Tok tok tok...
Suara ketukan pintu membangunkan ku dari tidur yang sangat teramat nyenyak, membuat ku menyibak selimut lembut yang menutupi diriku dan mulai berdiri di samping ranjang. Aku menatap jam dinding lingkaran di dekat pintu kamar, jarum pendek nya menunjuk ke angka 5 dan yang panjang di angka 12, artinya tepat jam 5 pagi.
Aku mulai berjalan ke arah pintu dan membuka nya, lalu mengeluarkan kepala untuk mengecek, siapa yang mengetuk pintu, ternyata bukan pintu kamar ku yang diketuk, tapi pintu rumah. Aku melangkah keluar sembari menutup kembali pintu kamar, dan aku mendapati kakak ku yang juga keluar dari kamarnya, yang berada di sebelah kamarku.
"Siapa itu?" Kakak ku bertanya dengan melirik ke arahku, aku tentu menjawabnya dengan mengangkat bahu, aku juga tidak tahu kan aku juga baru keluar dari kamar. Dengan rasa penasaran kami berjalan ke arah pintu, mengecek siapa yang pagi pagi begini sudah mengetuk pintu rumah kami.
Kakakku mulai memutar kunci pintu dan memegang gagang pintu, aku berada tepat di belakangnya, sambil memakai kacamata ku.
Krett...
Akhirnya pintu di buka, aku segera melihat siapa yang ada di balik pintu tersebut, dan ternyata adalah seorang pria dengan setelan jas dan dasi hitam rapih berada di dada nya."Selamat pagi, maaf jika saya mengganggu waktu istirahat kalian"
Katanya begitu pintu ini dibuka lebar oleh kakakku. "Ah tidak masalah, tapi maaf sebelumnya anda... Siapa?" Tanya kakakku. "Maaf tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu, saya pikir anda sudah tahu siapa saya lebih dulu. Saya Rio Atmaja dari pihak sekolah Wineschool ". Kakakku sangat terkejut, terlihat dari wajahnya. Aku segera membuat mimik wajah yang seolah bertanya, sekolah, mana??.Kakakku tidak menanggapi, ia justru meminta maaf kepada pria tersebut, karena merasa bertindak tidak sopan karena membiarkan pria itu berdiri lama di depan rumah, bukan nya menyuruh masuk dan duduk.
"Maafkan saya pak, silahkan duduk, saya akan mengambil kan minum sebentar" kakakku berlari ke arah dapur, mau tak mau akulah yang harus menemani pria tersebut.
Pria tersebut duduk di sofa ruang tamu kami, dan aku duduk di seberang nya. Aku malu sekali sebetulnya bertemu dengan pria utusan sekolah—entah sekolah mana—tapi masih memakai baju tidur. Aku hendak berdiri untuk mengganti baju sebentar, namun pria tersebut justru mulai berbicara kepada ku.
"Halo Akio, apa kabar?"
"Baik, tapi maaf... bagaimana anda tahu nama saya?". Ya benar, namaku Akio, Akio sasaki.
"Syukurlah, tak penting aku tahu darimana namamu, karena siapa pula orang yang tidak tahu nama anak berbakat seperti mu? Hahaha" ia tertawa kecil di akhir perkataannya, dan aku ikut tertawa kecil, anak berbakat katanya?Tak lama kakakku datang membawa 3 gelas di atas nampan plastik berwarna birunya, gelas berisi teh teh hangat. Ia menaruh gelas nya di atas meja, gelas yang di alasi piring piring kecil. Kakakku masuk kembali ke dalam dapur dan kembali ke ruang tamu lalu duduk di sebelah ku.
"Halo Aiko, bagaimana kabarmu?"
"Baik pak, sebelumnya ada keperluan apa ya datang kerumah saya?". Dan nama kakakku Aiko, Aiko Sasaki. Sasaki adalah marga keluarga kami, setidaknya itu yang ku tahu perihal 'keluarga' ku.
"Langsung ke poinnya saja Akio, Wineschool mengundang anda untuk melanjutkan pendidikan menengah sampai atas mu di sana, ini surat resmi nya" pria itu mengeluarkan sebuah amplop berwarna cokelat dari saku dalam jas nya, lalu menyerahkan nya kepadaku. Aku mulai membuka amplop tersebut dan mengeluarkan isinya, selembar kertas dengan tulisan berwarna hitam, aku mulai membacanya."APA??" Kakakku yang ternyata ikut membaca surat tersebut berteriak, tepat di samping telingaku. "Maksudku, kau diundang langsung oleh kepala sekolah loh Akio" kakakku masih dengan wajah terkejutnya berbicara dengan menatapku, aku juga terkejut ternyata pria di depan kami adalah seorang kepala sekolah.
"Maaf pak, tapi saya tidak tahu Wineschool itu sekolah dimana, dan seperti apa, boleh tolong jelaskan terlebih dahulu?" Tanyaku, karena aku benar benar tidak pernah mendengar nama sekolah ini sebelumnya, dan memang aku sedang mencoba mendaftar beberapa sekolah untuk melanjutkan sekolahku.
"Ini hanya sekolah biasa yang sedikit istimewa saja Akio, yang isinya juga anak anak istimewa seperti mu" pria itu menjawab dengan wajah yang seperti ingin meyakinkan diriku. Aku melirik kakakku untuk meminta petunjuk, kakakku hanya tersenyum dan mengangkat bahu nya. Aku kembali menatap surat yang masih berada di genggaman tangan ku.
"Dan aku pikir kita akan terlambat jika kau tidak menjawab segera Akio, karena jika kau menyetujui nya kita akan berangkat hari ini, pagi ini juga" sambungnya, membuat mataku refleks melotot, karena terkejut, pria itu tidak memberikanku waktu yang cukup untuk memikirkan hal ini bukan?.
"Biarkan aku berdiskusi dengan kakakku sebentar dikamar". Aku langsung berdiri dan menarik lengan kakakku, kami langsung berlari kecil menuju kamarku.
—
"Terima saja Akio, seluruh biaya nya ditanggung oleh sekolahnya loh, sangat lumayan"
"Tapi ini asrama kak, aku bisa tidak pulang selama 6 tahun loh, kau yakin?"
"Sangat yakin, aku sudah bersamamu hampir 12 tahun, sudah cukup membosankan kok hahaha, kalau hanya 6 tahun tidak masalah, kau bisa pergi untuk menuntut ilmu" kakakku memegang bahuku, mulai meyakinkan ku, yang justru membuatku semakin tidak yakin untuk pergi
"Lagipula, pasti ada kok waktu untukmu pulang ke rumah ini, jika kau mau" sambungnya. "Tentu saja aku mau".
"Ya sudah, kau keluar dan segera kabari pria itu kalau kau ikut dengan nya ke sekolah tersebut, dan aku akan membereskan semua barang yang perlu kau bawa ke sana". Aku menarik nafas berat, mulai meyakinkan hati untuk mengikuti saran kakakku. Dan ya, akhirnya aku berdiri dan mulai berjalan, keluar dari kamar ini dan menghampiri pria tersebut yang ternyata dia sudah melangkah keluar untuk masuk ke dalam mobilnya. Aku segera mengejar nya dan sedikit berteriak "aku bersedia, aku bersedia ikut denganmu ke sekolah itu".
Pria itu yang tadinya sudah melangkah kan kaki ke dalam mobil, berbalik badan dan tersenyum padaku. "Syukurlah, ku pikir kau tidak mau ikut. Ayo segera masuk ke dalam, waktu kita tidak banyak nak".
"Tunggu sebentar, aku akan mengambil barang barangku" aku hendak masuk kembali ke dalam rumah, tapi pria itu menyambung kalimatnya. "Dan katakan pada Aiko, terima kasih teh nya" aku mengangguk, pria tersebut masuk ke dalam mobilnya dan menungguku di dalamnya. Aku masuk ke dalam rumah, dan ternyata kakakku juga sudah keluar dari kamarku dengan membawa tas punggungku di tangannya. Ia segera melemparkan tas itu padaku, dan berjalan menuju ke meja, membereskan gelas gelas teh kami. Dengan sigap aku menangkap tas tersebut."Sudah sana jalan, sampai jumpa" ucapnya, namun tidak menatapku dan sibuk dengan secarik kertas yang ia temukan dimeja itu. "Sampai jumpa" aku berlari dan masuk ke dalam mobil itu bersama dengan pria tadi. Pintu mobil mulai tertutup dan mobil berjalan, aku melirik ke arah rumah yang ternyata kakakku berdiri di ambang pintu, sambil melambaikan tangannya, dan sebuah sinyal oke.
Inilah perjalanan ku menuju sekolah baruku, Wineschool.
••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Prolognya panjang gapapa ya, biar selanjutnya langsung ke kehidupan Akio di sekolahnya🐸
♪
♪
♪
*Gambar hanya pemanisSalam, katak putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wineschool (On Going)
Teen FictionTanpa ada rencana, dan tanpa ada aba aba. Aku tiba tiba saja mendapat undangan langsung untuk melanjutkan sekolah di sekolah misterius, yang tidak pernah aku dengar namanya, yang tidak pernah aku ketahui lokasi nya. Aku bersekolah di Wineschool. 13+...