Winter POV
Nama gue Winter, gue duduk di kelas 1 SMA. Gue seorang siswi yang ambis, karena gue bukan dari keluarga kaya raya. Hidup gue pas pasan, gue tinggal dengan kakak perempuan gue bernama Irene.
Gue bercita-cita ingin menjadi idol, gue suka sekali dengan blackpink, mereka begitu di gandrungi di seantero korea bahkan dunia. Gue masuk akademi dance, kakak gue mensuport cita-cita gue. Dia bekerja di kantor sebagai karyawan dengan gajih pas-pasan untuk membiayai hidup gue. Gue begitu menyayanginya.
Gue juga mengikuti ekskul cheerleader di sekolah, itu hanya sebagai nilai tambah gue karena gue tidak terlalu suka belajar akademik. Gue udah punya passion di dunia menari dan bernyanyi.
Di sekolah gue tidak punya teman dekat, sekolah gue cukup elit, mereka tahu kalau bukan dari keluarga berada sehingga gue menjadi anak yang termarjinalkan, untungnya di sekolah gue anti bullying.
Namun di akademi dance, gue punya beberapa teman dekat yang beberapa adalah trainee. Gue banyak di dorong oleh mereka untuk mengikuti audisi, tapi kakak gue menyuruh gue untuk berlatih dulu dan ikut audisi setelah nanti kelas 2, karena sekarang baru kelas 1. Gue butuh adaptasi antara sekolah dan kegiatan di luar sekolah gue.
Hari ini pertama kali gue tampil sebagai salah satu anggota cheerleader di sekolah. Gue mendapat pujian dari banyak orang karena keterampilan gue dan kecantikan gue. Gue memang sering di bilang cantik, meskipun gue tidak dengan sengaja menonjolkan itu, itu adalah anugerah terbaik Tuhan dari orang tua gue yang sudah tidaka ada.
Pada penampilan pertama kali ini, gue salah fokus ke salah satu pemain basket, dia kapten tim basket. Gue dengar namanya Choi Beomgyu.
Dia begitu tampan, gue menyukainya karena ia terlihat dingin saat diam tapi ketika bercanda dengan teman-temannya begitu jenaka. Tanpa gue sadari bibir gue tersenyum melihat dia, dan bodohnya dia melihat gue tersenyum ke arahnya, dia pun tersenyum balik pada gue. Gue langsung pura-pura melihat ke arah lain.
Selama pertandingan, gue mendukung tim dia agar menang. Gue tidak berniat menyukai dia sebagai laki-laki, gue hanya suka visual dia, tidak lebih. Apalagi saat gue tahu kalau dia anak orang kaya, ayahnya seorang pemilik agensi hiburan ternama di Korea, gue makin sadar diri kalau dia tidak selevel dengan gue. Gue simpan saja kekaguman gue untuknya di hati gue. Gak ada waktu bagi gue untuk menghalu, gue mesti kerja keras untuk mencapai tujuan hidup gue.