"Affah iyAh deck?" tanya Alora dengan nada yang menyebalkan.
"Dak dek dak dek. Sokap amat lo," jawab Zilan, ia menatap sinis ke arah gadis yang kini ada di hadapannya.
"Udah jam 21.00 nih, cepet kerjain soal dari gue setelah itu pulang!" titah Alora.
"Siap, buk boss!"
Zilan mulai mengerjakan soal matematika yang diberikan oleh Alora. Dari seminggu yang lalu, lelaki itu meminta bantuan kepada Alora agar menjadi guru les-nya. Butuh perjuangan yang ekstrim dan uang yang banyak untuk membujuk Alora.
Setelah pulang dari Warbu tadi, Zilan langsung datang ke apartemen Alora. Jadi dia masih mengenakan seragam sekolah, beruntung besok libur.
"Lor," ucap Zilan di sela-sela fokusnya.
"Apaan?"
"Lo kapan liat gue?"
Alora mengerutkan dahinya, "Lah. Ini gue lagi liat lo ngerjain soal."
"Bukan itu." Zilan mengehela nafas dan menatap Alora, "lo beneran gak ngerasa? atau gak tau apa pura-pura gak tau? atau emang gak peka atau gimana si?"
"Maksud lo?" tanya Alora. Gadis itu masih terlihat bingung dan menunggu jawaban dari Zilan.
"Maksud gue.."
~oOoOo~
"Bunda kamu bakal selamat kok," ucap seseorang, membuat Aray mendongakkan kepala dan mengernyit bingung.
"Yola?" Laki-laki itu segera mengusap bekas air mata di pipinya. "Ngapain lo di sini? Ada yang sakit juga?"
Yola menggeleng lalu duduk di samping Aray. "Ngga, tadi kebetulan ngeliat kamu sama bunda."
Tiba-tiba dokter keluar dari balik pintu membuat Aray dan Yola bangkit dari duduknya.
"Gimana keadaan bunda saya, Dok?" tanya Aray dengan raut wajah panik.
Bu dokter menghela nafas, "Pasien sekarang sedang krisis, ia kehilangan banyak darah dan harus segera mendapat pendonor. Stock darah AB di sini sudah habis."
"Ambil darah saya aja, Dok. Kebetulan golongan darahnya cocok sama saya," sahut Yola.
"La?"
"Gapapa, Ray. Meskipun ini gak seberapa buat ngebalas kebaikan Tante Riani. Tapi.. setidaknya gue merasa berguna." Yola tersenyum lalu menatap bu dokter, "Ayo, Dok. Lebih cepat lebih baik."
Bu dokter tersenyum dan mengangguk, "Baik. Mari ikut saya, Nak."
~oOoOo~
"Mamii pulang!" ujar wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan fresh.
"MAMII!" Seorang gadis berlari menuruni anak tangga dan langsung memeluk wanita tercintanya.
"Anak gadis Mami makin cantik aja, gimana sekolah barunya nyaman gak?"
Gadis itu melepaskan pelukannya. "Eum, nyaman. Gista juga punya temen-temen yang baik. Tapi ada satu laki-laki yang selalu bikin Gista kesel, Mii." Gista mengerucutkan bibirnya membuat senyuman Lidia merekah.
"Wah, hahaha. Awas lho, awalnya kesel eh kesininya malah naksir," ucap Lidia dan langsung mendapat cubitan kecil dari Gista.
"Ihh, Mamii.. apaan sih? Gista gak mungkin naksir sama lelaki kaya dia. Udah nyebelin, bawel, jamet, tengil, so asik lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADITARA
Teen Fiction"Gistara Falguni Athaya!" Gadis cantik itu menghentikan langkahnya lalu ia menoleh ke belakang, melihat sosok lelaki yang ia cintai. Dadanya bergemuruh menahan rasa sesak bercampur marah dan kecewa yang luar biasa. Tangisan awan masih setia menyamar...