Lascia ch'io pianga

3 1 0
                                    

Kita hanyalah sepasang anak adam yang bersatu tanpa memikirkan bahwa satu hari akan terpisah, kisah kita hanyalah aksara tanpa makna. Kamu tau itu namun kamu abai terhadapnya.










Jam pelajaran kimia dimulai dengan tenang. Namun, atensi murid MIPA1 A yang seharusnya fokus pada papan tulis serta pak Handoko yang tengah menjelaskan justru terbagi. Beberapa dari siswa terlihat memperhatikan penampilan siswi yang duduk paling belakang. Wajah penuh luka, rambut dan baju berdebu bahkan ada plaster di dahi nya. Andala yang tau jika ia menjadi pusat perhatian hanya diam dan fokus pada pelajaran. Pak Handoko yang berada di depan pun ikut teralih dan berseru "Andala, kenapa itu wajah kamu babak belur kaya habis tawuran?" tegurnya dengan ekspresi serius. Andala hanya menunduk meminta maaf lalu izin keluar dan pergi menuju toilet.

Mengunci dirinya sendiri di dalam salah satu bilik dan duduk diatas kloset. Andala merenungi nasibnya sendiri, bagaimana ia kedepannya dan akan sampai kapan dia menjadi korban perundungan di sekolahnya ini? Andala memukul kepalanya berkali-kali dan menjambak rambutnya lalu menangis dalam diam.

Taman

Keringat turun membasahi pipi tirus dan pucat milik Randa. Lelah mencari adiknya yang tak kunjung ia temukan, baru ia sadari ternyata sekolahnya cukup luas juga untuk mencari 1 orang. Randa meneguk soda kaleng yang sudah tidak dingin, kembali memperhatikan sekeliling siapa tau adiknya lewat. Benar saja, tak lama terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Saat menoleh ditemukan lah Andala bersama seorang siswa laki-laki.

Randa terkejut melihat keadaan siswa laki-laki di samping Andala yang babak belur, lebih terkejut lagi melihat adik perempuan nya dengan kondisi yang tidak beda jauh. Bergegas berdiri Randa memegangi bahu adiknya "Ala kamu kenapa?! Kok bisa kaya gini? Muka sama baju kamu- kamu kemana aja kakak cariin daritadi? Kamu berantem?" Randa mengguncang bahu adiknya yang langsung Andala tepis. Dengan raut jutek ia menatap sinis kakaknya yang tidak berguna itu "Bisa gak kalo nanya tuh satu-satu? Ala pusing dengernya!" bentak Andala yang membuat kakaknya terdiam, Egi hanya tertawa mendengar perdebatan kakak-adik ini. Jadi ingat kak ivan batinnya. Randa menghela nafas lalu membawa adiknya untuk duduk.

Hening beberapa saat sampai Andala membuka suara. "Jangan kasih tau ayah, ala gamau ayah nangis kalau tau keadaan ala kaya gini di sekolah" ucapnya pelan lalu memeluk lengan kiri milik Egi. Randa mengangguk, ia sangat paham keadaan ayah tiri nya itu. Andala dan Randa lahir dari orangtua yang berbeda.

Randa fokus memperhatikan wajah adiknya yang banyak luka bekas cakar serta beberapa bagian yang membiru. Namun, fokus nya terbagi ketika melihat Andala yang dengan tidak sopan nya memeluk tangan siswa laki-laki disampingnya. Randa mendengus pelan Anak muda jaman sekarang emang beda ucapnya di dalam hati.

kamu udah gak muda lagi kah randa? - author

"Itu siapa? Ekhem maksudnya yang disamping kamu, belum kamu kenalin." Andala menatap kakaknya sebentar lalu berbalik menatap Egi dan mengangguk. "Namanya Egi, pacarku" ucap Andala tanpa beban tapi tidak dengan Randa serta Egi. Randa melongo tak percaya sementara Egi membulatkan matanya. Wajahnya terasa panas dan berakhir mengalihkan atensi nya dari gadis yang saat ini masih setia memeluk lengannya.

Sesekali Egi memandangi Randa dan Andala bergantian, entah kenapa ia merasa suasana nya cukup hangat meskipun kedua kakak beradik ini tak membicarakan banyak hal.

Merasa sesuatu menyentuh lengannya, Randa menoleh dan mendapati Egi yang tersenyum teduh lalu menggerakkan tangannya. "Namaku Elegi Dirgantara Surya Saputra, salam kenal ya kak" Randa tak mengerti apa yang coba Egi sampaikan padanya. Tiba-tiba Andala menghela nafas dan berujar "Egi ngajak kenalan kakak" Randa mengangguk dan tersenyum kearah Egi lalu berkata "Salam kenal ya Egi, Gue Caranda Wijata kakaknya Andala. Jaga Andala baik-baik selagi gue gaada ya" yang dibalas anggukan oleh Egi membuat rambut sewarna raven nya ikut bergoyang. Lucu trus manis bet ni anak ujar Randa di dalam hati lalu menggelengkan kepalanya dan mengusir pikiran pikiran aneh.

Bel panjang terdengar, tanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar pada hari itu. Seluruh siswa berhamburan keluar dari sekolah, tak terkecuali Andala serta 2 bodyguard nya. Sekolah mulai sepi, tersisa hanya beberapa murid yang sepertinya sedang mengikuti ekskul atau rapat bagi yang mengikuti OSIS. Randa menuju parkiran dan menghampiri mobilnya. "Kalian ikut kakak kan? Ayo bareng" ucap Randa yang kini berdiri disamping mobilnya. Egi menoleh kesamping dimana Andala tengah sibuk memainkan jemari nya yang besar. Merasakan usapan halus dikepala nya membuat Andala mendongak dan tersenyum. "Kamu ditanyain tuh sama kak Randa, mau ikut dia gak" gerakan tangan Egi dibaca Andala dengan baik lalu menjawab dengab gelengan "Aku ikut kamu, katanya mau ditraktir kak Ivan makan bubur ayam kan?" Egi kembali tersenyum dan mengusap lembut rambut Andala.

Suara klakson mobil terdengar membuat atensi ketiga nya tersita. Ya benar itu bukan klakson mobil milik Randa namun milik Ivan, kakak dari Egi. Turun dari mobil dengan wajah yang dihiasi senyuman hingga matanya menyipit, ah jangan lupakan dua gigi kelinci yang membuatnya terlihat semakin tampan. "Yo cah bagus, dah ditungguin uba dirumah noh." ucap Ivan yang sekarang sedang merangkul pundak adiknya. Ah, adiknya tumbuh semakin tinggi. Anyway, Uba itu nama hamster milik Egi. Pelukan hangat dirasakan oleh Ivan yang membuatnya hampir menangis. No, bukan karena pelukan Egi yang membuatnya sesak namun keadaan wajah sang adik serta gadis pendek disampingnya. Mereka, babak belur seperti habis dikeroyok banyak tangan.

Miris, namun tak ada yang bisa dia lakukan. Ivan melepaskan pelukannya dengan Egi secara sepihak dan menatap adiknya. "Ayok, hari ini hari terakhir abang koas. Kamu sama ala bisa makan apapun yang kalian mau. Abang traktir" ucapnya di iringi senyuman manis tanpa menyadari ada orang lain yang memperhatikan.

"Gue boleh ikut?" seru Randa tiba-tiba membuat Ivan mengalihkan pandangan nya. "Oh, gue gatau kalo ada orang lain. Siapa?" ujarnya bertanya yang dibalas senyuman oleh Randa. Dihampiri nya Ivan lalu mengulurkan tangan "Gue Randa, abang nya ala" ucapnya lalu berdehem pelan "Abang tiri" jelasnya karena melihat wajah kebingungan milik Ivan. "O-oh sorry gue gatau, gue Ivan abangnya Egi. Salam kenal" uluran tangan Randa disambut baik oleh Ivan yang kemudian menatap dalam manik matanya.

Randa lebih dulu menarik tangannya dan tersenyum tipis lalu menarik tangan Andala pelan. " Kita bakalan satu mobil aja, biar kalian berdua punya waktu buat ngobrol" ucap Randa yang kembali tersenyum membuat debaran aneh di jantung Ivan. Sialan manis banget senyuman nya, gue kenapa jadi kaya kaum gay gini dah batin Ivan yang kemudian berdehem dan mengangguk.

Merangkul adiknya kemudian dan berjalan menuju mobilnya yang berada di dekat gerbang. Andala juga Randa sudah memasuki mobil sambil berbasa basi sedikit mengenai hari pertama Randa pindah. Randa mengikuti arah kemana mobil Ivan pergi sambil sesekali netra nya melirik ke Andala yang saat ini hanya diam memperhatikan jalanan yang cukup lengang.




















Sepi banget sampe rasanya aku gamau lanjut nulis wkwkwk. sedih dan tertekan banget rasanya sampe mood nulis aku jelek

Andala - ketika dunia kelam menjadi jelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang