"I go from feeling numb to feeling everything at once and don't know if I wanna cry. One of the hardest things I've ever had to learn is how to lose someone." - When You Lose Someone, Nina Nesbitt
***
Hujan turun deras di hari pemakaman Ayah. Kinara berdiri sendirian di samping makamnya, memegang payung yang tidak mampu menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Bayang-bayang suara lembut ayahnya terasa memudar, teredam dalam rintik-rintik hujan yang seakan menghantam tanpa jeda.
Tidak banyak orang yang tersisa di pemakaman, bagaimana pun Kinara tak punya sanak keluarga selain ayahnya, yang kini terendam dalam tanah basah sedalam enam kaki. Jarak yang terbentang begitu tipis, namun Kinara tak mampu menjangkaunya. Aliran lumpur membasahi kaki Kinara yang tak beralas, cipratan air bahkan membasahi bagian bawah roknya.
Selama ini, ayahnya adalah satu-satunya teman hidupnya, tempatnya berbagi keceriaan dan kesedihan. Kehilangan ayahnya berarti kehilangan segalanya. Dalam kesendiriannya, Kinara merasakan kekosongan yang tak terperi, seolah-olah dunia telah mengabaikannya.
Dulu, ayahnya berjanji tidak akan pergi, tidak akan meninggalkan Kinara, dan lihatlah sekarang, lelaki pujaan Kinara itu pada akhirnya sama seperti ibunya.
Kini, Kinara kembali ke tempat itu, tempat segala kesedihannya bermuara. Angin dingin sore itu bertiup pelan, seolah menghormati keheningan yang menyelimuti tanah pemakaman. Seakan turut berduka, langit abu-abu menumpahkan gerimis yang lembut. Kinara menggenggam erat bunga lili putih di tangannya, air matanya bercampur dengan rintik hujan di pipinya. Kinara sendiri abai pada tetes-tetes air yang perlahan membasahi pakaiannya.
Dengan jemari yang gemetar, Kinara menyusuri foto ayahnya yang tersandar pada batu nisan bertuliskan nama ayahnya. Ia duduk beralaskan tanah lembab, menunduk dalam dan mulai berbicara, seolah-olah ayahnya masih berada di sana, mendengarkan setiap keluh kesahnya.
"Ayah... Kinara harus bagaimana lagi?"
Seperti inilah sakitnya anak yatim-piatu yang hidup sebatang kara di dunia. Seolah tak cukup dengan segala kesulitan yang ada, Kinara kembali pada sebuah keputusasaan. Pendidikannya terancam berhenti di jalan, terkendala oleh biaya dan ketiadaan orang tua yang bertanggung jawab atas hidup Kinara. Di negara yang penuh dengan kerumitan administrasi ini, Kinara dipaksa untuk kembali ke tempat dimana dulu ia melarikan diri.
Masa putih abu-abu Kinara telah selesai, dengan keberanian dan tekad yang ia miliki, Kinara memutuskan mencoba peruntungan melanjutkan pendidikan tinggi. Gadis itu berhasil melewati ujian seleksi, sayangnya, Kinara kembali terjebak di titik yang sama–biaya. Jurusan kedokteran tidaklah murah, dan Kinara diharuskan membayar uang pangkal dalam jumlah yang tidak sedikit. Kinara bisa saja mengurus surat keterangan miskin atau surat apapun yang menjelaskan kondisinya, namun harus ada wali yang bertanggung jawab atas Kinara. Gadis itu bahkan tidak punya sanak saudara, bagaimana caranya Kinara memenuhi syarat itu. Jika pun Kinara memaksa, pada akhirnya dinas sosial akan kembali menariknya menjadi penghuni panti asuhan.
Kinara tidak mau, sudah cukup dua tahunnya dihabiskan disana. Jika pun harus, Kinara rasa ia akan memilih hidup melarat di jalan daripada harus kembali ke tempat mengerikan itu. Kinara tidak mau kembali kesana.
Huhuhu... Hiks...
"Ayah... Kenapa Ayah tega tinggalin Kinara sendiri? Kinara kesepian, tidak punya siapa-siapa. Hidup Kinara rasanya sulit sekali...Kinara harus kerja supaya bisa beli makan, harus belajar terus supaya beasiswa tidak dicabut. Kinara tidak punya teman, Kinara tidak bisa pergi main." Kinara menarik napas panjang, mencoba menguasai dirinya, namun rasa sakit di hatinya terlalu dalam untuk dibendung. Gadis itu kembali menangis di pusara ayahnya, mengeluhkan hidupnya yang berat. Tangisannya semakin menjadi-jadi saat ia merasakan kehampaan yang begitu mendalam. Kehidupannya sejak kehilangan ayahnya berubah drastis. Dari seorang gadis ceria yang penuh dengan mimpi, kini ia menjadi seseorang yang kehilangan arah. Setiap hari terasa seperti beban yang semakin berat untuk dipikul.
"Sekarang Kinara bahkan mungkin tidak bisa kuliah, Ayah..." ucap gadis itu lirih. Seperti hujan di pertengahan musim, Kinara menangis tersedu-sedu. Isakannya memenuhi seluruh pemakaman yang sepi. Rasa sakit dan ketidakberdayaan menghimpit hatinya, membuat tangisannya semakin deras. Pikirannya dipenuhi kekhawatiran akan masa depan. Kinara punya banyak sekali mimpi, impian-impian yang hampir terkubur oleh kerasnya kehidupan.
"Kinara rinduuu bangettt... pengen peluk Ayah. Kinara capek, Ayah..." keluh gadis itu dengan suara sepelan bisikan. Kinara lelah. Ia lelah dengan hidupnya, lelah dengan kesedihannya.
Kinara menghabiskan waktunya lama sekali disana. Awan-awan kelabu bergulung semakin tebal dan berat. Angin mulai berhembus kencang, membawa hawa dingin yang menusuk kulit. Suara gemerisik dedaunan terdengar lebih jelas, beradu bersama gerimis yang tak lagi ramah menyapa. Dalam keputusasaan, Kinara mengambil keputusan gila yang mungkin akan ia sesali pada akhirnya.
Kinara mengambil posisi berdiri, menyeka tanah-tanah kotor yang menempeli pakaiannya. Dengan langkah yang berat, Kinara memutuskan pergi dari pemakanan. Langit yang menggelap mengiringi jalan Kinara. Bahu gadis itu terkulai, menunjukkan betapa berat beban yang ditanggungkan disana. Setiap langkahnya terasa seperti membawa beban yang tak terlihat. Namun, di balik kesedihan dan kelelahan yang tampak di wajahnya, tersembunyi tekad yang kuat untuk terus berjuang. Kinara menguatkan hatinya untuk melakukan apa saja, mengorbankan apa saja, untuk mencapai impiannya. **
[Tbc.]
.
.
.
PS :
Posted : Thursday, May 30th 2024
Picture : Pinterest
Halo gess...
Ini alur novelku yang terbaru. Sebelumnya aku pernah mencoba menulis novel, namun tidak selesai karena aku kehilangan ide menulis. Kuharap, novel ini tidak mengalami nasib yang sama, dan aku akan berusaha keras menyelesaikan novel ini sampai akhir. Kuharap kalian suka. tinggalkan like dan komentar, ya! Selamat membaca!
love love <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinara
General FictionKinara Larasati hanya memiliki sedikit impian, namun sesedikit itu membutuhkan harga yang mahal. Tepat ketika ia hampir putus asa, Kinara mengambil keputusan besar yang mungkin akan ia sesali nanti. Menjadi seorang simpanan. "Ada begitu banyak cara...