🍁Chapter 02 (Melangkah)🍁

2 1 0
                                    


🍁Terkadang berharap itu perlu namun janganlah berharap berlebihan kepada dunia ini karena segala sesuatu ada di takdir, takdir tidak bisa diubah namun nasib bisa diubah🍁
~~~~

Malam hari yang indah dengan cahaya rembulan yang terang tanpa tertutup awan malam. Begitu pula dengan suasana yang damai membuat diri hanyut dalam kedamaian malam hari.

Rigan, dia merenung di dalam kamarnya sambil melihat rembulan diatas langit gelap itu. Dia duduk tenang di jendela yang terbuka lebar.

"Rigan,kamu kenapa duduk disana? Apa gak takut jatuh hah! " ucap Ragan kaget karena melihat Rigan yang duduk di jendela.
Rigan pun melihat ke arah Ragan, lalu dengan santuy pindah tempat duduk. Lalu duduk di kursi dekat meja belajar nya. Ragan pun duduk di ujung ranjang Rigan.

"Ri,kamu serius mau ke kota?" Tanya Ragan sambil menatap mata Rigan dengan pasti.
"Gan, kamu sudah tahu, tapi kenapa bertanya lagi? " ucap Rigan dengan heran karena tingkah Ragan terlihat aneh menurut Rigan.

"Aku hanya ingin lebih memastikannya lagi, Ri. " ucap Ragan pelan namun masih terdengar jelas oleh Rigan. Rigan pun menghela nafas pelan lalu berucap panjang lebar.

"Gan,aku kakak mu...aku ingin belajar bekerja di kota, lagi pula...aku ingin berubah nasib kita di kampung ini, " dengan pelan dan menatap serius kepada Ragan, Ragan pun terdiam dan berusaha menahan kesedihannya.

"Ri, kalau kamu pergi sama kak Wendy aku sama siapa disini dan pasti Meran sedih juga...kita berdua kan bisa hidup disini dan bersama Meran juga, kita bertiga bahagia...apa kamu lupa bagaimana waktu kecil kita bertiga sangat senang, semuanya selalu bertiga kamu, aku dan Meran..., " ucap Ragan dengan panjang lebar.

Rigan terdiam dengan semua ucapan Ragan,namun bagaimana lagi dia sudah membulatkan tekadnya untuk merantau demi mengubah nasibnya dan keluarga satu-satunya, Ragan.

"Gan, aku mau tidur dulu. Kamu tidur lah ini sudah malam, besok subuh aku perginya, sesudah adzan subuh. " ucap Rigan, lalu mendekat ke ranjangnya dan berbaring dengan pelan.

Ragan, dia menatap sedih kepada Rigan, Dia berharap bahwa Rigan mengurungkan niatnya untuk pergi besok. Namun, sayang Rigan tetap pada keputusannya dan gak akan membatalkan perginya besok, dengan berat hati Ragan beranjak dari ranjang menuju keluar kamar.

'Maafkan diriku Ragan, namun aku tak mau kita hidup selalu susah. Sakit hati ini semakin membesar setiap saat ada orang yang selalu merendahkan kita, jadi aku harap nanti kamu bisa bersabar dulu, dan tunggu aku pulang dengan bahagia untuk mengubah nasib kita. ' batinnya Rigan saat melihat Ragan dengan sedih nya meninggalkan Rigan.
Rigan tak mau berpikir lagi, dia mulai menutup matanya buat besok subuh pergi, dia tak mau bila harus terlambat dan ditinggal oleh kak Wendy anak pamannya yang mau ke kota juga.

______
Di kamar nya Ragan.

Pov. Ragan

Apakah demi kebahagian atau demi kasta?
Namun, jujur saja aku belum siap untuk sendirian di rumah ini. Aku masih takut dan masih sama seperti dulu, lalu kenapa pergi Rigan, aku sendirian disini dan aku tidak tahu kapan kamu kembali, aku sangat sedih dan ingin meneteskan air mata ini supaya kamu gak jadi pergi, namun saat ku melihat tatapanmu yang yakin akan mengubah nya nasib kita, aku menahan diriku supaya gak membuatmu bertambah sedih, walaupun aku tahu kamu berat melangkah dan terpaksa dengan senyuman palsu demi nasib kamu rela dengan segalanya sampai pergi dari tempat lahir lamanan ini. Rigan, aku harap kamu jangan terlalu lama perginya, segeralah kembali jangan bohongi diriku, sebagai adikmu dan satu-satunya keluarga. Kita berdua adalah kembaran, namun yang rela dalam usia muda hanyalah seorang kakak lebih utama menjadi tulang punggung.

Aku akan merindukan dirimu,kak.
Aku pasti akan menangis lagi seperti saat ini,Aku akan tidur di kamarmu saat dirimu besok pergi, ku mohon jangan lama. Cepatlah kembali... Aku menunggumu jangan bohongi dan berpaling menjadi sombong dan biadab.

Pov end Ragan.

Tanpa disadari Ragan pun tertidur saat sudah lelah menangis tanpa suara.
~~~~ skip~~~

Subuh telah tiba, Rigan yang sudah bangun dan selesai sholat subuh. Dan tas yang akan dibawanya sudah ada dipunggungnya semuanya sudah siap. Rigan bercermin melihat dirinya wajahnya tampak sedih namun demi masa depan yang cerah dia harus kuat dan bertekad.
Tiada putus asa yang tergenggam dengan seutas tali harapan, walaupun kecil harapan tapi berjuanglah demi kehidupan yang nyata.

Ragan, dia melihat Rigan sedang bercermin.

"Sampai kapan kamu bercermin, nanti cerminnya retak lah, " ucap Ragan dengan candaannya walaupun dirinya sedang sedih.

Rigan berbalik dan tersenyum melihat Ragan bersandar di pintu kamar nya,

"Apa kau sedang iri kepadaku, Ragan,? " ucap Rigan dan menepuk pundak Ragan.
"Cih,iri? Apa yang harus aku iri kan darimu, " balas Ragan yang tak mau kalah.
"Kamu ingin tahu? Yaitu ketampananku hahaha... " ucap Rigan dengan ketawa riangnya.
"Tampan? Percuma tampan masih jomblo dan belum pernah pacaran, apa kata setan,? " kata Ragan menusuk jantungnya Rigan.

Rigan yang mendengar ucapan Ragan pun berdecak kesal, lalu memukul kepalanya Ragan, Ragan yang mendapatkan pukulan di kepalanya meringis kesakitan karena ulah Rigan.

"Ayo, antar aku ke depan. Kak Wendy sudah menunggu di depan rumah," ucap Rigan yang mendengar klakson mobil.

"Iya, Ri. Hati-hati disana,jaga kesehatan kamu," kata Ragan.
"Iya, Gan. Kamu juga disini jaga kesehatanmu dan sabar ya, " balasan Rigan lalu mereka berpelukan sebentar lalu menuju depan rumah.

Disana depan rumah sudah ada mobil avanza warna hitam, dan seorang wanita berusia 27 tahun,iya itu adalah Wendy anak dari pamannya Rigan dan Ragan.
Wanita itu berlambaikan tangan kepada Rigan dan Ragan.

"Ayo, kita berangkat, " ucap Wendy dengan agak keras di dalam mobilnya kepalanya muncul dari jendela mobilnya yang sengaja dibuka.

"Iya, kak. " jawab Rigan,

Rigan berjalan kearah mobil avanza hitam itu, dan duduk di depan. Sebelum berangkat Rigan dan Wendy melambaikan tangan kepada Ragan. Ragan pun membalas lambaian tangan Rigan dan Wendy.

Mobil itu pun mulai bergerak dan perlahan meninggalkan Ragan yang masih berdiri di depan rumahnya. Ragan masih tetap berdiri disana sampai mobil itu benar-benar menghilang di pandangan matanya.
Setelah menghilang, Ragan duduk di luar rumah, dia belum masuk.

'Hah... Sendirian di rumah, Rigan sudah berangkat. Hmm, sendirian... ' batin Ragan.

Ragan tak lama kemudian, masuk ke dalam rumah lalu menutup pintu nya. Dia langsung ke dalam kamarnya dan berbaring di ranjang nya, beberapa menit hanya melihat langit-langit kamarnya, Ragan menutup matanya, dia tertidur lagi.

________🍁

🍁Selama mempunya harapan walaupun hanya seutas tali, janganlah melepaskannya karena harapan adalah sebuah kunci jalan untuk kehidupan🍁

SEUTAS TALI HARAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang