(Jagoan yang tak terkalahkan).

15 1 0
                                    

"Gua berdiri di bangunan-bangunan yang sudah terbengkalai bertahun-tahun. Gua melihat ke indah nya Langit yang berwarna Oren di sore hari.
Oh ya...gua belum memperkenalkan diri gua. Nama gua Sagara Mahardika atau lebih dikenal oleh orang-orang dengan panggilan (Sargas). Gua gak punya adik maupun Kaka. Gua anak tunggal. gua masih men duduki Kelas satu SMA semester awal. Gua mempunyai impian tuk menjadi petarung yang di segani oleh dunia, dan gua berharap ada orang yang bisa kalahkan gua. kedengaran aneh sih. Tapi itulah keinginan gua, yang sangat ingin gua wujud kan. Tetapi sayang nya gua sama sekali tidak ada lawan yang seimbang dengan gua. Mereka takut ke gua, mereka semua lemah. Dan orang tua gua sangat muak dengan perilaku gua. Padahal gua cuma ingin cita-cita gua terwujud kan.

Lalu singkatnya gua pulang ke rumah. Di sana sudah ada kedua orang tua gua yang nungguin gua sedari tadi.

"Papa...mama! Tumben pulang kerja nya lebih cepat?" Gua bertanya dengan heran. Karena kedua orang tua gua sudah pulang lebih cepat dari biasa nya.

"Papa dan mama mau bicarain sesuatu sama kamu Sargas! Silahkan duduk!" Lalu bokap gua nyuruh gua buat duduk karena bokap gua ingin berbicara sesuatu kepada gua.

Lalu gua menuruti perkataan nya tuk duduk di sofa yang berhadapan dengan bokap dan nyokap gua.

"Hah...! Mau bicarain apaan mahhh...pahhh?" Lalu gua bertanya kepada bokap gua yang kata nya ingin bicara sesuatu ke gua.

"Papah dan mamah sudah mendengar apa yang kamu lakukan tadi di sekolah tadi! Kamu terus mengulangi hal aneh itu lagi!"

"Apa yang aneh pah? Sargas cuma mau impian Sargas tercapai!"

"Tapi cara kamu menggapai cita-cita kamu itu salah Sargas! Bukan seperti itu caranya!"

"Bener kata papah kamu Sargas! Bukan seperti itu cara menggapai impian mu itu Sargas!"

"Lalu Sargas harus gimana
pah...mah!"

"Jadi gini! Papah tuh punya rencana buat sekolahin kamu ke sekolah internasional di luar negri!"

"Luar negri? Lalu mamah sama papah gimana?" Gua sebenarnya sangatlah senang karena gua bisa cari lawan yang imbang. Tapi gua sengaja jual mahal karena malu tuk mengatakan (ya).

"Papah dan mamah akan ikut ke sana! Dan kita akan pindah dari rumah ini!"

"Lalu rumah ini akan di jual?"

"Tidak! Karena di rumah ini banyak sekali kenangan keluarga kita!"

"Oh ya pah! Emang nya kita akan tinggal dan bersekolah di negara mana pah?"

"Kita akan tinggal di negara Rusia! Gimana...kamu setuju dengan pendapat papah?" Papah pun menanyakan itu dengan berharap gua jawab ya.

"Baiklah!...Sargas setuju dengan pendapat papah!"

"Baiklah! Kalau begitu kita berangkat Minggu depan ya!"

"Baiklah! Sargas setuju pah!!!"

Minggu depan. Itu terlalu cepat. Tapi biarlah. Gua sudah tak sabar melihat sekolah baru gua yang ada di rusia. Gua sangat menanti-nanti hari keberangkatan itu. gua sudah tak sabar tuk pergi ke Rusia. Dan satu hari sebelum keberangkatan pun tiba.

"Sargas! Ayo kita siap-siap untuk keberangkatan besok ke Rusia!"

"Iya mahhh!!! ...Iyah!"

Hari sebelum hari keberangkatan. Keluarga gua sangat sibuk mempersiapkan keberangkata besok. Termasuk gua yang sibuk memberes kan alat-alat latihan beladiri. Dan gua gak lupa bawa sarung tinju kesayangan gua. Gua pun membawa koper-koper ku ke ruang keluarga.

|°_.BOYS OVER POWER._°|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang