Kinara dan Adrian Harad

65 3 0
                                    

“I say i don’t want that but what if i do?” - Taylor Swift, The Archer.

***


Kinara tiba di depan sebuah gedung yang didominasi kaca dan dinding interior berwarna putih. Bangunan itu besar dan megah, berdiri tegak dan menjulang seakan menantang langit. Dengan arsitektur modern dan elegan, rumah sakit itu seakan siap menampung ribuan jiwa. Dinding yang terbuat dari kaca reflektif memantulkan kilauan dari lampu-lampu sekitarnya. Pintu masuk utama terbuat dari kaca transparan, memberikan pandangan yang jelas ke dalam interior rumah sakit yang terlihat canggih dan futuristik.

Langit sudah menggelap ketika Kinara tengah menunggu hadirnya seseorang. Rintik-rintik hujan turun membasahi setiap jalanan, begitu juga dengan Kinara yang mulai menggigil kedinginan. Gadis itu hanya menggunakan kaus tipis berlengan panjang dipadukan rok flanel yang panjangnya sebetis, tidak cukup kuat menghalau desau angin yang mengecupi kulitnya. Kinara tidak memiliki keberanian untuk masuk lebih dalam, sehingga memilih menunggu saja di depan gerbang. Tidak ada yang memperdulikan keberadaan gadis itu, bahkan satpam rumah sakit tak menggubrisnya sedikit pun, mereka terlihat sibuk mengatur alur keluar masuk kendaraan. 

Kinara menyandarkan dagunya ke tulang selangka, menyibukkan diri dengan menyisiri aspal menggunakan kakinya. Beberapa kali menengadah setiap ada cahaya kuning menyorot wajahnya, sama banyak dengan kekecewaan gadis itu yang terlampiaskan melalui helaan napas karena lagi-lagi mobil yang ia tunggu tak kunjung ada. Cukup lama Kinara menunggu seperti orang bodoh, bahkan pakaiannya hanya menyisakan sedikit lembab seiring waktu yang terus berlalu. 

Bibir gadis itu mulai mengering, ia lapar dan haus, namun semangat juang memaksanya diam di tempat. Sebetulnya, tak bisa disebut sebagai perjuangan, karena apa yang Kinara rencanakan adalah hal konyol dan bodoh. Sekali lagi, Kinara mengepalkan jemarinya kuat, meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja, bahwa ini akan berhasil, bahwa gadis itu tak apa-apa, bahwa orang itu pasti bersedia menolongnya.

Menunggu sedikit lebih lama, ketika sekali lagi Kinara menengadah, mobil yang diharapkannya pada akhirnya muncul. Cahaya headlights mobil mewah tipe SUV warna hitam menyoroti wajah Kinara, mendorong gadis itu pada perasaan campur aduk yang membuatnya kebingungan harus bereaksi apa. Rasa takut, ragu, gugup, senang, sedih mengacaukan pertahanan Kinara. Secara mendadak, tubuh Kinara mematung, seolah kakinya terpaku di tempat dia berdiri.

Mobil itu berhenti dekat dengan posisi Kinara, seorang lelaki dewasa berkacamata keluar dari sana. Lelaki itu menggunakan pakaian formal, meskipun sudah sedikit berantakan khas pria dewasa yang baru saja pulang kerja. Kancing kemeja putihnya dibuka dua buah, menampilkan kaus dalaman yang warnanya senada. Bagian lengan dilipat asal sampai ke siku, menonjolkan urat dan otot yang menyembul keluar. Tanpa sadar, Kinara menelan ludah gugup. Lelaki dihadapannya terlalu mengintimidasi, namun di sisi lainnya terlalu menawan hati.

“Kinara? Kamukah itu?” tanya si lelaki tak yakin, seraya langkahnya berayun menghampiri Kinara. 

“Mas Iyan…”

Kinara kehilangan kemampuannya berbicara. Adrian Harad, yang kerap Kinara sebut dengan panggilan ‘Mas Iyan’ entah sejak kapan selalu mampu menarik semua kewarasannya. Segala kalimat yang telah Kinara rangkai dalam kepalanya seketika lenyap. Gadis itu kembali menundukkan kepala, mengamati kedua kakinya, dan mengernyit melihat gumpalan tanah basah mengotori sandal lusuhnya. Kinara menggerus alas kakinya dengan sedikit rasa jengkel, tanpa sadar mengabaikan lelaki dewasa yang masih ada di sebelahnya.

“Terjadi sesuatu?” tanya Adrian sekali lagi, menyentil kepala Kinara lembut.

“Kotor, Bang.” jawab gadis itu tanpa menoleh, masih sibuk dengan urusannya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang