sampai pada keputusan bersama, Maddie tetap ambil beasiswa dengan catatan abang yang menyewakan tempat tinggalnya selama 2 tahun atau sampai selesainya program S2 yang akan ditempuh.

---

Hari itu Elijah ke kampus karena ada kuliah siang sampai sore hari, membawa ranselnya di satu bahunya, menggunakan headphone dan berjalan santai menuju cafetaria, sampai tiba-tiba ada seorang perempuan yang menabraknya karena berlali kencang dan tidak memperhatikan sekitar.

*brukkk*

buku-buku yang di tangan Maddie jatuh setelah ia menabrak seseorang di lorong menuju kafetaria kampus.

"Aduh! Jalannya hati-hati dong mbak."

"Eh, maaf..maaf.. mas. Saya buru-buru."

"Loh, Maddie?"

"Eh, maaf siapa ya?"

"Elijah, yang minggu lalu ketemu di Mon Amour."

"Oh, iya, maaf ya Mas El. Saya duluan."

Wanita itu segera menghilang dari hadapan Elijah.

"El, Mas El. Lucu juga. Biasa yang manggil gue El cuma mami, papi aja." 

---

Entah sudah berapa kali Elijah ke Mon Amour, entah untuk apa. Niatnya hanya untuk sarapan pagi ini, tapi jackpot batinnya. Ia bertemu dengan Maddie lagi, ia tidak sadar kalau senyum kecil itu terlukis di wajahnya ketika melihat Maddie berjaga di kasir pagi itu.

"Morning, Mas El."

"Morning, Maddie."

I'll Be Home (For Christmas)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang