Theofilus Elijah, seorang laki-laki yang terlihat dingin namun ramah, saat ia tersenyum, matanya membentuk bulan sabit yang membuat dirinya semakin terlihat seperti anjing Samoyed.
Akhir-akhir ini tersenyum adalah kegiatan yang Elijah senangi. Alasannya tidak lain adalah karena Madeline, mereka sering menghabiskan waktu bersama, entah pergi bersepeda atau sekadar jogging ke taman dekat kampus. Ada beberapa tempat yang suka mereka kunjungi bersama kalau mereka sedang tidak ada kegiatan kampus, atau kalau Maddie sedang tidak bekerja tentunya. Pilihan pertama ada di New York Botanical Garden, tidak terlalu spesial, seperti pada umumnya, gampangnya ingat saja Kebun Raya Bogor, mirip seperti itu. Mereka juga suka mengunjungi Train Park Garden untuk sekedar duduk-duduk dengan segelas kopi hangat di tangan mereka, bercerita tentang beratnya tugas-tugas mahasiswa program Master atau sekadar menghabiskan hari dengan membicarakan isi kepala dan hati mereka.
New York Botanical Garden
Elijah sudah lama tidak pernah merasakan euphoria ini. Setiap ada Maddie di dekatnya, sering kali ia salah tingkah. Seperti saat ini contohnya, mereka habis bersepeda dan duduk di salah satu bangku kayu, Maddie sedang melepas topi dan sedikit mengibaskan rambutnya yang sedikit lepek karena berkeringat tapi Elijah malah terpaku melihat gadis di sebelahnya.
"Mas El."
"Mas El."
"Dor!" Maddie menepuk pundak Elijah.
"Eh, apa? Kenapa Maddie?"
"Aku sih, yang harusnya tanya Mas El kenapa ngeliatin aku sampe kayak gitu?"
"Ah, enggak, nggak kenapa-kenapa kok hehe."
"Aneh, dasar."
Muka Elijah terasa panas, malu karena tertangkap basah melihat dengan kagum gadis di sampingnya. Cepat-cepat ia mengibaskan tangan untuk mengipas wajahnya agar tidak terlihat terlalu mencurigakan.
"Loh, mukanya merah? Mas El sakit?
"Enggak, Maddie, gerah aja ini abis sepedaan kan, hehe."
***
Dua minggu setelah hari itu mereka tidak bertemu, dikarenakan keduanya banyak kesibukan. Elijah hanya menghabiskan waktu bersama Irvin seringkali. Menonton acara olahraga di tv atau bersepeda bersama.
"Lu sama Maddie kenapa Jah?"
"Eh anjir ye, jangan manggil gue gitu kenapa sih?? Udah kayak ART gue."
"Hadeh, iye. Elijah sayang, lagi kenapa sama Maddie? Marahan? Kok ga keluar bareng atau nggak ke Mon Amour?"
"Jijik lah. Nggak kenapa-kenapa, dia sibuk, gue sibuk. Lo tau kan kita lagi banyak tugas dan udah lagi on process buat tesis??"
"Eitss, biasa aja doong jawabnya. Uring-uringan banget, kangen ya?"
"Berisik lu."
"Kangen, uring-uringan, jalan bareng mulu, ditembak engga."
"Sekali lagi ngomong, sepeda lu gue pretelin!"
"Udah mau 2 tahun kita di Manhattan, gue baru liat Elijah begini. Padahal kalo ada tugas susah kayak apa juga dikerjain nggak pake uring-uringan. Orang jatuh cinta emang beda hahahaha."
"IPIN BACOTTTT!!!!"
Elijah tidak paham dengan apa yang terjadi pada hatinya, sudah dua minggu mereka hanya sekali, dua kali bertukar kabar via chat, tapi tidak ada yang spesial dari interaksi itu. Hari ini Elijah memutuskan untuk pergi ke Mon Amour untuk membicarakan isi hatinya selama ini, tapi, ah, tidak, yang terpenting dia bisa melihat gadis pujaan hatinya itu dalam keadaan baik saja sudah cukup.
Kali ini dia naik subway, malas bersepeda, badan dan pikirannya cukup lelah akhir-akhir ini. Setelah berjalan dari Stasiun Broadway akhirnya Elijah hampir sampai di Mon Amour karena memang cukup dekat hanya lima sampai tujuh menit berjalan kaki. Ia melihat pemandangan yang tidak biasa, mengagetkan untuk dirinya, ia melihat Maddie, gadis pujaan hatinya itu. Dipeluk, dicium keningnya oleh laki-laki yang tidak ia kenal. Laki-laki itu memakai hoodie berwarna cokelat, laki-laki itu masuk ke dalam taksi berwarna kuning sambil melambaikan tangan pada Maddie. Maddie juga terlihat tersenyum sambil melambaikan tangan.
"Siapa itu anjir? Perasaan Maddie ga pernah cerita kalo punya pacar. Kenapa tau-tau ada adegan pelukan, cium kening sih?!"
Elijah menghembuskan nafas kasar dan melanjutkan perjalanan ke Mon Amour. Ia membuka pintu café dan terdengar bunyi lonceng, Maddie pun menolehkan wajahnya dan tersenyum ramah. Pria yang sudah dua minggu tidak ia lihat, kini berada di hadapannya.
"Hello, Sir, May I Know your order?"
"Hello, Maddie, just get me one hot americano, large size, please."
"Anything else, sir?"
"Nope. That's all, thank you Maddie."
Elijah bergeser ke counter pengambilan makanan dan minuman yang di takeaway. Maddie tetap tersenyum manis seperti biasa, sambil sesekali mengajak berbicara Elijah tapi tidak ditanggapi dengan antusias dengan pria di hadapannya. Elijah sedang berkutat dengan pikirannya sampai tidak sadar Maddie memanggil Namanya.
"Mas El, kopinya."
"Mas El?"
"Eh, iya."
"He seems off." Batin Maddie.
"Mas El, satu hot americano, large size."
"Oh, udah jadi ya? Okay, thank you, Maddie."
Pria itu bergegas meninggalkan café dan tidak mendengarkan ucapan Maddie selanjutnya.
"Mas El, see you! Hati-hati di jalan."
Elijah yang kini berada di taman hanya bisa duduk sambil memikirkan banyak kemungkinan. Apakah selama ini ia berhubungan dengan wanita yang sudah memiliki kekasih? Kenapa Maddie nggak pernah ngomongin ini ke gue sih? Gue kira kita udah deket banget. Kenapa hati gue sakit banget ya lihatnya? Padahal gue bukan siapa-siapanya.
Seandainya Elijah tahu, itu adalah kakak laki-laki Maddie yang selalu dibicarakannya.
Abang yang selama ini menjadi sandaran Maddie ketika kehidupan ini terasa berat. Elijah dengan asumsinya yang salah.
Am I really fell for her?
Why it feels hurt? My heart hurts.
Just happened to feel this again after a long time.
Who is that guy?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be Home (For Christmas)
RomanceElijah would run a thousand miles as long as he can be with Maddie on Christmas day.